Museum Muhammadiyah merupakan media edukasi sejarah yang lahir pada Senin, 14 November 2022. Kelahiran museum Muhammadiyah bersamaan dengan penyambutan Muktamar ke-48 pada tanggal 19-20 November 2022.
Harapannya, Museum Muhammadiyah akan ramai dikunjungi oleh para peserta Muktamar dari berbagai pelosok daerah. Museum ini juga didedikasikan untuk persyarikatan Muhammadiyah yang hingga saat ini masih terjaga.
Adapun Museum Muhammadiyah berisi konten sejarah tentang organisasi Islam pertama di Indonesia yang lahir pada tanggal 18 Nopember 1912. Pendiri organisasi ini bernama KH. Ahmad Dahlan.
Kepeloporan KH. Ahmad Dahlan dalam organisasi Muhammadiyah membuat Museum ini dibentuk dengan alur cerita yang runtut. Khusus KH. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah menyorotnya sebagai ”The Founding Fathers” organisasi.
Akan tetapi tidak hanya KH. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah juga menyoroti beberapa tokoh Nasional yang ternyata punya andil besar dalam pergerakan organisasi tersebut.
Tokoh Nasional ini terlupakan dalam sejarah Islam. Melalui Museum Muhammadiyah mereka digali dan diceritakan kembali sebagai tokoh Nasional yang berperan penting dalam pembangunan Bangsa, dan Negara tercinta, Indonesia.
Baca Juga: Penolong Kesengsaraan Oemoem: Badan Sosial Muhammadiyah, Lahir karena Bencana Alam
Proses Pembangunan Museum Muhammadiyah
Muhammad Bintang Akbar, Tim Narasi Kesejarahan di Museum Muhammadiyah kepada harapanrakyat.com, Jumat (18/11/2022) mengatakan, proses pembangunan Museum membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Kurang lebih memakan waktu dua belas tahun lamanya apabila dirunut dari awal pembangunan gagasan hingga peresmiannya.
Sebagaimana kesaksiannya sebagai bagian dari Tim Narasi Pengembangan Museum Muhammadiyah, Bintang mengatakan, gagasan pembangunan Museum diinisiasi oleh Majelis Pustaka dan Informasi masa kepemimpinan Din Syamsudin (2010-2015).
Namun gagasan pembangunan Museum yang saat itu lahir tidak langsung direspon dengan cepat. Sebab baru pada tahun 2015, tepat ketika Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar, pengurus Museum mulai diorganisir.
Dua tahun setelah kepengurusan terbentuk, tepatnya pada tahun 2017 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Museum Muhammadiyah dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo di kompleks kampus IV Univ. Ahmad Dahlan, Bantul, D.I. Yogyakarta.
Baca Juga: KH Mas Mansyur, Kolumnis Muhammadiyah yang Anti Kemusyrikan
Pekerjaan yang massif baru digalakkan setelah peletakan batu pertama tersebut. Seluruh proses pembangunan mulai diakomodir menjadi tugas yang serius. Hingga pada tahun 2018 kepengurusan museum mulai memproses pemilihan (kuratorial) koleksi.
Namun di tengah penelusuran koleksi untuk mengisi museum terganggu. Sebab pada akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020, Indonesia dilanda wabah penyakit Covid-19. Akibatnya proses mengkurasi koleksi berhenti hingga tahun 2021.
Setelah pemerintah melonggarkan aktivitas sosial pada pertengahan tahun 2021, Tim Museum Muhammadiyah melanjutkan kembali proses kuratorial koleksi museum hingga tahun 2022.
Pada tanggal 14 November 2022, proses panjang mengkurasi koleksi Museum yang memakan waktu lima tahun ini bisa selesai dan diresmikan seiring dengan penyambutan Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo, Jawa Tengah mendatang.
Empat Lantai Museum Muhammadiyah, Tiga Diantaranya Berisi Konten Kesejarahan
Muhammad Bintang Akbar juga menuturkan empat lantai Museum Muhammadiyah, tiga diantaranya diisi oleh konten kesejarahan.
Lantai pertama diisi oleh konten kesejarahan tokoh dan pahlawan Nasional yang merupakan anggota Muhammadiyah. Bagian ini merupakan tema awal untuk mengantarkan pengunjung memahami sejarah Muhammadiyah secara utuh.
Kemudian lantai kedua, tim kuratorial Museum Muhammadiyah mengisi konten kesejarah perjuangan dan peran Muhammadiyah untuk bangsa, dan negara.
Dalam bagian ini, kurator ingin menampilkan peran Muhammadiyah sebagai organisasi sosial Islam pertama yang lahir sejak 18 November 1912.
Lalu lantai ketiga berisi tentang gerakan Ortom (Organisasi Otonom) Muhammadiyah di daerah-daerah.
Di bagian ini pengunjung diajak memahami proses berkembangnya Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang besar. Sebab pada lantai ketiga ini, seluruh koleksi keorganisasian diambil dari pengurus Muhammadiyah daerah yang penuh dengan nilai sejarah.
Salah satunya seperti kursi yang menjadi tempat duduk Buya Hamka. Muhammad Bintang Akbar juga menceritakan bagaimana kedatangan Tim Kurasi yang cepat menyelamatkan nasib kursi bersejarah itu dibuang.
Terakhir lantai keempat merupakan ruang pamer. Artinya bagi siapa pun yang ingin melakukan acara seperti pameran, dan mengusung tema Muhammadiyah, maka pihak museum akan mengizinkan tempat ini untuk lokasi acara mereka.
Tokoh Nasional yang Juga Tokoh Muhammadiyah yang Terlupakan
Pada hakikatnya pembangunan Museum ini ingin mengupayakan eksistensi Tokoh Nasional yang terlupakan dalam sejarah Islam. Terutama bagi mereka Pahlawan Nasional yang juga Tokoh Muhammadiyah.
Menurut Muhammad Bintang Akbar ada beberapa nama Pahlawan Nasional yang jadi Anggota Muhammadiyah, namun terlupakan dalam catatan sejarah Islam di Indonesia. Salah satunya seperti, Jendral Soedirman, Djoeanda K, dan AR. Baswedan.
Baca Juga: Askar Perang Sabil, Laskar Perang Ulama Muhammadiyah Hasil Itikaf di Masjid
Selain Pahlawan Nasional, sejarah juga lupa mencatat tokoh Muhammadiyah terkemuka yang menyumbangkan kontribusi penting untuk kemajuan Indonesia.
Antara lain seperti pendiri Universitas Islam Indonesia KH. Abdul Kahar Muzzakir, Gesang Maestro Keroncong Bengawan Solo, dan Muhammad Mawardi, penasihat Pramuka kepercayaan Bung Karno.
Meskipun sudah diresmikan sebagai museum yang terbuka untuk umum, Tim Museum Muhammadiyah merasa perlu adanya perbaikan-perbaikan kecil. Maka dari itu kritik dan saran dari pengunjung sangat penting dalam hal ini.
Kedepannya Museum Muhammadiyah bertekad jadi museum yang melek teknologi. Mengikuti perkembangan zaman, dan menghilangkan stigma bosan berkunjung ke museum.
Oleh sebab itu seluruh kepengurusan tata pamer museum, dan perawatan benda koleksi Museum dikelola secara profesional oleh ahli berstandar museologi terbaik di Indonesia. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)