Stunting pada anak harus kita waspadai. Ada dampak buruk akibat kurangnya asupan protein pada anak. Mengenal dan memahami tentang gejala dan penyebab stunting juga penting untuk mencegah dampaknya dan cara penanganannya. Stunting mengutip dari Wikipedia, merupakan keadaan atau kondisi terhambatnya pertumbuhan pada si kecil.
Kondisi ini berhubungan dengan kurangnya asupan gizi yang seharusnya anak-anak butuhkan karena sedang dalam masa pertumbuhan.
Saat ini pemerintah sedang gencar mengkampanyekan pentingnya gizi untuk anak-anak, dalam rangka untuk mencegah terjadinya stunting. Selain akan mempengaruhi pertumbuhannya, ada beragam dampak buruk kondisi ini.
Secara umum penyebab stunting pada anak karena kekurangan gizi, khususnya asupan proteinnya. Kurang gizi yang berlangsung lama ini akan menyebabkan pertumbuhan anak mengalami perlambatan pertumbuhan atau bahkan terhenti.
Apa Ciri, Gejala dan Penyebab Stunting pada Anak?
Medical Science Director Danone Indonesia, Ray Wagiu Basrowi, mengungkapkan bahwa kasus stunting bisa jadi ancaman terhadap masa depan Indonesia.
Hal itu ia ungkapkan saat menjadi pembicara di workshop Cyber Media Forum secara virtual, pada Kamis (29/9/2022).
Dalam lokakarya kerja sama antara AMSI dengan Danone Indonesia ini, Ray mengambil topik “Stunting, Nutrisi dan Dampak bagi Kesehatan Anak di Indonesia.
Baca Juga: Ray Wagiu Basrowi: Kasus Stunting Ancaman Generasi Bangsa
“Bukan cuma warning lagi, tapi sudah menjadi ancaman terhadap public health, ancaman terhadap masa depan Indonesia,” katanya.
Itu sebabnya, sambung Ray Wagiu Basrowi, kenapa pemerintah memasukkan itu di dalam Renstra. Bahkan ada tim khusus BKKBN dan Wakil Presiden yang mengerjakan itu.
“Kenapa? karena stunting pada anak ini bisa membuat potensi kehilangan masa depan generasi bangsa,” ujarnya.
Lanjut menambahkan, berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia, Indonesia pada tahun 2021 sebesar 24 persen.
“Meskipun, pemerintah mengklaim kemarin kasus stunting turun. Tapi intinya masih tinggi, karena target pemerintah pada tahun 2024 sebesar 14 persen,” kata Ray Wagiu Basrowi.
Namun ia mengingatkan, bahwa ada studi dari WHO dan UNICEF, bahwa kalau satu negara itu persentasi stuntingnya masih di atas 20%, itu masalah kesehatan masyarakat yang sangat besar suatu negara.
“Karena, 1 dari 3 anak yang nanti akan menjadi sumber daya manusia di usia produktifnya itu akan mengalami gangguan kognitif. Karena kurang makan yang baik, atau kurang asupan nutrisi,” jelasnya.
Itu sebabnya, kata Ray, pemerintah saat ini investasi besar-besaran. Bahkan, Presiden Jokowi sudah jelas menyampaikan, bahwa saat ini ada budget alokasi khusus untuk percepatan penanggulangan stunting.
Menurutnya saat ini pemerintah memfokuskan dan memprioritaskan dalam aspek nutrisi untuk penanganan stunting.
“Karena memang masalahnya stunting itu pasti kurang gizi, yang kronis selama bertahun-tahun,” tuturnya.
Ciri-ciri dan Gejala Stunting
Anak-anak yang mengalami stunting, mengutip hasil penelitian Ricardo (Bhutta, 2013), berdampak terhadap 15 persen kasus kematian balita di seluruh dunia.
Kelainan ini juga menyebabkan 55 juta anak kehilangan periode hidup sehat dan berkualitas setiap tahunnya.
Problem gizi tentunya berkaitan dengan kemampuan ekonomi dari orang tuanya. Karena itu kasus stunting pada anak di Indonesia banyak terjadi pada keluarga yang miskin. Baik yang terdapat pada perkotaan maupun daerah pelosok.
Baca Juga: Pemkab Pangandaran Targetkan 2023 Zero Stunting
Namun yang menarik, selain keluarga yang kurang mampu, penelitian juga menemukan banyaknya kasus stunting pada keluarga yang dalam kategori berkecukupan. Tampaknya informasi dan pengetahuan yang kurang juga bisa memicu kasus ini.
