Rabu, Februari 12, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Robohnya Jembatan Ciputrapinggan Pangandaran Tahun 1950

Sejarah Robohnya Jembatan Ciputrapinggan Pangandaran Tahun 1950

Jembatan Ciputrapinggan, Pangandaran ternyata pernah roboh pada tahun 1950. Sementara pada bulan Oktober tahun 2016, masyarakat Pangandaran geger oleh peristiwa amblasnya jembatan Ciputrapinnggan. Jembatan ini merupakan akses utama Bandung-Pangandaran yang terletak di daerah Puterapinggan. 

Sebagian orang mengatakan peristiwa ini terjadi pertama kali seumur hidup mereka. Karena usia jembatan yang tua, dan sudah dibangun sejak era pemerintah kolonial Hindia-Belanda.

Bagaimana sebenarnya sejarah jembatan di Puterapinggan atau zaman dulu lebih terkenal dengan nama Tjiputrapinggan (Ciputrapinggan)?

Berdasarkan beberapa penemuan data yang berasal dari Koran berbahasa Belanda, salah satunya “Indische Courant voor Nederlands” tanggal 03 Agustus 1952, ternyata jembatan ini sudah pernah hancur akibat banjir bandang pada pertengahan tahun 1950.

Meskipun kejadian ini tidak menimbulkan korban jiwa, akan tetapi putusnya jembatan Ciputrapinggan ini sudah menimbulkan kerugian yang cukup luas, terutama bagi sektor ekonomi daerah di Pangandaran.

Akibatnya, informasi dan komunikasi antar masyarakat di daerah Pangandaran, Kalipoetjang (Kalipucang), dan Padaherang terputus. Masyarakat juga terisolir dari berita dan informasi Nasional akibat sulitnya para loper Koran mengantarkan surat kabar terbarunya ke Pangandaran.

Baca Juga: Jembatan Ciputrapinggan Pangandaran Amblas, Banyak Pengendara Menginap

Dalam artikel sejarah singkat ini, penulis bermaksud untuk menjelaskan peristiwa hancurnya jembatan Ciputrapinggan tahun 1950.

Peristiwa tersebut merupakan bukti, kalau ternyata amblasnya jembatan Puterapinggan pada tahun 2016 silam bukan untuk pertama kalinya terjadi.

Sejarah Jembatan Ciputrapinggan Pangandaran Tahun 1950, Pernah Hancur Akibat Banjir Bandang

Menurut catatan sejarah dalam Koran berbahasa Belanda, penyebab terjadinya banjir bandang di daerah Ciputrapinggan yang telah merusak jembatan utama jalur Bandung-Pangandaran, ternyata akibat meluapnya air sungai di daerah Lakbok, Bandjarsari (Banjarsari).

Luapan sungai di Lakbok yang tinggi, ternyata karena faktor cuaca yang tidak menentu. Hujan mengguyur daerah tersebut berhari-hari. Akibatnya debit air terus bertambah dan meluap hingga menyebabkan musibah banjir.

Dampak dari peristiwa banjir bandang akibat jebolnya tanggul air di daerah Lakbok, Banjarsari membuat air sungai di beberapa daerah meluap. Seperti sungai di daerah Padaherang, Tjiseel (Ciseel), Tjiputerahadji (Ciputrahaji), dan Ciputrapinggan.

Akan tetapi daerah yang terkena dampak banjir dan menimbulkan kerugian di daerah Ciputrapinggan. Banjir tersebut sudah mengakibatkan hancurnya satu jembatan utama penghubung jalan raya Bandung-Pangandaran yang vital bagi perkembangan ekonomi.

Para pengamat di lembaga urusan pengairan setempat menyebut, banjir dengan luapan air yang besar terjadi di Ciputrapinggan ini karena kontur, atau jenis aliran sungai yang langsung tembus ke lautan (Muara).

