Salah satu calon penerima gelar Pahlawan Nasional tahun 2022, adalah Haji Ahmad Sanusi. Ia merupakan calon Pahlawan Nasional yang berasal dari golongan Kyai.
Kepeloporannya dalam berbagai organisasi perjuangan Islam merupakan latar belakang gerakan Haji Ahmad Sanusi mengusir Belanda dari Indonesia.
Selain berjuang secara keras mengusir penjajah melalui gerakan organisasi, beliau juga aktif dalam pemberdayaan masyarakat pedesaan untuk memperdalam bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi melalui perkumpulan Al-Ittahadiyatul Islamiyah.
Baca Juga: Sejarah Kyai Haji Ahmad Sanusi, Pahlawan Islam Penentang Kolonial Belanda
Nama Haji Sanusi kian terangkat setelah Syarikat Islam menyinggung nama beliau sebagai salah seorang anggota yang militan dari daerah Jawa Barat. Bahkan saking loyalnya memperjuangkan organisasi ini, polisi kolonial Belanda menangkap Haji Sanusi.
Penangkapan Haji Ahmad Sanusi oleh Belanda karena beberapa hal. Tetapi faktor utama musibah ini akibat agitasi politik anti kolonial yang Ia sebar melalui pesantren-pesantren.
Di balik aktivitasnya sebagai Kyai di pesantren, Ahmad Sanusi juga terkenal sebagai intelektual terkemuka di awal abad ke 20. Lantas siapakah figur yang sesungguhnya dari Haji Ahmad Sanusi?
Riwayat Hidup Haji Ahmad Sanusi
Ahmad Sanusi lahir pada tanggal 3 Muharram 1036 H atau 18 Desember 1889 di sebuah desa bernama Cantayan, Cikembar, Kawedanan Cibadak, district Sukabumi.
Menurut Sulasman dalam Jurnal Pendidikan Sejarah (2008) berjudul ”Kyai Haji Ahmad Sanusi: Berjuang dari Pesantren hingga Parlemen” sejak remaja Ahmad Sanusi tumbuh menjadi dewasa yang anti kolonial.
Hal ini lantaran pendidikan Islam yang ketat dari ayahnya bernama KH. Abdurakhim. Beliau mendidik Ahmad Sanusi dengan pendidikan Islam yang terbuka.
Baca Juga: Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi yang Menikahi Mantan Guru Ketik
KH. Abdurakhim memperkenalkan seluruh anak-anaknya termasuk Ahmad Sanusi untuk bersikap anti terhadap pemerintah kolonial. Menurut keluarga KH. Abdurakhim kolonialisme merupakan perbuatan yang paling dimurkai Allah SWT.
Mereka sengaja menindas rakyat kecil, memperbudak penduduk di negeri jajahannya, dan memeras keringat para pekerja demi menguntungkan kehidupan pribadi.
Penderitaan ini menjadi bahan diskusi keluarga KH. Abdurakhim setiap hari. Ahmad Sanusi pun terpengaruh dan bergabung dengan Syarikat Islam untuk menghasut seluruh penduduk di Sukabumi agar tidak patuh dengan kebijakan Belanda.
Karena tekadnya yang kuat, hampir seluruh penduduk di Sukabumi terpengaruh oleh agitasi Haji Ahmad Sanusi. Mereka mogok dan bersifat apatis pada Belanda sehingga polisi kolonial mencari Ahmad Sanusi untuk ditahan.
Meskipun sempat dipenjara oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, Ahmad Sanusi tetap melawan selepas masa tahanannya habis. Perjuangan beliau semakin radikal dan membahayakan kepentingan Belanda di Indonesia.
Pahlawan Nasional dari Golongan Kyai
Karena sifat kerasnya melawan kolonial Belanda, Haji Ahmad Sanusi diusulkan oleh Pemerintah Jokowi menjadi salah satu penerima gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2022.
Menurut Sulasman dalam penelitian (disertasi) di Universitas Indonesia (2007) berjudul, ”Sukabumi Masa Revolusi 1945-1946” selain melawan pemerintahan kolonial belanda di awal abad ke-20, ternyata calon penerima gelar Pahlawan Nasional ini juga pernah berjuang pada masa revolusi fisik.
Sulasman juga menyebut Ahmad Sanusi merupakan pejuang yang berasal dari golongan kyai. Ketika seluruh santri angkat senjata untuk memerangi Agresi Militer di Jawa Barat, Haji Ahmad Sanusi turut serta dalam peristiwa tersebut.
Sebagai seorang pentolan santri di pesantren Salajambe, keberanian Ahmad Sanusi dalam bela diri tidak lagi diragukan. Sebab tempat menimba ilmu Ahmad Sanusi sewaktu remaja mengajarkan bagaimana ilmu bela diri seperti silat dan menggunakan senjata.
Haji Ahmad Sanusi juga terkenal dekat dengan beberapa Kyai yang jago bela diri. Salah satunya yaitu KH. Muhammad Anwar, KH. Muhammad Sidik, dan KH. Djaenal Arif di pesantren Sukaraja, Sukabumi.
Selain belajar pada guru-gurunya tersebut, Ahmad Sanusi juga sempat belajar ilmu agama di Makkah. Beliau berguru ke beberapa ulama besar di sana seperti, Syekh Ali Thayyibi, Syekh Saleh Bafadil, dan Syekh Ali Maliki.
Dari semua tokoh Islam terkemuka dalam dan luar negeri inilah, Ahmad Sanusi memperoleh ilmu yang luas. Dengan ilmu yang luas itu kemudian membuat beliau menjadi tokoh Kyai penentang kolonial.
Pendiri Pesantren Cantayan
Hampir seluruh masyarakat di Sukabumi mengenal Ahmad Sanusi sebagai kyai pendiri pesantren Cantayan.
Beliau bersama ayahnya KH. Abdurakhim mendirikan pesantren Cantayan pada tahun 1915. Tepatnya sepulang Haji Ahmad Sanusi dari masa belajar pada ulama-ulama besar di Mekah.
Baca Juga: Sejarah Cipto Mangunkusumo, Intelektual Kritis yang Revolusioner
Haji Ahmad Sanusi dan KH. Abdurakhim terkenal sebagai pemimpin pesantren Cantayan dan memiliki jumlah santri yang cukup banyak. Kesempatan ini membuat pemerintah kolonial di Jawa Barat khawatir.
Mereka takut Ahmad Sanusi menghasut seluruh santrinya memberontak Belanda. Pemerintah kolonial meyakini ini akan terjadi dalam waktu yang dekat.
Peristiwa yang ditakuti Belanda pun terjadi, Ahmad Sanusi mengagitasi seluruh santrinya untuk memberontak.
Salah satu penyebab yang memicu pemberontakan ini akibat beliau memerintahkan seluruh umat Islam di Sukabumi agar tidak mematuhi peraturan Zakat yang diurus oleh lebe, dan Hoofd Penghulu yang kemudian disetorkan ke pemerintah kolonial.
Menurut Ahmad Sanusi pemberian zakat ini hanyalah sebuah amal yang sia-sia. Sebab semua pemberian dari masyarakat yang berzakat tidak sampai pada golongan yang membutuhkan. Semuanya berhenti di pemerintah kolonial.
Akibatnya melalui organisasi yang telah dibentuk sebelumnya (Al-Ittahadiyatul Islamiyah) dan Syarikat Islam, Haji Ahmad Sanusi melakukan perlawanan serta mengorganisir perubahan kebijakan tersebut sesuai dengan aturan Islam. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)