Dalam sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949, profil Letnan Komaruddin ramai jadi perbincangan saat itu. Hal ini terjadi akibat Letnan Komaruddin mendapati peran sebagai komandan peleton yang saat itu keliru menetapkan tanggal untuk menyerang Belanda di Yogyakarta tahun 1949.
Letnan Komaruddin ini juga terkenal memiliki kisah unik, dan menarik untuk kita gali lebih dalam lagi. Pasalnya sebagian saksi sejarah menyebut Letnan Komaruddin kebal terhadap peluru, dan benda tajam lainnya.
Baca Juga: Kisah AH Nasution Lulus Kadet Tahun 1940 saat Katup Jantung Bocor
Karena kesaktiannya ini, banyak anak buahnya yang sangat menghormati Letnan Komaruddin. Penghormatan anak buah pada atasannya juga timbul akibat pembawaannya yang berwibawa dan kharismatik.
Pada setiap tanggal 1 Maret, figur Letnan Komaruddin kerap diperingati oleh napak tilas peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.
Peragaan napak tilas perjuangan Letnan Komaruddin dilakukan di beberapa titik terjadinya tembak menembak, yaitu di Titik Nol Yogyakarta, Museum Benteng Vredeburg, dan Sepanjang Jalan Raya Malioboro.
Profil Kehidupan Letnan Komaruddin
Letnan Komaruddin merupakan Komandan Peleton di SWK 101, Brigade X, Pimpinan Mayor Sarjono di Yogyakarta.
Menurut catatan sejarah profil Letnan Komaruddin lahir dengan nama asli Eli Yakim Teniwut. Ia lahir di sebuah desa bernama Ohoidertutu, Kei Kecil Barat, Maluku Tenggara.
Meskipun tidak ada catatan jelas tentang tanggal lahir Letnan Komaruddin, tidak membuat namanya surut diperbincangkan hingga saat ini dalam catatan sejarah Indonesia.
Hal ini karena Letnan Komaruddin saat itu pernah keliru memimpin pasukan untuk menghalau pergerakan Belanda di Yogyakarta.
Kekeliruan ini akibat sikap Letnan Komaruddin yang pemberani. Sifat terlalu berani dan percaya diri ini berakhir pada prinsip ugal-ugalan yang menyebabkan pasukannya menyerang Belanda salah tanggal.
Baca Juga: Profil Benyamin Sueb, Seniman Betawi Pernah Jadi Kondektur Bus
Kendati pun demikian, Letnan Komaruddin tetap disukai oleh bawahannya. Sebab prinsip yang pemberani membuat anak buahnya semakin percaya diri untuk berperang.
Selain terkenal ugal-ugalan, sebagian mantan anak buah Letnan Komaruddin mempercayai komandannya itu punya kesaktian kebal alias anti peluru.
Oleh sebab itu tak heran para komandan yang memiliki jabatan lebih atas dari Letnan Komaruddin juga menghormati keputusan pasukan Komaruddin walau terkadang ugal-ugalan.
Salah Memimpin Jadwal Penyerangan
Sifat Letnan Komaruddin yang pemberani dan ugal-ugalan dalam memimpin perang, tercermin ketika pasukannya salah jadwal untuk menyerang Belanda.
Seharusnya Pasukan Merah yang dikomandani oleh Komandan Peleton SWK 101, Brigade X, Letnan Komaruddin menyerang Belanda di pusat kota Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949.
Namun karena Letnan Komaruddin tergesa-gesa dan lupa tanggal, pasukannya akhirnya menyerang Belanda lebih awal yakni pada tanggal 28 Februari 1949.
Alhasil Belanda dengan mudah mematahkan serangan mereka pada tanggal 28 Februari 1949. Meskipun demikian penyerangan itu sudah membuat Belanda lengah.
Sebab Belanda mengira kalau penyerangan tentara Republik akan menyerang pada tanggal tersebut sebagaimana yang dipimpin Letnan Komaruddin. Akan tetapi ternyata penyerangan yang lebih besar terjadi pada tanggal 1 Maret 1949.
Hal ini berhasil meluluhlantakkan pertahanan Belanda di Yogyakarta. Pasukan tentara Republik pun menghargai kekeliruan pasukan Letnan Komaruddin dalam mengambil keputusan untuk menyerang lebih awal. Dengan demikian Belanda lengah dan tak tahu akan ada serangan balik.
Berdasarkan kekeliruan itu, Letnan Komaruddin terlihat dinasihati oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman. Saat dinasihati atas kekeliruannya, Letnan Komaruddin menangis. Tangisan Letnan Komaruddin menggambarkan kesalahan yang murni akibat keteledorannya sebagai pemimpin.
Saat peristiwa itu Letnan Komaruddin berjanji untuk mengubah perilaku yang ugal-ugalannya itu menjadi lebih baik lagi.
Baca Juga: Kasman Singodimedjo, Jaksa Agung Pertama RI yang Religius
Di depan anak buahnya langsung, Letnan Komaruddin berjanji akan memenuhi kriteria menjadi seorang pemimpin yang akan selalu melindungi keselamatan anak buahnya saat ada di medan perang.
Komandan Peleton yang Bertanggung Jawab
Catatan historiografi Indonesia menggaris bawahi Letnan Komaruddin sebagai sosok pemimpin Peleton yang bertanggung jawab.
Hal ini terlihat saat sang Letnan mengawal pasukan Palang Merah Indonesia (PMI) yang sedang membawa anak buahnya akibat terluka parah karena tembakan Belanda.
Peristiwa ini sebagaimana tercatat oleh sejarawan UGM Sri Margana dalam buku berjudul, “Naskah Akademik: Serangan Umum 1 Maret 1949 sebagai Hari Nasional Pergerakan Kedaulatan Negara”, (Margana, 2022: 44).
Tidak hanya mengawal pasukan PMI yang sedang membawa korban penembakan oleh Belanda, sikap tanggung jawabnya sebagai pemimpin Letnan Komaruddin juga tercermin saat Ia menjadi umpan untuk mengalihkan perhatian Belanda tatkala kontak senjata terjadi.
Selain itu, Letnan Komaruddin juga menyatakan sikap kepada atasannya. Apabila akan menyalahkan kesalahan penyerangan yang keliru tanggal, maka salahkan saja pemimpinnya, yaitu Letnan Komaruddin sendiri.
Menurut Komaruddin, anak buahnya itu tidak bersalah. Mereka mengikuti arahan komandannya. Oleh sebab itu Komaruddin lah yang salah, Komaruddin yang patut mendaoat hukuman karena kesalahan tersebut.
Perilaku ini mencerminkan Letnan Komaruddin sebagai pemimpin yang mengayomi pasukannya. Sebagaimana seorang ayah pada anak-anaknya, yang tentu tidak ingin buah hatinya disalahkan oleh orang lain akibat kesalahan bapaknya sendiri. (R7/HR-Online/Editor-Ndu)