Profil Chaerul Saleh menjadi salah satu pembahasan paling menarik dalam catatan sejarah Indonesia. Sebab rezim Orde Baru menahan Mantan Ketua MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) tersebut hingga wafat di penjara pada usia 50 tahun.
Sejarah hidupnya menyedihkan, padahal selain pernah menjadi Ketua MPRS nama Chaerul Saleh juga tercatat sebagai pemuda revolusioner sejak zaman kemerdekaan. Ia juga merupakan tokoh bangsa yang mengajukan Indonesia sebagai negara kepulauan.
Namun nahas pemerintah Orde Baru memenjarakan Chaerul Saleh hingga wafat. Pemerintah Orde Baru menuduhnya terlibat dengan peristiwa G30S/PKI 1965. Padahal Chaerul Saleh merupakan tokoh pemuda yang anti komunis.
Menurut Poor Julius dalam ”Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualang” (2010), Chaerul Saleh bersama Sutan Sjahrir pernah sama-sama berjuang mengutuk PKI dalam Partai Sosialis Indonesia (PSI).
Baca Juga: Biografi dr R Rubini Natawisastra: Lahir di Bandung, Berjuang di Kalimantan Barat
Dengan demikian, pernyataan yang menyudutkan Chaerul Saleh dekat dengan komunis adalah kekeliruan besar dalam sejarah Indonesia.
Profil Chaerul Saleh, Pemuda Minangkabau yang Revolusioner
Chaerul Saleh merupakan pemuda revolusioner yang berasal dari Minangkabau. Menurut catatan silsilah keluarganya, Chaerul Saleh lahir pada tanggal 13 September 1916.
Ia merupakan anak dari keluarga berpendidikan. Ayahnya bernama Achmad Saleh berprofesi sebagai dokter pada jaman Kolonial Hindia Belanda. Sementara ibunya yang bernama Zubaidah binti Ahmad Marzuki salah seorang keluarga Priyayi di Sumatera barat.
Oleh sebab itu, Chaerul Saleh dan seluruh saudaranya sempat mengalami bangku pendidikan yang layak. Chaerul Saleh pernah menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah dasar di Europeesche Lagere School (ELS) Bukittinggi.
Setelah lulus dari ELS, Ia melanjutkan studinya di Hogere Burgerschool (HBS) Medan. Karena sejak dari HBS Chaerul terkenal memiliki bakat berdebat, maka pada usia Mahasiswa Ia mendaftar sekolah tinggi Ilmu Hukum di Rechtshoogeschool te Batavia (RHS- Jakarta).
Ketika menjadi Mahasiswa di RHS pergaulan Chaerul Saleh semakin luas. Minatnya dalam berdebat mendapat sambutan dari berbagai Mahasiswa lain dalam studi club hukum. Selain aktif dalam studi club hukum, Chaerul bergabung dengan organisasi pelajar revolusioner.
Karena dianggap sebagai profil pemuda berani dan pandai berdebat, Chaerul Saleh akhirnya menjadi Ketua Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia periode 1940-1942.
Baca Juga: H. Salahuddin bin Talabuddin, Haji Merah yang Dapat Gelar Pahlawan Nasional 2022
Keaktifannya dalam organisasi ini membuat Chaerul terkenal sebagai pemuda revolusioner. Nama Chaerul Saleh bahkan tercatat sebagai pemuda yang pernah menculik Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok.
Karir Politik Chaerul Saleh, Mendapat Anugerah Pangkat Jenderal Kehormatan
Karir politik Chaerul Saleh pada awal kemerdekaan terbilang moncer. Karena loyalitas pergaulannya dengan berbagai tokoh bangsa, maka pada tahun 1956 Presiden Sukarno menunjuk Chaerul menjabat Menteri Negara Urusan Veteran.
Chaerul bertugas mengelola seluruh kepentingan para Veteran di Indonesia. Presiden Sukarno mengganggap Chaerul pantas mengembang jabatan tersebut.