Gangguan pertumbuhan anak ini tak hanya pada fisik tubuhnya, namun juga menyangkut perkembangan otaknya. Gejala stunting yang paling terlihat adalah tinggi tubuhnya yang jauh lebih rendah ketimbang bocah seusianya.
Dampak langsung dari kondisi kekurangan gizi kronis bisa kita cermati sejak dini. Para orang tua bisa mengamati perkembangan anak-anaknya khususnya sejak kelahiran hingga 1000 hari dalam pertumbuhannya.
Ciri-ciri stunting pada anak secara umum akan terlihat sejak kelahiran hingga berumur 3 tahun. Periode pertumbuhan emas atau yang terpenting dari seorang anak ini justru tidak optimal. Dampaknya juga akan terlihat setelahnya.
Untuk mengenal lebih jauh tentang gangguan ini, ada baiknya Anda memperhatikan ciri-ciri dan gejala stunting sejak dini. Jika Anda menemukannya sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk penanganannya.
Ukuran Tubuh Lebih Pendek
Orang yang mengalami stunting akan mempunyai bentuk dan ukuran tubuh yang lebih pendek. Ciri ini akan terlihat jelas saat membandingkan anak Anda dengan anak seusia lainnya.
Namun ukuran tubuh yang lebih pendek tidak selalu merupakan gejala stunting pada anak. Apalagi jika perbedaan dengan teman lainnya tidak terlalu mencolok.
Wajah Lebih Muda
Selain pertumbuhan fisik yang berlangsung lambat, wajahnya juga umumnya terlihat lebih muda dari usianya. Sebagai orang tua Anda juga perlu mengenal perkembangan dan ciri pertumbuhan normal anak.
Baca Juga: Pelajar di Pangandaran Jadi Sasaran Kampanye Cegah Stunting
Selain itu karena kurangnya gizi bocah yang mengalami stunting biasanya juga akan mengalami keterlambatan dalam sejumlah hal. Termasuk terlambat menyangkut pertumbuhan giginya maupun saat pubertasnya.
Kemampuan Kognitif yang Rendah
Ciri-ciri stunting pada anak lainnya adalah kemampuan kognitifnya yang rendah. Gejala ini termasuk yang mengkhawatirkan karena telah menyebabkan perkembangan fungsi otaknya kurang optimal.
Daya kognisi yang rendah bisa kita tahu dari angka IQ yang rendah. Begitu juga saat tes perhatian dan memori belajar juga rendah. Anak-anak balita juga terlihat pada perkembangan kemampuannya dalam mengucapkan kata-kata yang terlambat.
Anak Sering Sakit
Ciri stunting pada anak lainnya adalah kondisi anak yang mudah sakit. Tak sedikit anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhannya sering mengalami sakit-sakitan. Kondisi ini terutama berhubungan dengan sistem imunitasnya yang rendah.
Kekebalan tubuh yang rendah juga berkaitan dengan asupan makanan nutrisi yang kurang. Jika anak yang kekurangan gizi berlangsung lama dan kurang tercukupi asupannya, wajar saja jika anak mudah terserang penyakit.
Sayangnya, tak sedikit masyarakat mengaitkan kondisi semacam ini dengan hal yang bersifat mistik. Karena itu kita sering menjumpai orang tua yang segera mengubah nama anaknya yang sering sakit. Padahal Anda mestinya berkonsultasi dengan dokter.
Anak Lebih Pendiam
Ciri-ciri stunting pada anak yang juga sering terlihat adalah sifatnya yang cenderung lebih pendiam atau menyendiri. Tak sedikit anak merasa rendah diri sehingga lebih senang menjauh dari teman-temannya.
Bahkan bocah yang memiliki kelainan ini juga jarang melakukan kontak mata dan lebih senang menunduk saat berbicara pada teman atau orang lain. Tanda ini juga mencerminkan rasa kurang percaya diri anak.
Cenderung Mudah Gemuk
Gejala stunting juga akan terlihat pada fisiknya yang cenderung lebih mudah menjadi gemuk. Namun gemuk anak dengan gangguan ini bukan gemuk sehat. Terganggunya sistem endokrin pada tubuh akan berpengaruh terhadap metabolisme lemak.