Baca Juga: Sejarah Wisatawan Belanda Tenggelam di Pangandaran Tahun 1938

Oleh sebab itu, meskipun Ciputrapinggan tidak diguyur hujan berhari-hari sebagaimana yang terjadi di Lakbok, Bandjarsari. Akan tetapi mengingat jenis sungai yang masuk kategori aliran Muara, maka akan memperoleh dampak yang beresiko tinggi.

Jembatan Roboh karena Usia

Sementara koran berbahasa Belanda “Indische Courant voor Nederlands” (03 Agustus 1952), menyebutkan kerusakan jembatan di Ciputrapinggan tahun 1950 karena usia jembatan yang sudah renta.

Kerusakan akibat usia jembatan yang sudah tua inilah kemudian menjadi faktor penghambat pengerjaan renovasi. Karena jembatan yang lapuk, pemerintah pusat mendanai pembangunan baru untuk jembatan di Ciputrapinggan tahun 1950.

Oleh karena itu pengerjaan kembali pembangunan jembatan Ciputrapinggan ini memakan waktu yang cenderung lama yaitu, sekitar dua tahun waktu pengerjaan.

Salah satu akibat lamanya pembangunan selain karena renovasi secara total. Penyebab lainnya yaitu, pengiriman alat berat yang terhambat akibat jalur Bandung-Pangandaran menuju Ciputrapinggan masih kecil, dan sempit.

Apalagi ketika kendaraan alat berat ini melewati hutan Karang Nini yang belum ada pengaman jalan. Jadi harus berhati-hati, karena jalan tersebut beresiko tinggi masuk jurang.  

Menghambat Laju Distribusi

Peristiwa banjir bandang yang menyebabkan runtuhnya jembatan Ciputrapinggan pada tahun 1950 ini telah menghambat laju distribusi segala bidang di Pangandaran.

Salah satu jenis distribusi yang terhambat dari peristiwa ini adalah kebutuhan pokok. Seperti bahan makanan instan (Mie), kebutuhan susu anak, dan bahan baku kain untuk kebutuhan perlengkapan pakaian.

Selain itu hambatan dari putusnya akses jalan raya Bandung-Pangandaran di Ciputrapinggan ini, berpengaruh besar bagi distribusi pengiriman kopra (Kelapa Kering) yang saat itu menjadi sektor utama pendapatan daerah di Pangandaran.

Terputusnya jembatan Ciputrapinggan Pangandaran tahun 1950 juga telah mengakibatkan masyarakat Pangandaran buta informasi. Hal ini karena terbatasnya Surat Kabar yang bisa dibaca. Sedangkan radio dan televisi merupakan barang yang masih terbatas saat itu.

Karena hambatan yang disebabkan oleh masalah jembatan ini juga, perjalanan wisata Pangandaran yang sudah eksis sejak zaman kolonial Belanda menjadi tersendat.

Perjalanan para pelancong yang hobi menghabiskan waktu akhir pekannya di Pantai Pangandaran harus puasa selama dua tahun lamanya.

Baca Juga: Perampokan di Pangandaran Tahun 1953: Kuwu Terbunuh, 14 Rumah Terbakar!

Para pelaku usaha wisata di pantai Pangandaran pun terhambat. Pendapatan mereka berkurang, hingga pada akhirnya mereka kembali berprofesi menjadi nelayan, dan petani.

Jembatan Selesai Diperbaiki, 1952 Kembali Beroperasi

Setelah roboh pada tahun 1950, meskipun memakan waktu yang cukup lama yaitu dua tahun berturut-turut, akhirnya jembatan Ciputrapinggan, akses utama penghubung jalan raya Bandung Pangandaran selesai. Jembatan kembali resmi beroperasi kembali pada tahun 1952.

Peristiwa ini sebagaimana tergambar dalam keterangan koran berbahasa Belanda berjudul “Algemeen Indisch dagblad: de Preanger Bode”, tanggal 06 Desember 1952.

