Bursa saham kebal resesi ada banyak jumlahnya. Bahkan tanda-tanda terjadinya resesi kini sudah mulai terlihat pada beberapa bursa saham ini. Pasalnya sudah ada banyak lembaga dunia yang memperkirakan resesi bakal terjadi tahun mendatang.
Secara umum, resesi itu bakalan terjadi saat ekonomi tumbuh negatif II kuartal secara beruntun. Bahkan sejak beberapa tahun lalu, resesi juga sempat terjadi di beberapa negara akibat dari kebijakan yang membuat aktivitas manusia terganggu.
Baca Juga: Saham Emiten Perikanan Mengalami Naik Turun di Tahun 2022
Bursa Saham Kebal Resesi, Apa Saja Itu?
Adanya ancaman krisis ekonomi sepertinya membuat mayoritas bursa saham global menjadi kebakaran. Meski demikian, ternyata hal tersebut tidak terjadi pada beberapa negara ini, termasuk Indonesia.
Dari 36 indeks saham acuan global yang sudah Bursa Efek Indonesia himpun, sebanyak 28 indeks mencatat return negatif sepanjang tahun ini.
Sementara itu, mayoritas indeks saham di sejumlah negara maju justru malah mengalami pelemahan yang cukup tajam.
Sebagai contoh saja, bahwa indeks S & P 500 yang menjadi salah satu acuan investor dunia telah terkoreksi hingga 25% sepanjang tahun 2022.
Tidak hanya itu saja, melainkan indeks FTSE 100 Inggris pun juga turun hingga 6,4%. Sementara indeks DAX Jerman ambrol hingga 23% pada saat yang sama.
Baca Juga: Speculative Buy Saham, Definisi, Keuntungan dan Kerugiannya
Member Return Fantastis
Ada beberapa bursa saham kebal resesi yang ada, termasuk Indonesia sendiri. Rupanya fenomena unik justru malah terjadi di negara berkembang yang dianggap lebih rentan akan shock ekonomi.
Namun siapa sangka, ternyata indeks saham pada beberapa negara rawan krisis ini justru mampu memberikan return yang fantastis. Sebut saja pada klasemen 3 besar ada indeks BIST100 Turkiye dengan apresiasi mencapai 93%.
Selanjutnya ada juga indeks Marvel Argentina yang berhasil naik menjadi 73%, lalu indeks IPSA Chile menguat 18%. Walaupun demikian, inflasi pada 3 negara ini juga termasuk tinggi, sehingga secara real return yang diberikan juga tidak begitu besar.
Misalnya saja seperti Turkiye inflasi di negeri Erdogan itu mencapai hingga 84% secara tahunan pada bulan September lalu. Meski demikian, inflasi di Argentina pun juga tak kalah ngeri yang berhasil mencapai 78,5% secara tahunan pada bulan Agustus 2022 ini.
Baca Juga: Saham Charnic Capital Melakukan Penjualan Sepanjang Tahun
Melakukan Intervensi
Khususnya untuk Turki, sepertinya penguatan harga aset juga berisiko. Hal ini karena bank sentralnya sendiri justru malah memangkas suku bunga serta melakukan intervensi dalam pasar obligasi.
Sementara di Argentina, ada aksi bailout utang sebesar US$45 miliar oleh Dana Moneter Internasional dan menjadi katalis positif pendorong harga.
Lebih menariknya lagi, indeks saham pada beberapa negara penghasil komoditas minyak rupanya juga selamat dari tekanan koreksi.
Untuk harga minyak naik tinggi di sepanjang tahun 2022 ini juga menjadi berkah tersendiri. Sebelumnya sempat US$ 90/barel drop ke bawah, maka saat ini harga minyak pun naik menuju US$ 100/barel walaupun ada isu resesi global.
Terakhir ada juga Indonesia yang berhasil selamat dari tekanan koreksi itu. Sebab IHSG walaupun terkoreksi akhir-akhir tahun ini, namun tetap return sejak awal tahun dan masih positif 5,43%. Kemudian berhasil menduduki juara 1 di Asia Pasifik serta juara 6 dunia.
Nah, sebagai negara penghasil dari komoditas batu bara, maka sudah jelas Indonesia diuntungkan dengan kenaikan harga batu hitam. Bahkan Indonesia juga masih lebih baik daripada dengan negara emerging market lain. Mungkin hanya itu beberapa bursa saham kebal resesi salah satunya termasuk negara Indonesia. (R10/HR-Online)