Minggu, Maret 30, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Srimulat, Grup Lawak dengan Pemain Terbanyak

Sejarah Srimulat, Grup Lawak dengan Pemain Terbanyak

Dalam dunia sejarah seni pertunjukan di Indonesia, Srimulat tercatat sebagai grup lawak pertama yang memiliki jumlah anggota pemain terbanyak.

Dengan jumlah anggota kurang lebih 40 sampai dengan 50 pemain, Srimulat mampu menorehkan prestasi terbaiknya dalam panggung hiburan Indonesia.

Oleh sebab itu, dengan prestasi terbaik yang diperoleh  Srimulat dengan para pemain hebat di belakangnya, maka sayang apabila historiografi mengenai grup lawak tersebut hilang, atau bahkan tidak ada sama sekali.

Baca Juga: Profil Hasan Basori, Bermain Ludruk Sejak Kelas 4 SD

Jika catatan sejarah mengenai Srimulat hilang, maka kita sebagai bangsa yang rugi, sebab secara tidak langsung kita kehilangan investasi kemajuan seni pertunjukan di Indonesia yang dipersembahkan untuk dunia.

Dengan demikian, artikel ini bermaksud untuk menjelaskan sejarah grup lawak pertama di Indonesia yang maju akibat jumlah anggota pemain terbanyak yaitu, Grup Lawak Srimulat.

Sejarah dan Asal Usul Srimulat

Menurut Dwi Anni Esya dalam jurnal Avatara- Pendidikan Sejarah UNESA berjudul “Grup Lawak Aneka Ria Srimulat Surabaya Tahun 1961-1989”, (Esya, 2015: 122), Srimulat untuk pertama kalinya berdiri di Surakarta pada tahun 1950.

Grup lawak yang terkenal karena dagelan lucunya ini lahir dari tangan sepasang suami istri bernama, Teguh Slamet Rahardjo dengan Raden Ayu Srimulat.

Teguh yang merupakan keturunan etnis Tionghoa bernama asli, Kho Tjien Tiong ini bersama sang istri, Raden Ayu Srimulat kemudian memperluas seni pertunjukan “Srimulat” ke beberapa provinsi di pulau Jawa antara lain, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan Jakarta.

Eksistensi Srimulat sebagai grup lawak yang kondang di Surakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan Jakarta karena latar belakang kelahirannya yang mana berasal dari seni hiburan masyarakat kecil di tengah fenomena urbanisasi Kota.

Srimulat hadir sebagai penolong kesehatan mental bagi orang-orang pelaku urbanisasi ke perkotaan. Srimulat tidak ingin melihat kesengsaraan masyarakat desa yang pindah ke perkotaan.

Kepeduliannya terhadap masyarakat kecil ini berbalas kebaikan yaitu, terkenalnya grup lawak Srimulat hingga ke berbagai daerah, termasuk booming di kota-kota besar seperti Jakarta.

Ketika Srimulat manggung di Jakarta tak sedikit pun dari para pemainnya yang banyak itu gemetar, tidak percaya diri, dan demam panggung.

Baca Juga: Sejarah Teater Gandrik, Pencetak Raja Monolog Butet Kartaredjasa

Menurut Teguh Slamet Rahardjo sendiri menyebut, kepercayaan diri para pemain Srimulat demikian teruji karena sudah terbiasa main di panggung-panggung daerah.

Secara mental mereka (para pemain) tidak begitu sulit menguasai panggung Jakarta, sebab terbiasa dengan panggung yang lebih ekstrim di daerah sebelumnya.

Penampilan dari desa ke desa, dari daerah ke daerah, membuat para pemain Srimulat percaya diri. Dengan kata lain mereka sudah mematangkan karakter disana.

Hingga pada saat jaman televisi Indonesia terkenal tahun 1980-an, Srimulat hadir dan berkontribusi di dalamnya. Grup lawak ini kemudian semakin terkenal di hadapan publik Nasional, bahkan kerap memunculkan kenangan tersendiri bagi para penggemarnya dahulu.

Grup Lawan dengan Jumlah Anggota Terbanyak

Menurut berbagai referensi yang berkaitan dengan struktur keanggotaan, Srimulat sebagai grup lawak asal Surakarta, Jawa Tengah ini memiliki jumlah anggota pemain terbanyak menurut catatan sejarah seni pertunjukan di Indonesia.

Terdapat 40 sampai dengan 50 orang pemain Srimulat. Itu pun masih belum menghitung ada beberapa pemeran “Figuran Tetap”.

Sedangkan para ahli teater, dan seni pertunjukan tradisional menyebut Srimulat memiliki jumlah anggota pemain banyak ini disebabkan oleh strategi pemasaran.

Menurut Raden Ayu Srimulat (Istri Teguh Slamet Rahardjo), dengan mempekerjakan para seniman tradisional kita akan mudah mendapatkan identitas. Ketika identitas kesenian itu sudah kita peroleh, maka di situlah job (pekerjaan) akan mengalir terus menerus.

Selain menjadi strategi pemasaran yang kreatif, banyaknya jumlah anggota pemain Srimulat ini juga bertujuan untuk memperoleh daya tarik penonton.

Para pemain Srimulat sendiri percaya, apabila menghadirkan pemain yang “tidak itu-itu saja”, maka secara pasti pemain tidak akan merasa bosan sedikit pun.

Selain itu, kehadiran para pemain Srimulat yang terbilang banyak ini mendorong kreativitas para pemain saat pentas di atas panggung.

