Senin, Maret 31, 2025
BerandaBerita TerbaruPierre Andreas Tendean, Pengawal AH Nasution yang Jadi Korban G30S PKI

Pierre Andreas Tendean, Pengawal AH Nasution yang Jadi Korban G30S PKI

Sejarah Indonesia mencatat nama Pierre Andreas Tendean sebagai salah satu korban dari peristiwa G30S PKI tahun 1965.

Tragedi kelam yang membuat Pierre Andreas Tendean menjadi korban kejahatan PKI tahun 1965, karena pasukan Tjakrabirawa yang berafiliasi dengan komunis menyangka Tendean ini adalah AH Nasution.

AH Nasution merupakan atasan Tendean yang masuk dalam daftar nama penculikan oleh PKI. Namun saat itu Ia mampu membebaskan diri sebelum para penculik datang.

Nasution melompat melalui pagar belakang rumahnya. Ia pun pergi meninggalkan keluarga demi menyelamatkan diri, dan menjadi satu-satunya korban selamat G30S PKI.

Nahas di balik keselamatan Nasution, terdapat dua korban yang meninggal akibat peluru liar dari gerombolan PKI. Adapun yang menjadi korban yaitu anak Nasution sendiri, Ade Irma Suryani, dan ajudan kesayangannya Letnan Satu (Lettu) Pierre Andreas Tendean.

Setiap tanggal 1 Oktober, negara dan bangsa Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Peringatan ini bermaksud untuk mengenang jasa Pahlwan Revolusi. Termasuk, meninggalnya Pierre Andreas Tendean.

Baca Juga: Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi yang Menikahi Mantan Guru Ketik

Profil Hidup Pierre Andreas Tendean

Restu Amaliyah Putri, dkk dalam Jurnal Kronik Universitas Jambi berjudul, “Perjuangan Karakter Cinta Tanah Air dari Seorang Pahlawan Revolusi Pierre Tendean”, (Putri, 2022: 22), menyebut Pierre lahir pada masa keruntuhan pemerintah Hindia Belanda akibat PD II.

Pierre Andreas Tendean lahir pada tanggal 21 Februari 1939 di Jakarta. Ia lahir dari keluarga intelektual. Ayahnya seorang dokter, dan ibunya orang yang berpendidikan Barat.

Tendean merupakan anak dari keturuan Indo-Eropa. Ibunya Maria Elizabeth Cornet yang merupakan keturunan Belanda menikah dengan seorang dokter pribumi asal Minahasa yakni Aurelius Lammert Tendean.

Nama Tendean merupakan marga asal Minahasa dari garis keturunan ayahnya. Karena berasal dari marga yang “berada”, membuat Pierre Andreas Tendean sejak kecil terdidik oleh pendidikan formal Belanda.

Ayahnya Aurelius Lammert Tendean, menginginkan anaknya menjadi seorang dokter sebagaimana profesi dirinya saat itu. Apabila Pierre menjadi dokter setidaknya bisa meneruskan praktek ayahnya di Rumah Sakit Belanda, dan mendirikan praktek di rumah sendiri.

Namun Pierre Andreas Tendean tidak menginginkan cita-citanya sebagai tentara terhalang oleh profesi dokter. Akhirnya Ia melawan cita-cita sang ayah yang menginginkan anaknya menjadi dokter dengan memberanikan diri mendaftar ke Akademi Militer.

Cita-cita Tendean menjadi tentara muncul ketika Ia sekolah di Magelang. Setiap pagi berangkat ke sekolah Ia sering melihat tentara yang sedang berlatih di komplek tentara di Magelang, Jawa Tengah.

Saat itu, Tendean mendaftar ke Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di Bandung tahun 1958. Masuk ke (ATEKAD) akibat Tendean merupakan Taruna berprestasi dalam bidang teknik.