Metabolisme lemak yang mengalami gangguan inilah yang akan menyebabkan anak lebih gampang gemuk. Bahkan meskipun porsi makannya sedikit, namun tubuh cepat melar. Namun untuk memastikannya sebaiknya konsultasikan dengan ahlinya.
Penyebab Stunting pada Bayi dan Anak
Ray Wagiu Basrowi mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai tengkes atau stunting. Pasalnya, dampak tengkes bisa menurunkan kecerdasan otak pada anak. Hal tersebut menurutnya karena kurang nutrisi atau gizi.
Ia menjelaskan, bahwa dampak dari kekurangan gizi bukan cuma penurunan berat badan. Namun melainkan juga bisa membuat kurangnya asupan energi ke otak.
“Pembentukan otak mulai dari 2 tahun pertama, yang tumbuh sekitar 80%. Setelah itu, ketika mencapai 95% berhenti berkembang hingga usia balita. Itulah yang dinamakan periode emas,” jelasnya.
Ray Wagiu Basrowi mengungkapkan, bahwa ada 3 poin yang menjadi faktor penyebab stunting. “Antara lain pertama pola makan, pola asuh serta ketiga sanitasi,” ungkapnya.
Baca Juga: Cegah Stunting, Calon Pengantin di Subang Jabar Dapat Pendampingan
Lanjutnya menambahkan, untuk pola makan tidak teratur bisa membuat berkurangnya asupan protein serta sumber energi pada anak.
“Begitu juga untuk pola asuh. Jika praktik serta perilaku pemberian makan pada anak yang kurang baik, maka itu juga menjadi penyebab utama stunting,” jelasnya.
Sementara terkait dengan sanitasi, menurutnya, poin tersebut juga memiliki peranan yang penting untuk mencegah kasus stunting.
“Sebab, sanitasi yang baik dapat membebaskan anak-anak dari penyakit infeksi,” imbuhnya.
Sementara itu, UNICEF menetapkan masalah stunting pada rentang anak-anak dari sejak usia 0 hingga 59 bulan atau 6 tahun. Berikut ini berbagai faktor yang menjadi penyebab stunting pada anak yang wajib orang tua tahu.
Kekurangan Gizi
Stunting merupakan kondisi pertumbuhan si kecil yang mengalami kegagalan. Kondisi ini terjadi karena anak kekurangan asupan gizi dalam rentang waktu lama. Gagal tumbuh tak hanya pada fisik namun juga pada kemampuan otaknya.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, kurangnya asupan gizi berlangsung dari sejak dalam kandungan hingga 1000 hari pertama kelahiran. Penyebab stunting karena anak tidak mendapatkan asupan gizi yang anak butuhkan.
Faktor penyebab ini setidaknya mencakup beberapa aspek. Seperti rendahnya asupan vitamin dan mineral, kurang beragamnya asupan pangan protein hewani, serta rendahnya akses terhadap makanan yang bergizi.
Pola Asuh yang Buruk
Penyebab stunting pada anak juga berkaitan dengan pola asuh yang buruk dari orang tuanya. Faktor ini bisa terjadi karena sang ibu juga kurang nutrisi saat mudanya. Hal ini berlanjut hingga saat kehamilan dan kelahiran.
Kondisi ibu yang kekurangan nutrisi juga akan menyebabkan laktasi untuk bayinya akan kekurangan gizi pula. Hal inilah yang akan berpengaruh pada pertumbuhan anak selanjutnya, baik fisik tubuhnya maupun pada otak anak.
Bahkan hasil penelitian dari Riskesdas 2013 Kemenkes menemukan kondisi ibu hamil pada tahun 2016-2017. Setiap 1 dari 5 ibu hamil mengalami kurang gizi, dan 7 dari 10 ibu hamil mengalami kurang kalori dan protein.
Kondisi yang tak jauh berbeda terjadi pada anak-anak balita. Malah ada 7 dari setiap 10 anak balita yang mengalami kurang kalori. Selain itu sebanyak 5 dari 10 anak balita juga kekurangan protein.
Faktor Lingkungan
Aspek kebersihan lingkungan juga ikut berpengaruh terhadap tingginya kasus stunting yang terjadi. Khususnya akses terhadap sanitasi dan air bersih ikut menentukan pertumbuhan optimal anak-anak balita.
Baca Juga: Tahun 2022 Kasus Stunting di Kota Banjar Turun Jadi 8,7 Persen
Selain itu faktor penyebab stunting pada anak lainnya juga menyangkut penyakit yang terjadi pada ibu. Ibu yang menderita penyakit infeksi, hipertensi, maupun gangguan mental bisa menyebabkan stunting.
