Peringatan Hari Buruh di Bandung pada 1 Mei 1956 ramai jadi perbincangan masyarakat kala itu. Pasalnya, ribuan massa menghadiri hari peringatan serikat pekerja alias buruh tersebut.
Perayaan hari buruh pada tahun ini menjadi sebuah keistimewaan tersendiri khususnya bagi kaum buruh di Bandung, Jawa Barat.
Sebagian warga Bandung kaget sekaligus terharu, hampir semua masyarakat antusias merayakan hari buruh dengan ramai.
Bahkan menurut catatan sejarah Indonesia, baru pada tahun 1965 itulah ribuan massa memenuhi lapangan Tegallega untuk memperingati Hari Buruh.
Perayaan Hari Buruh 1956 di Bandung saat Bulan Puasa
Surat kabar berbahasa Belanda “Algemeen Indisch dagblad: de Preanger Bode” bertajuk “Ondanks Puasa een Grootse Herdenking” (1956), memberitakan perayaan Hari Buruh tahun 1956 di Bandung diadakan saat sedang bulan Puasa Ramadhan.
Sementara “Honderdduizen Woonden de 1 Mei Viering op Tegallega bij” (1956) mengabarkan, meskipun di tengah bulan puasa Ramadhan, masyarakat Bandung sangat antusias mengikuti perlombaan kompetisi olahraga sebelum upacara peringatan 1 Mei 1956.
Adapun yang berpartisipasi dalam perlombaan berikut terdiri dari Serikat Pekerja dengan Tentara. Mereka saling berlomba mendapatkan poin dalam memenangkan berbagai pertandingan olahraga.
Pertandingan olahraga saat bulan puasa Ramadhan ini terdiri dari Badminton, Pingpong (Tenis Meja), dan Sepakbola.
Beberapa perwakilan atlet buruh berasal dari anggota SOBSI. Sementara lawannya adalah para atlet Badminton, Pingpong, dan Sepakbola yang berasal dari KMKB.
Pertandingan olahraga yang paling seru, dan mendapatkan penonton yang ramai adalah sepakbola. Kompetisi pada peringatan Hari Buruh 1956 di Bandung antara tentara dan buruh ini menghasilkan score yang imbang 1-1.
Baca Juga: Profil Djoko Pekik: Terlibat PKI 1965, Lukisannya Laku 1 Miliar
Meskipun demikian, persahabatan antara dua profesi itu semakin lekat tanpa ada konflik yang mengakibatkan pemutusan tali persaudaraan.
Serikat pekerja di Bandung berbeda dengan kultur buruh yang ada di Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Kebanyakan serikat buruh di Bandung atau SOBSI dekat dengan tentara. Salah satunya terlihat dari buruh dan tentara bermain sepakbola pada hari peringatan buruh sedunia di Tegallega.
Meskipun pertandingan sepakbola ini sangat melelahkan, namun tidak menimbulkan dampak yang mengakibatkan batal berpuasa.
Sebab, kendati pun sedang berpuasa, mereka (para peserta pertandingan) begitu semangat hingga mengalahkan rasa lapar, dan haus saat berpuasa. Bahkan sebagian pemain menganggap pertandingan ini sebagai ajang ngabuburit.
Malam Perayaan Hari Buruh 1 Mei 1956
Jika pertandingan olahraga ini diadakan pagi hari, maka malam harinya panitia perayaan 1 Mei 1956 mengadakan acara pengajian.
Salah satu pembicara utama dalam pengajian ini berasal dari tokoh PSII (Partai Persatuan Islam Indonesia), Bandung.
Beliau berpidato masalah buruh. Terutama tentang sejarah awal mula buruh menurut peradaban Islam.
Bahkan sesekali pengisi acara mengaitkan ayat-ayat Al-Qur’an yang membela kaum buruh. Golongan yang menurut catatan ayat suci umat Islam masuk dalam manusia taqwa. Bekerja dengan penuh kesabaran, dan bermanfaat bagi setiap umat.
Karena tema pengajian yang menarik dan sesuai dengan hari peringatan buruh, maka tempat malam perayaan 1 Mei 1956 di Bandung ini penuh dengan khalayak umum.
Tidak hanya anggota serikat buruh, akan tetapi melibatkan juga masyarakat sekitar yang hadir. Suasana yang meriah dan megah di lapangan Tegallega ini merupakan daya tarik utama orang-orang berpartisifasi di malam tersebut.
Pencapaian massa yang hadir di tempat perayaan malam 1 Mei 1956 ini mencapai ribuan massa. Ketika salah seorang wartawan bertanya kepada pengunjung acara, selain pengajian, kehadiran mereka ke Tegallega karena ingin melihat penampilan tari, dan musik tradisional.
Hal ini karena penutupan acara yang melibatkan seniman Lekra memberikan pertunjukan lagu, dan tarian tradisional di tengah-tengah lapangan Tegallega yang meriah.
Acara ini memberikan dampak positif bagi dua kubu yang diidentikkan saling berseberangan, yaitu komunis dan agamis.
Sebab dalam acara ini, dua kubu saling akur dan mendukung satu sama lainnya. Orang-orang yang saling memiliki latar belakang ideologi politik yang berbeda melebur menjadi satu akibat perayaan 1 Mei 1956 di lapangan Tegallega Bandung, sungguh ini moment yang langka.
Baca Juga: Kisah Dokter Parlindoengan Loebis Ditangkap Nazi saat Makan Siang
Menginspirasi Daerah Lain di Jawa Barat
Perayaan Hari Buruh pada 1 Mei 1956 di Bandung telah memberikan dampak positif bagi masyarakat Jawa Barat. Sebab banyak daerah di Jawa Barat yang terinspirasi mengadakan peringatan hari buruh sebagaimana yang diadakan di Tegallega kemarin.
Beberapa daerah yang terinspirasi tersebut, antara lain terdiri dari daerah: Garoet, Krawang, Soebang, Tjiamis, dan Tasikmalaja.
Bahkan beberapa pengurus serikat buruh di daerah-daerah tersebut kemudian menjalin kerjasama dengan pengurus Lekra Jawa Barat untuk menyusun konsep acara perayaan buruh pada tahun depan.
Selain mengadakan pertunjukan seni, olahraga, dan malam keakraban masyarakat melalui pengajian, pengurus buruh di daerah ini menginginkan pawai obor.
Hal tersebut bertujuan supaya dapat memberikan kesan meriah terhadap perayaan buruh sebagaimana perayaan masyarakat perkotaan di lapangan Tegallega, Bandung tahun 1956. Perayaan ini pun disetujui, dan akan diadakan pada tahun berikutnya. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)