Seperti memunculkan celetukan yang baru, dimana sebelumnya belum pernah didengar oleh orang banyak. Biasanya hal ini terjadi ketika para pemain Srimulat berasal dari berbagai daerah dengan ragam budaya yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Banyaknya jumlah pemain Srimulat juga membantu para Nayagan untuk bermain musik mengiringi para pemeran yang akan pentas. Sebab pada zaman itu pengiring musik masih original, menggunakan alat musik tradisional yang perlu dimainkan oleh banyak tangan.

Kehadiran Grup Lawak Srimulat Murni untuk Menghibur

Di tengah dunia hiburan lawak di Indonesia yang kerap membawakan materinya dengan unsur kritik, Srimulat justru hadir berlawanan.

Baca Juga: Sejarah Musik Dangdut, Meninabobokan Pemuda Zaman Orba

Grup lawak Srimulat ini hanya menghadirkan seni pertunjukan yang murni, dan menghindari patronase di atas.

Srimulat ingin membebaskan diri dari hal-hal yang bisa membuat kelompok, atau individu tersinggung akibat sindiran yang mengarah pada profesi.

Grup lawak ini sedianya hanya hadir untuk menghibur. Srimulat tidak memiliki kapasitas ke ranah politik karena mereka tidak punya kepentingan politis di belakangnya.

Secara jujur Srimulat hanya hadir untuk menghibur masyarakat. Sebab para pemain Srimulat percaya apabila profesi sebagai penghibur itu memiliki ganjaran pahala yang berlipat-lipat ganda.

Sebagian pengamat menyebut Srimulat Apatis, grup lawak yang tidak peduli dengan keadaan sosial di sekitarnya. Namun hal ini ditanggapi oleh Teguh Slamet Rahadjo dengan mengatakan cara mereka menyampaikan sesuatu (kritik) berbeda.

Srimulat tidak ingin mengkritik ketidakadilan dengan modal ucapan. Akan tetapi mereka berusaha keras untuk menciptakan kritik sosial itu dengan langsung terjun ke pusat kemiskinan.

Contohnya, Srimulat turun langsung ke tengah masyarakat urban dengan cara menghibur melalui pertunjukan panggungnya yang kadang di gratiskan. Srimulat ingin memberikan suplemen kesehatan bagi mental mereka dengan tertawa riang, dan gembira.

Kepedulian terhadap masyarakat kecil di pusat perkotaan ini lahir dari seluruh anggota pemain Srimulat yang memiliki sub kultur berbeda.

Dengan adanya subkultur yang berbeda ini Srimulat tercipta dari ragam budaya yang kaya. Kekayaan tersebut kemudian membentuk jiwa persaudaraan yang kuat, dan menciptakan kepekaan bagi masalah sosial di lingkungan sekitarnya.

Kini Srimulat menjadi legenda dalam panggung hiburan Indonesia. Meskipun para pemerannya sudah tidak eksis lagi seperti dulu, akan tetapi Srimulat memiliki kontribusi yang penting bagi jagat kesenian Indonesia. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Pelindung Kaca Spion Saat Hujan Water Repellent, Cara Pemasangannya

Pelindung Kaca Spion Saat Hujan Water Repellent, Cara Pemasangannya

Pelindung kaca spion saat hujan akan sangat dibutuhkan. Saat hujan, maka kaca spion mobil bisa mengembun. Akhirnya, pengendara tidak bisa melihat kondisi mobil atau...
HP EliteBook 8 G1, Laptop Modular dengan Berbagai Keunggulan

HP EliteBook 8 G1, Laptop Modular dengan Berbagai Keunggulan

HP EliteBook 8 G1 hadir sebagai gebrakan baru di dunia laptop dengan konsep modularnya yang revolusioner. Dalam acara tahunan Amplify 2025 di Amerika Serikat,...
Cara Mengaktifkan VoLTE di HP untuk Panggilan Suara yang Jernih

Cara Mengaktifkan VoLTE di HP untuk Panggilan Suara yang Jernih

Cara mengaktifkan VoLTE penting untuk Anda ketahui agar panggilan suara HP menjadi lebih jernih dan koneksi lebih stabil. Teknologi ini semakin populer seiring dengan...
Sejarah Gedung Agung Yogyakarta, Jejak Berharga yang Kini Jadi Cagar Budaya

Sejarah Gedung Agung Yogyakarta, Jejak Berharga yang Kini Jadi Cagar Budaya

Yogyakarta bukan hanya tentang Malioboro atau Keraton, tetapi juga menyimpan banyak bangunan bersejarah yang punya cerita panjang. Salah satu yang paling ikonik adalah Gedung...
Ulefone Armor 33 Pro, Smartphone Tangguh dengan Spesifikasi Gahar

Ulefone Armor 33 Pro, Smartphone Tangguh dengan Spesifikasi Gahar

Ulefone kembali menghadirkan smartphone rugged terbaru mereka, Ulefone Armor 33 Pro, yang diumumkan pada 3 Maret 2025 lalu. HP Android ini hadir dengan berbagai...
Hadirkan Layanan Terbaru, Kini Muncul Fitur Terjemahan DM Instagram

Hadirkan Layanan Terbaru, Kini Muncul Fitur Terjemahan DM Instagram

Instagram terus melakukan peningkatan untuk memberikan kenyamanan bagi penggunanya dalam bersosial media. Setelah melakukan perubahan desain profil, kini perusahaan asal Amerika Serikat ini juga...