Biografi dr R Rubini Natawisastra merupakan seorang pejuang dari kalangan dokter yang mengabdi sepenuhnya untuk kemerdekaan rakyat di Kalimantan Barat sejak tahun 1930-an.
Karena namanya terkenal di Kalimantan Barat sebagai salah seorang dokter yang memperjuangkan kemerdekaan, nama dr. R. Rubini Natawisastra tidak banyak dikenal oleh masyarakat Jawa Barat.
Padahal beliau merupakan anak bangsa kelahiran Bandung, Jawa Barat. Dr. R. Rubini Natawisastra lahir dari keluarga Sunda asli. Bahkan dari nama belakangnya pun jika kita teliti sarat mengandung nama dalam budaya orang Sunda.
Baca Juga: Haji Ahmad Sanusi, Pahlawan Nasional 2022 dari Sukabumi
Namun karena pengabdiannya yang penuh dengan tanggung jawab, dr. R. Rubini Natawisastra bertugas di Kalimantan sebagai dokter dan hingga wafat tidak kembali ke Bandung.
Menurut berbagai saksi sejarah di Kalimantan Barat, dr. R. Rubini Natawisastra wafat akibat dieksekusi oleh tentara Jepang bersama istrinya.
Perilaku keji dari Jepang karena dr. R. Rubini yang dianggap telah menghasut massa di Kalimantan Barat untuk memberontak pada Dai Nippon.
Lalu apa yang sebenarnya diperjuangkan oleh dr. R. Rubini Natawisastra di Kalimantan? Berikut penjelasannya.
Biografi dr R Rubini Natawisastra, Ternyata Kelahiran Bandung
Pejuang dr. R. Rubini Natawisastra lahir di Bandung pada tanggal 31 Agustus 1906. Ia lahir dari golongan menak Sunda yang terdidik. Oleh sebab itu semenjak kecil hingga dewasa Rubini kerap diarahkan keluarganya untuk menjadi seorang intelektual seperti dokter.
Cita-cita keluarganya Rubini remaja lulus tes masuk sekolah kedokteran khusus bumiputera di Batavia: School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA). Kemudian Ia juga tercatat pernah sekolah di sekolah kedokteran Surabaya: Nederlandsch-Indische Artsen School (NIAS).
Semenjak bersekolah di dua perguruan tinggi khusus ilmu kedokteran, Rubini terkenal sebagai mahasiswa yang pandai dan kerap mendapatkan nilai terbaik.
Tak jarang banyak teman-temannya senang bergaul dengan Rubini. Dokter asal Bandung ini juga berdiskusi dengan mahasiswa Eropa di kampusnya dengan menggunakan bahasa Belanda yang fasih.
Artinya selain tumbuh menjadi anak yang cerdas, dr. R. Rubini Natawisastra juga berkembangn menjadi dewasa yang pandai bergaul.
Baca Juga: Dokter Soeharto: Pendamping Sukarno, Pahlawan Nasional 2022
Berjuang di Kalimantan Barat
Semenjak lulus di sekolah tinggi Kedokteran tahun 1934, Rubini ditugaskan oleh pemerintah kolonial urusan kesehatan ke Kalimantan Barat.
Jabatan pertama yang diperolehnya dari atasan Belanda adalah Kepala Urusan Kesehatan di Pontianak. Jabatan ini cukup mentereng, jarang sekali pemerintah kolonial menaruh orang pribumi dalam urusan tersebut.
Namun karena dr. R. Rubini Natawisastra memiliki pergaulan yang luas dan terkenal cerdas, maka tak heran jabatan mentereng itu bisa diperolehnya dalam waktu yang relatif singkat.
Ketika Jepang masuk ke Hindia Belanda tahun 1942, Kalimantan menjadi salah satu tempat utama pasukan Dai Nippon ini mendarat.
Tentara Jepang menangkap orang-orang Belanda, termasuk orang-orang yang menjadi pegawai Belanda. dr. R. Rubini masuk dalam golongan tersebut. Hingga pada akhirnya Ia sangat membenci Jepang.
Selain karena dicari oleh tentara Jepang, faktor utama Rubini tidak menyukai Nippon karena tindakannya yang represif. Bahkan Jepang kerap melakukan pelecehan seksual terhadap wanita, dan anak-anak wanita di bawah umur.
Tindakan asusila itu tidak membuat Rubini lantas diam saja. Ia bersama kawan-kawannya dalam gerakan kepartaian, melindungi perempuan dengan anak-anak di bawah umur Kalimantan Barat, agar tidak menjadi korban keganasan Jepang berikutnya.
Selain itu dr. R. Rubini Natawisastra mengajak seluruh lapisan masyarakat di Pontianak untuk melawan penjajahan Jepang menggunakan senjata.
Oleh sebab itulah maka nama dr. R. Rubini Natawisastra memperoleh anugerah Pahlawan Nasional pada tahun 2022. Kiprahnya melawan penjajah saat bertugas menjadi dokter di Kalimantan Barat patut diapresiasi Negara setinggi-tingginya.
R. Rubini Natawisastra: Dokter yang Dieksekusi Jepang (1943-1944)
Perjuangan keras menuntut Jepang mundur membuat Rubini ditangkap dan diberikan hukuman eksekusi mati sekitar tahun 1943-1944. Jepang yang saat itu bertindak represif membunuh pula istri dr. R. Rubini Natawisastra secara keji.
Adapun menurut buku ”Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Kalimantan Barat” (1981), salah satu penyebab Jepang mengeksekusi Rubini bersama istrinya yaitu, akibat pernah memimpin Pasoekan Soeka Rela menyerang Jepang.
Baca Juga: Sri Paku Alam VIII, Profil Aristokrat Jawa yang Hobi Memanah
Rubini sebagai pemimpin pasukan anti Jepang di Kalimantan Barat ikut menenteng senjata. Oleh sebab itu, Rubini bukan dokter biasa, karena selain bisa mengobati orang sakit Ia juga mahir menembak dan melempar granat tepat pada sasaran.
Pasoekan Soeka Rela yang dipimpin Rubini menyerang markas-markas Jepang di Kalimantan Barat. Beberapa diantara yang lainnya mengepung pos-pos peluru, dan mengambil seluruh amunisi disana sebelum akhirnya dibakar ludes.
Namun nahas, tak beberapa lama setelah pasukan Rubini selesai mengepung Jepang, pasukan Dai Nippon dari berbagai markas mengepung balik Pasoekan Soeka Rela tersebut tanpa celah.
Saat itu terdapat 48 orang yang tertangkap oleh Jepang. Semuanya dieksekusi mati, dan dari keseluruhan jumlah Pasoekan Soeka Rela, ada nama Rubini beserta istrinya ikut terbunuh secara kejam.
Itulah biografi dr R Rubini Sastrawinata, dokter kelahiran Bandung yang berjuang di Kalimantan Barat. Namanya resmi menyandang gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2022. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)