Kontroversi Baim Wong soal prank KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga) menjadi perbincangan hangat di sosial media.
Video yang diunggah Baim Wong di channel Youtube miliknya pada Minggu (2/10) lalu dianggap meresahkan oleh netizen. Akibatnya, video tersebut harus di-take down dan kini sudah tidak ada.
Baru-baru ini memang sedang ramai dibicarakan kasus KDRT Rizky Billar terhadap istrinya, Lesti Kejora. Di saat yang lain bersimpati kepada pihak korban, Baim malah membuat konten bercandaan dengan melakukan prank terhadap polisi.
Konten itu pun membuat netizen geram seolah-olah tidak ada empati terhadap penderitaan orang lain.
Meski sekarang video tersebut sudah tidak ada, namun telah beredar cuplikan layar dari orang-orang yang menonton.
Baim Wong sendiri sudah meminta maaf, Baim dan Paula terlihat mendatangi kantor polisi dan menemui petugas yang mereka kerjai. Keduanya kemudian meminta maaf. Tapi buntut unggahan video prank KDRT tersebut tak berhenti sampai di sana.
Tengku Zanzabella dari komunitas Sahabat Polisi melaporkan Baim ke Mapolres Metro Jakarta Selatan, Senin (3/10/2022).
Berikut ini kronologi Baim Wong dan Paula Verhoeven yang melakukan prank KDRT terhadap polisi.
Kontroversi Baim Wong: Paula Pura-pura Minta Divisum
Dalam video yang diunggah 2 Oktober lalu, Baim mengajak istrinya, Paula untuk bekerja sama membuat konten. Adapun konten yang telah di take down itu berjudul ‘Baim KDRT, Paula Jalani Visum, Nonton Sebelum Video Ini Di Take Down’.
Awalnya, Paula mendatangi kantor polisi dan mengaku telah menjadi korban kekerasan suaminya. Ia pun ingin menjalani visum untuk membuktikan laporannya. Karena memakai masker, polisi tidak menyadari bahwa itu adalah Paula.
Beberapa saat kemudian, muncul Baim ke ruang pelaporan. Polisi pun sedang menyadari bahwa itu adalah prank alias becandaan. Tujuan dari pembuatan video tersebut memang untuk memperlihatkan reaksi polisi.
Langsung Viral dan Tuai Kecaman
Akibat dari penayanan video tersebut, netizen melayangkan kritik pedas terhadap aksi Baim. Banyak orang berpendapat bahwa KDRT bukan sesuatu yang bisa jadi bahan becandaan, mengingat sulitnya perjuangan korban bangkit dari trauma.
Netizen pun ramai menyerukan ajakan meng-cancel Baim dan Paula dengan tidak memberi view atau mengikuti media sosialnya. “Sudah saatnya kita cancel Baim dan Paula. Jangan beri mereka view, jangan follow medsosnya, kalau bisa report sekalian,” tulis akun @Mazeof**** di Twitter.
Akun @tipa**** juga menulis, “Empatinya mana bikin konten kayak gini? Emangnya korban KDRT gampang gitu sembuhin trauma.”
“Abusive relationship bukan bahan becandaan, apalagi setelah kejadian baru-baru ini. Mana simpati dan rasa hormat kepada korban? Melakukan semua ini hanya untuk uang, sedangkan di luar sana ada korban yang sekarat gara-gara KDRT,” tulis akun @diniok****.
Baca Juga: Baim Wong Akhirnya Minta Maaf ke Kakek Suhud, Akui Salah
Video Prank Kena Takedown, Deddy Corbuzier Berkomentar
Menyikapi kontroversi Baim Wong soal prank KDRT, Deddy Corbuzier menulis cuitan di akun Twitter miliknya. “Mantap! Polisi loe prank KDRT, suka gue.. Besok TNI sekalian, gue temenin,” tulis Deddy.
Saat ini video tersebut sudah tidak ada karena dihapus beberapa saat setelah viral. Namun, Baim dan Paula harus menghadapi konsekuensi atas konten yang telah mereka buat. Mulai dari kritik pedas netizen, hingga pihak kepolisian yang menindak lanjuti.
Polisi Akan Menindak Lanjuti Aksi Prank Baim Wong
Kapolsek Kebayoran Lama Febriman Sarlase mengkonfirmasi adanya kejadian tersebut dan akan menindak lanjuti aksi prank Baim Wong. “Memang kejadian ngeprank itu benar adanya. Kita akan meminta petunjuk pada pimpinan soal langkah selanjutnya,” ucapnya semalam.
Kontroversi Baim Wong soal prank KDRT berbuntut kasus pidana akibat banyaknya laporan masyarakat terkait konten tersebut. “Anggota kami sudah selesai menerima laporan dari masyarakat. Saudara Baim dan Paula melakukan prank terhadap anggota kami,” tuturnya.
Bahaya Konten Prank KDRT
Tidak hanya menimbulkan kecaman, konten prank KDRT juga berbahaya bagi korban-korban KDRT di luar sana.
Baca Juga: Kronologi KDRT Lesti Kejora, Dicekik Hingga Dibanting Rizky Billar
Menurut psikiater Jimie Ardian, masyarakat bisa menjadi tidak percaya dengan aduan korban. Akibatnya, korban pun tidak berani melapor dan sulit mendapatkan rasa aman.
“Hampir setiap hari, saya menerima kasus KDRT. Korban benar-benar kesulitan mengalami kejadian ini. Pernah kebayang gak, apa efek konten prank terhadap korban? Bagaimana jika korban tidak mau melapor, karena takut dianggap prank? Bagaimana jika orang-orang tidak percaya pada korban?” tulis Jimie melalui akun Twitter miliknya.
Berdasarkan data di Komnas Perempuan, tercatat 2 ribu laporan kekerasan yang terjadi di tahun 2021 dan kebanyakan adalah kasus KDRT. Ada banyak korban KDRT tidak berani melapor karena lingkungan sekitarnya tidak percaya.
Bahkan, beberapa pelaku dengan kedudukan status sosial yang tinggi bisa menyembunyikan perilakunya dengan sangat baik. (R7/HR-Online/Editor-Ndu)