Saham emiten barang baku sedang lesu hingga sepekan terakhir. Indeks pada sektor bahan baku memang dalam kondisi sedang merosot. Meski saat mengetahui pergerakan turun, indeks barang baku masih terbilang wajar.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun hingga mencapai 0,74%. Kondisi ini setara 52,27 poin ke level 7.050,13 pada penutupan perdagangan lalu.
Selama perdagangan, IHSG bergerak pada rentang harian 7.039,25 hingga 7.111,44. Ternyata, penurunan IHSG tertekan oleh lima indeks sektoral.
Sektor barang baku yang melemah, memimpin posisi teratas hingga mencapai 1,62% ke level 1.296,09. Posisi selanjutnya ada sektor infrastruktur yang juga melemah 1,07% ke level 922,37.
Sementara, empat sektor lainnya masih bertahan pada zona hijau. Berbeda dengan sektor teknologi yang memimpin penguatan hingga 1,29% ke level 6.653,88.
Baca Juga: Harga Saham GoTo Mengalami Penurunan di Kuartal Ketiga 2022
Saham Emiten Barang Baku, Kini Sedang Melemah
Indeks sektor barang baku paling tertekan. Bahkan hingga mencapai 1,62% atau 21,3 poin ke level 1.296,09 pada akhir perdagangan.
Sementara, indeks terjatuh setelah bergerak pada rentang 1.293,21-1.321,94. Ada sejumlah saham yang turut menekan sektor barang baku.
Mulai dari PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) yang melemah hingga 3,64% atau 300 poin ke level 7.950. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) tercatat 2,61% atau 275 poin ke level 10.250.
Untuk PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. (SMBR) tercatat melemah 2,56% atau 12 poin ke level 456.
Baca Juga: Rekomendasi Saham MYOR, Margin Cenderung Alami Kenaikan
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP)
Emiten produsen semen seperti Tiga Roda, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) meraih pendapatan hingga Rp 11,66 triliun pada kuartal III/2022. Nilai tersebut sebenarnya tumbuh 9,9% daripada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar Rp 10,6 triliun.
Namun, INTP memperoleh kenaikan beban pokok pendapatan yang cukup tinggi hingga 17,13% (yoy). Sebelumnya hanya dari Rp7,01 triliun menjadi Rp8,21 triliun.
Ini menjadikan laba bruto INTP turun 4,17% (yoy) sebanyak Rp 3,44 triliun. Jika merincinya, kenaikan beban bahan bakar dan listrik cukup signifikan, bahkan hingga Rp 1 triliun atau 33,37% (yoy) sekitar Rp 3,97 triliun.
Biaya bahan baku yang digunakan juga meningkat 9,97% (yoy) menjadi Rp 1,59 triliun. Hal ini seiring dengan kenaikan beban, penurunan pendapatan operasi lainnya, serta pendapatan keuangan.
Laba sebelum beban pajak penghasilan INTP yakni sekitar Rp 1,2 triliun. Nilai saham emiten barang baku cenderung turun 21,68% daripada setahun sebelumnya.
Sementara, pemilik entitas induk mendistribusikan INTP laba sebesar Rp 946,85 miliar. Nilainya melemah 21,68% daripada pada kuartal III/2021 sekitar Rp 1,2 triliun.
Bahkan total aset INTP cenderung turun 6,32% (ytd) dari Rp 26,13 triliun per Desember 2021, namun menjadi Rp 24,48 triliun pada September 2022.
Baca Juga: Saham PTBA Jadi Top Loser hingga Menurun Sebanyak 12,63%
Penyebab Terjadinya Penurunan
Penurunan yang terjadi akibat jumlah kas dan setara kas berkurang dari Rp 6,14 triliun pada akhir tahun 2021, sementara per September 2022 menjadi Rp 3,54 triliun.
Jumlah liabilitas INTP naik tipis menjadi Rp 5,78 triliun pada kuartal III/2022. Terlebih liabilitas jangka panjang meningkat sebesar Rp 1,51 triliun.
Menjelang tutup tahun, pelaku pasar mulai bersiap memilah saham emiten barang baku yang menarik dikoleksi hingga tahun depan. Namun, sejumlah analis cukup optimis pasar saham Indonesia masih cerah untuk tahun mendatang. (R10/HR-Online)