Sudah sejak SMA, Tendean pintar dalam mata pelajaran teknik. Seperti menghitung rumus, Topografi (Pemetaan) dalam pelajaran Geografi, dan beberapa ilmu khusus matematika lainnya.

Baca Juga: Kudeta PKI 1965, Kisah D.N. Aidit yang Ingin Mempersenjatai Buruh, Petani dan Nelayan

Adapun tugas pertama ketika selesai pendidikan menjadi Taruna militer yang pernah dilakukan oleh Pierre Andreas Tendean yaitu, dikirim ke konflik Pemerintah Revolusi Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera.

Masuk Dunia Militer

Semenjak masuk dunia militer pada tahun 1958, dan bertugas pertama kali untuk menyelesaikan Pemerintah Revolusi Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera, Pierre menjadi Taruna yang ahli dalam bidang Jurtek (Juru Teknologi).

Ketika diterima dan lolos menjadi Taruna Akziad/Atekad pada tahun 1958, selama satu tahun penuh Pierre menjalani pendidikan militer. Akhirnya Pierre dilantik menjadi prajurit pada tanggal 23 Januari 1959.

Basic pendidikan Taruna yang diperoleh Tendean di Zeni, Akziad/Atekad membuat dirinya dipercaya ahli dalam bidang Teknik Sipil.

Komandan yang mengajar pelajaran Teknik Sipil mempercayakan beberapa mata pelajaran seperti, jurusan perhubungan, teknik elektron, jurusan peralatan, dan teknik mesin agar disampaikan oleh Pierre Andreas Tendean.

Selain menjadi pengajar yang dipercaya oleh atasan, Pierre juga menurut teman-temannya merupakan salah satu Taruna yang terkenal paling disiplin.

Pierre terkenal disiplin, bersungguh-sungguh, dan sangat gigih memperjuangkan nasibnya untuk menjadi seorang abdi negara.

Padahal, menjadi Taruna saat itu biasanya merupakan cita-cita anak kampung dan miskin. Sehingga menjadi Taruna bertujuan memperbaiki taraf hidup mereka (Putri, 2022: 24).

Jika melihat latar belakang kehidupan Pierre Andreas Tendean yang pintar, dan anak orang “kaya”, pekerjaan sebagai Taruna sepertinya pilihan yang paling dihindari. Sebab sudah hidup enak, tapi memilih menjadi seorang prajurit yang pekerjaannya cenderung sulit, dan beresiko.

Menjadi Pengawal AH Nasution

Sejak 15 April 1965, Pierre Andreas Tendean dipromosikan menjadi Letnan Satu yang kemudian menjadi pengawal Jenderal Abdul Haris Nasution.

Terpilihnya Tendean menjadi pengawal pribadi A.H. Nasution karena rekam jejak prestasinya semenjak Taruna.

Selain karena terkenal cerdas dalam bidang teknik, Tendean juga pernah mendapatkan pendidikan intelejen di Dinas Pusat Intelejen Angkatan Darat (DIPIAD).

Baca Juga: Kisah AH Nasution Lulus Kadet Tahun 1940 saat Katup Jantung Bocor

Setelah Pierre selesai menjalani pendidikan intelejen di Dinas Pusat Intelejen Angkatan Darat, komandannya kemudian mengirim Tendean ke Malaysia.

Ia ditugaskan untuk melakukan mata-mata ke Malaysia untuk menjalankan misi konfrontasi Indonesia Malaysia yang saat itu memanas pada tahun 1963.

Tendean pun melakukan misi itu dengan selamat, tidak ada yang bisa mencium keberadaan mata-mata Indonesia yang dipimpin oleh Tendean.

Sekembalinya dari misi tersebut, AH Nasution memilih Pierre Andreas Tendean sebagai ajudan pribadi untuk pengawasan diri dan keluarganya.

Ia pun bertugas menemani Nasution dalam bekerja. Menyiapkan segala perlengkapan sebelum pergi ke kantor, pengamanan di jalan, hingga mengamankan keluarganya di rumah.

