Profil Mochtar Apin merupakan gambaran seorang seniman modern yang memperjuangkan kebebasan berekspresi dalam berkesenian.
Namanya penting untuk diabadikan, sebab peran Mochtar Apin dalam kepeloporan seni di Indonesia menarik untuk kita teladani saat ini.
Selain dikenal menjadi seniman modern dan memperjuangkan kebebasan berkesenian, Mochtar Apin juga merupakan seniman yang mempelopori pembentukan organisasi seniman terkemuka di Jakarta tahun 1946 bernama Gelanggang Seniman Merdeka.
Baca Juga: Profil WS Rendra, Penyair Tiga Zaman yang Legendaris
Organisasi tersebut merupakan perkumpulan seniman-seniman profesional yang memberontak. Seperti Chairil Anwar, Henk Ngantung, dan lain sebagainya.
Karena organisasi ini lahir, proses berkesenian di Ibukota menjadi terkenal hingga ke berbagai negara. Nama Mochtar Apin juga mempelopori nama Gelanggang Seniman Merdeka terkenal hingga ke mancanegara.
Bagaimana sejarah dan perjalanan Mochtar Apin sebagai profil seniman modern pejuang kebebasan berekspresi, berikut akan kami uraikan narasi selengkapnya di bawah ini.
Profil Mochtar Apin Seorang Seniman yang Berprestasi
Mochtar Apin lahir pada tanggal 23 Desember 1923 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Ia berasal dari keluarga pensiunan pegawai kereta api.
Semenjak kecil keluarganya tidak pernah melarang anak-anaknya memilih kehidupan, termasuk Mochtar Apin yang “tergila-gila” dengan kesenian.
Sebab Mochtar Apin saat itu sudah terampil membuat sketsa yang bagus, dan jarang dibuat anak seusianya yang kala itu baru berumur Sembilan tahun.
Ketika Mochtar Apin dewasa ayahnya menyetujui Ia sekolah di luar negeri. Keluarganya merespon baik Mochtar Apin karena sekolahnya ke sejumlah perguruan tinggi kesenian tersebut berasal dari beasiswa penuh pemerintah.
Adapun tiga daerah tersebut antara lain seperti, Belanda, Prancis, dan Germany. Namun beasiswa ini diterima Mochtar setelah sebelumnya Ia terdaftar menjadi salah satu mahasiswa berprestasi di Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1948-1951.
Sekembalinya Mochtar Apin belajar dari luar negeri, Ia menjadi seniman Indonesia yang terkemuka. Namanya juga terdaftar menjadi seorang dosen Fakultas Seni Rupa (ITB).
Seniman Modern yang Memperjuangkan Kebebasan Berkesenian
Melansir Ensiklopedia Sastra Indonesia berjudul, ”Gelanggang Seniman Merdeka”, (1946), 18 November 2022, Mochtar Apin terkenal sebagai seniman modern yang memperjuangkan kebebasan dalam berkesenian.
Idealismenya yang memperjuangkan kebebasan dalam berkesenian tercermin dari organisasi seniman terkemuka bernama Gelanggang Seniman Merdeka, tahun 1946. Namanya tercatat sebagai pendiri organisasi ini bersama beberapa kawan seniornya.
Kawan-kawan Mochtar yang membangun Gelanggang Seniman Merdeka ini terdiri dari, Baharuddin MS, Henk Ngantung, Chairil Anwar, dan Asrul Sani.
Baca Juga: Profil Titiek Puspa, Penyanyi Istana Kesayangan Bung Karno
Selain terkenal sebagai organisasi seniman yang menjunjung tinggi kebebasan berkesenian, rupa-rupanya Organisasi Gelanggang Seniman Merdeka juga membantu lahirnya identitas seniman dari berbagai lapisan pasca kemerdekaan tahun 1945.
Salah satu identitas seniman tersebut ditandai dengan lahirnya berbagai perupa, sastrawan, penari, dan pelaku cabang seni lainnya di Indonesia yang memiliki ragam aliran dalam berkeseniannya.
Seperti Mochtar Apin sendiri, beliau dikenal sebagai seniman modern dan pembentuk identitas seniman di Indonesia lantaran menjadi pelukis yang menganut gaya kubisme. Aliran ini saat itu menjadi hal yang baru oleh sebab itu Mochtar Apin disebut seniman modern.
Semakin Produktif Setelah Chairil Anwar Meninggal Muda
Perjalanan Mochtar Apin sebagai seniman nampaknya semakin produktif setelah ditinggal pergi selama-lamanya oleh Chairil Anwar.
Penyair Si Binatang Jalang ini meninggal muda pada tahun 1949. Ketika Chairil meninggal dunia Mochtar Apin terpacu berkesenian lebih giat lagi.
Hal ini disebabkan oleh karena Mochtar ingin melanjutkan jiwa revolusioner Chairil Anwar yang berapi-api. Mochtar tahu siapa yang paling berkiprah dan menjadi pemimpin dalam Gelanggang Seniman Merdeka.
Apabila semangat Chairil Anwar padam, maka organisasi seniman modern tersebut akan ikut meredup. Oleh sebab itulah Mochtar Apin semakin produktif berkesenian setelah Chairil Anwar meninggal dunia.
Baca Juga: Profil Djuanda Kartawidjaja, Pahlawan Nasional dari Tasikmalaya
Mochtar ingin menjaga semangat Chairil Anwar karena sastrawan angkatan 45’ ini memiliki pengaruh yang besar dalam organisasi Gelanggang Seniman Merdeka (1946).
Semenjak kepergian Chairil, Mochtar Apin memproyeksikan produktivitasnya dalam berkesenian sebagai wujud manifestasi masa depan Gelanggang Seniman Merdeka.
Pernyataan di atas sebagaimana mengutip pendapat Enin Supriyanto dalam buku berjudul, ”Setengah Abad Seni Grafis Indonesia”, (2000).
Mochtar bersama kawan-kawan lain di organisasi tersebut ingin mengantarkan seluruh seniman Indonesia, sampai ke depan gerbang kemajuan sebagai pelaku seni yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan. Terutama sebagai bangsa Indonesia yang merdeka. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)