Sebab dalam berbagai diskusi kenegaraan, Chaerul Saleh kerap mempersoalkan nasib Veteran Indonesia di masa depan.
Lalu pada tahun 1959 Chaerul Saleh didapuk sebagai Menteri Muda Perindustrian Dasar, dan Pertambangan Indonesia. Kali ini profil Chaerul Saleh dipercaya sebagai tokoh Nasional yang militan dalam memperjuangkan perekonomian negara.
Terakhir akibat kiprahnya sebagai Menteri Muda Perindustrian Dasar dan Pertambangan yang baik, maka Presiden Sukarno memutuskan Chaerul untuk berpindah kerja menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) tahun 1960-1966.
Masa keemasan Chaerul Saleh dalam karir politik membuat namanya terkenal sebagai salah satu tokoh Sukarnois yang anti komunis. Bahkan profil Chaerul Saleh, si tukang debat sempat menjatuhkan argumen Aidit dalam sidang akhir tahun kabinet 1964.
Chaerul Saleh mempermalukan Aidit di depan Presiden Sukarno dengan menyebut komunis akan menghancurkan kekuasaannya dalam waktu dekat.
Pernyataan ini pun tepat. Pada tahun 1965 kekuasaan Sukarno tumbang. Sebagai gantinya Suharto berkuasa. Peralihan pun terjadi dari Orde Lama ke Orde Baru.
Selain menjatuhkan PKI di hadapan Presiden Sukarno, Chaerul Saleh tercatat sebagai seorang pemikir besar yang mempelopori gagasan Indonesia sebagai negara kepulauan.
Oleh sebab itu, TNI pernah menganugerahkan Pangkat Jenderal Kehormatan pada Chaerul Saleh sejak awal pemerintahan RI berjalan.
Orde Baru Menjebloskan Chaerul Saleh ke Penjara
Pasca peristiwa G30S/PKI 1965 seluruh simpatisan komunis dan Sukarno dalam pemerintahan diciduk. Nama Chaerul Saleh merupakan salah satu daftar pejabat yang terciduk akibat dampak peristiwa tersebut.
Menurut Poor Julius, penangkapan Chaerul Saleh oleh Orde Baru tak lepas dari jiwa Sukarnois. Karena ini, Orde Baru lalu menangkap Chaerul Saleh dan mengirimnya kepenjara akibat mendukung seluruh kebijakan Presiden Sukarno.
Baca Juga: Dokter Soeharto: Pendamping Sukarno, Pahlawan Nasional 2022
Saat itu Presiden Sukarno dianggap terlibat dalam peristiwa G30S/PKI 1965, oleh karena itu Mahmilub (Mahkamah Militer Luar Biasa) mengangkut semua yang berkaitan dengan Sukarno.
Jangankan Chaerul Saleh seorang Sukarnois, buku-buku yang membahas dan bergambar Sukarno pun dilarang dan dicabut izin terbitnya oleh Orde Baru.
Padahal meskipun Chaerul Saleh mengaku sebagai seorang Sukarnois, tetapi Ia bukan seorang komunis. Profil Chaerul Saleh justru tokoh Nasionalis yang anti kepada komunisme (PKI).
Namun Orde Baru tetap bersikukuh menahan Chaerul Saleh karena dianggap tokoh kiri yang berbahaya. Sejak tahun 1966, Chaerul mendekam di rumah tahanan Militer Budi Utomo, Jakarta untuk mempertanggung jawabkan kebenarannya.
Ia tidak salah, sebagai seorang Sukarnois yang anti PKI, Ia merasa kesalahan Orde Baru yang menjebloskannya ke penjara adalah kesalahan yang fatal. Bahkan hingga wafatnya di penjara pada tanggal 8 Februari 1967, Chaerul tidak pernah memaafkan rezim ini.
Mantan pemuda revolusioner yang wafat pada usia 50 tahun telah dipenjara paksa oleh Orde Baru. Terlepas dari kebenaran dan kesalahan Chaerul Saleh dalam peristiwa G30S/PKI 1965 hanya akan terjawab oleh sejarah Indonesia di masa depan. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)