Jadi Korban G30S PKI

Pengabdian Pierre pada komandannya yaitu, AH Nasution begitu tulus. Hal ini terbukti ketika Pierre menjadi salah satu korban tewas dari peristiwa G30S PKI 1965.

Tendean mengaku kalau dirinya adalah Nasution tatkala ditanya oleh pasukan Tjakrabirawa yang saat itu sudah terkontaminasi PKI. Gerombolan itu kemudian membawa Tendean hingga ke Lubang Buaya.

Di sana Pierre Andreas Tendean menjadi korban pembunuhan PKI dengan cara ditembak. Jasadnya kemudian dimasukan ke dalam sumur tua bernama Lubang Buaya.

Peristiwa ini sebetulnya salah sasaran. Sebab yang dicari oleh PKI bukan Tendean melainkan Nasution (komandannya). Namun demi mengamankan keselamatan sang Jenderal, ia rela menjadi tumbal pembunuhan PKI.

Peristiwa ini menggambarkan kisah pilu seorang tanggung jawab bawahan kepada atasannya. Sebab sebelum ditangkap dan dimasukan ke Lubang Buaya, Tendean sempat mengaku kalau dirinya adalah Nasution.

Terbunuhnya Letnan Satu Andreas Pierre Tendean menimbulkan kesedihan dari pihak keluarga. Sebab sebulan setelahnya yaitu, pada 21 November 1965 mendatang, Ia akan melangsungkan pernikahan dengan kekasihnya bernama Rukmini. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Oli Kental untuk Motor Tua, Bantu Jaga Mesin Tetap Awet

Oli Kental untuk Motor Tua, Bantu Jaga Mesin Tetap Awet

Motor tua memiliki karakter mesin yang berbeda dari motor keluaran baru. Setelah bertahun-tahun pengendara gunakan, bagian dalam mesinnya mengalami keausan. Celah antar komponen juga...
ASUS ExpertBook B1 2025, Laptop Modern dengan Performa Gahar

ASUS ExpertBook B1 2025, Laptop Modern dengan Performa Gahar

ASUS ExpertBook B1 2025 segera hadir dan berhasil menarik perhatian. Laptop ASUS ini menjadi pilihan terbaik bagi yang mencari perangkat dengan layar luas. Di...
Realme 14T Siap Rilis di Tanah Air Berbekal Baterai 6000 mAh

Realme 14T Siap Rilis di Tanah Air Berbekal Baterai 6000 mAh

Realme kembali bersiap memperkenalkan smartphone 5G murah terbaru mereka di Indonesia, yaitu Realme 14T. Perangkat ini digadang-gadang akan menjadi pesaing serius bagi Samsung Galaxy...
Polres Sumedang bubarkan takbir keliling yang berubah arogan dan bawa minuman keras

Polres Sumedang Bubarkan Takbir Keliling yang Berubah Arogan dan Bawa Miras

haraoanrakyat.com,- Bukannya takbiran dengan khusyuk, puluhan pemuda rombongan takbir keliling, justru kedapatan membuat onar dan nyaris bentrok dengan rombongan lainnya di Jalan Mayor Abdurrahman,...
Terbakar Api Cemburu, Seorang Suami di Sumedang Tega Bacok Istrinya

Terbakar Api Cemburu, Seorang Suami di Sumedang Tega Bacok Istrinya

harapanrakyat.com,- Terbakar api cemburu, seorang suami warga Kecamatan Jatinunggal, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, tega membacok istrinya sendiri saat malam takbiran Idul Fitri, pada Minggu...
Jasa Permak Pakaian di Sumedang Kebanjiran Order

Jelang Lebaran, Jasa Permak Pakaian di Sumedang Kebanjiran Order

harapanrakyat.com,- Menjelang Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah, puluhan jasa permak pakaian di Kabupaten Sumedang mulai kebanjiran orderan. Jasa permak tersebut biasanya mangkal di kawasan...