Sebelum diresmikan kepada publik, jembatan ini terlebih dahulu diuji coba oleh teknisi handal pemerintah, dengan menempatkan beban kendaraan berat di atasnya.

Uji coba ini pun berhasil, berdasarkan tekanan yang ditimbulkan pasca uji coba, tidak ada sedikitpun struktur jembatan yang berubah. Artinya pembangunan jembatan Ciputrapinggan yang selesai pada tahun 1952 ini siap untuk digunakan kembali.

Berdasarkan informasi dari koran di atas, hadir dalam peresmian pembukaan kembali jembatan Ciputrapinggan Kepala Pelayanan Publik untuk wilayah Priangan, atau sekarang setara dengan posisi Gubernur Jawa Barat pada tahun 1952 yakni, Sanusi Hardjadinata.

Tak lama setelah Gubernur Sanusi meresmikan jembatan Ciputrapinggan, beberapa pengusaha kopra di daerah Tjikemboelan beroperasi kembali.

Kendaraan truk-truk besar yang sudah mengangkut kelapa kering sebelum peresmian jembatan, akhirnya jalan melewati Ciputrapinggan dengan aman menuju pusat perkotaan. Tujuannya agar kopra disebar dan segera dijual ke beberapa pemodal besar di Jakarta.

Seiring dengan beroperasinya kembali pabrik kopra setelah jembatan Ciputrapinggan selesai perbaikan, beberapa pelancong dari Bandung pun berdatangan ke pantai Pangandaran.

Mereka sudah tidak tahan ingin berlibur menikmati pantai. Selain itu mereka juga ingin menginap di pesanggrahan pesisir Pangandaran, peninggalan pemerintah kolonial Hindia-Belanda pada tahun 1939. (Erik-R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Pengembangan Pantai batukaras

Bupati Pangandaran Terpilih Citra Pitriyami Prioritaskan Pengembangan Pantai Batukaras

harapanrakyat.com,- Bupati Pangandaran terpilih Citra Pitriyami, akan fokus pada pengembangan pariwisata, salah satunya adalah Pantai Batukaras. Citra mengatakan bahwa prioritas pembangunan ada di objek...
Inspirasi Desain Kebun Sayur Belakang Rumah Agar Tampil Cantik

Inspirasi Desain Kebun Sayur Belakang Rumah Agar Tampil Cantik

Desain kebun sayur di belakang rumah memang sangat menarik. Menanam sayur di rumah memberikan banyak manfaat bagi pemiliknya, salah satunya mengurangi kebutuhan untuk membeli...
Angga Yunanda dan Shenina Cinnamon

Perjalanan Cinta Angga Yunanda dan Shenina Cinnamon Berawal dari Cinlok hingga Menikah

Aktor pemain film Dua Garis Biru, Angga Yunanda dan Shenina Cinnamon kini resmi menikah. Momen pernikahan keduanya diunggah oleh Angga melalui akun media sosial...
Onyo Tinggal Serumah dengan Sarwendah

Ruben Beberkan Alasan Onyo Tinggal Serumah dengan Sarwendah: Dia Butuh Sentuhan…

Ruben Onsu membeberkan alasan Betrand Peto atau Onyo tinggal serumah dengan Sarwendah. Seperti diketahui, sejak tahun 2019, Betrand Peto sudah menjadi anak angkat dari...
Intan Nuraini

Intan Nuraini Rayakan Ulang Tahun Putrinya, Warganet Ramai Berikan Doa Terbaik

Lama tak muncul ke publik, Intan Nuraini bagikan postingan ulang tahun anak perempuannya. Hijaber cantik yang merupakan ibu tiga anak ini kompak merayakan ulang...
Bendungan Cariang di Sumedang

8 Kali Gagal Panen, Petani Desak Pemerintah Perbaiki Bendungan Cariang di Sumedang

harapanrakyat.com,- Para petani yang terdampak jebolnya Bendungan Cariang di Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, terus mendesak pemerintah untuk segera melakukan perbaikan permanen pada...