Kemenkes juga mensinyalir kehamilan remaja akibat pernikahan dini juga bisa memicu terjadinya stunting. Begitu juga dengan jarak kelahiran anak yang terlalu pendek juga bisa menyebabkan stunting.
Dampak Stunting
Ray Wagiu Basrowi menjelaskan, bahwa stunting adalah kondisi yang ditandai saat panjang atau tinggi badan anak kurang, apabila dibandingkan dengan umurnya.
“Penyebab utamanya gangguan pertumbuhan karena malnutrisi kronis atau kurang gizi menahun,” jelasnya.
Kondisi gangguan itulah yang akhirnya memberikan dampak terhadap anak. Apa saja dampaknya?
Ray menjelaskan untuk dampak jangka pendek, apabila stunting tidak segera ditangani maka akan membuat terganggunya perkembangan otak. Kemudian kecerdasan, lalu gangguan pertumbuhan fisik, Serta gangguan metabolisme dalam tubuh.
Sedangkan untuk jangka panjang untuk dewasa yang pernah mengalami malnutrisi, maka akan memiliki IQ dan kemampuan akademik yang lebih rendah.
“Jika dibandingkan dengan orang dewasa yang tidak pernah mengalami malnutrisi,” jelasnya.
Cara Mencegah dan Mengatasi Stunting
Ray Wagiu Basrowi menyarankan, agar bayi 0 sampai 6 bulan diberi asupan air susu ibu (ASI) eksklusif. Sebab, katanya, studi literatur, clinical trial dan meta analisis membuktikan dampak ASI eksklusif terhadap pencegahan kasus stunting sangat efektif.
“Tidak hanya mencegah stunting. Namun pemberian ASI dari 0-6 bulan yang merupakan sumber nutrisi utama, juga bisa membuat anak tumbuh menjadi individu yang prima dengan kualitas fisik dan mental yang baik,” kata Ray Wagiu Basrowi.
Langkah pencegahan stunting memang sangat penting agar pertumbuhan anak tidak terganggu. Kalaupun anak mengalami stunting orang tua perlu melakukan penanganan yang tepat.
Perhatian harus kita berikan pada 1000 hari pertama setelah kelahiran. Dalam umur dari 0 hingga 2 tahun ini anak harus mendapatkan asupan makanan dengan kandungan nutrisi yang cukup dan bervariasi. Ini penting untuk mencegah stunting. Berikut ini cara mencegah dan mengatasi stunting.
Asupan Nutrisi yang Cukup dan Seimbang
Jika orang tua menemukan adanya gejala stunting pada anak, Anda bisa memberikan penanganan saat anak belum berumur lebih dari 3 tahun. Anda bisa segera memberikan asupan nutrisi yang cukup pada anak.
Baca Juga: Penyebab Stunting dari Kendala Saat Melahirkan hingga ASI
Namun asupan makanan yang Anda berikan tak hanya cukup gizi. Sangat penting juga untuk membuat variasi menu. Hal ini agar tubuh anak menyerap beragam jenis gizi yang memang sangat dibutuhkan anak.
Ajak Anak Aktif dan Rajin Berolahraga
Periode anak stunting yang juga penting adalah sebelum anak memasuki masa pubertas. Jika anak mengalami kelainan ini dan belum puber, Anda masih bisa mengatasi kondisi anak dengan berbagai cara.
Antara lain Anda bisa mengajak anak menjalani pola hidup sehat. Baik dengan banyak mengonsumsi makanan yang bergizi. Termasuk dengan menu dari buah dan sayuran.
Anak juga perlu Anda ajak agar rajin berolahraga. Tak perlu dengan jenis olahraga yang berat. Cukup dengan senam atau jogging setiap pagi akan memberikan manfaat yang besar untuk pertumbuhan anak.
Selama mengatasi kondisi stunting ini Anda juga bisa memberikan asupan suplemen makanan sebagai pelengkap. Namun sebaiknya konsultasikan dengan ahli gizi menyangkut suplemen yang baik untuk anak.
Menjaga Lingkungan Sehat
Faktor lingkungan yang buruk merupakan penyebab stunting pada anak yang sering terjadi. Karena itu penting menjaga kondisi lingkungan yang bersih dan sehat untuk mendukung pertumbuhan anak. Selain itu juga untuk mencegahnya dari stunting. (Adi/R5/HR-Online-Editor-Adi)