Bupati Sosroningrat merupakan satu-satunya pemimpin bumi putera di Jepara yang mengutamakan pendidikan Barat.
Pendidikan Barat menurut Sosroningrat adalah jalan menuju kemenangan rakyat bumi putera dalam melawan Belanda.
Setidaknya satu level pemikiran dengan bangsa-bangsa Eropa di Hindia Belanda yang kerap menganggap rendah rakyat bumi putera.
Salah satu bukti Bupati Sosroningrat ini peduli akan pendidikan Barat terlihat saat beliau menyekolahkan salah satu anak lelakinya bernama Raden Mas Panji Sosrokartono ke negeri Belanda.
Baca Juga: Uyeng Suwargana: Tokoh Pendidikan Pangandaran, Intel Kepercayaan AH Nasution
Selain itu, Bupati Sosroningrat juga merupakan satu-satunya pemimpin Jawa yang mengizinkan anak-anak perempuannya, (R.A. Kartini, Kardinah, dan Roekmini) sekolah formal meskipun harus bercampur gaul dengan anak-anak lelaki Eropa.
Adapun motivasi Bupati Sosroningrat menyekolahkan anak perempuannya ke sekolah formal bertujuan menciptakan generasi kaum hawa yang cerdas, pintar, dan memiliki kesamaan hak dalam belajar dengan para lelaki.
Sosroningrat percaya bahwa pendidikan Barat mampu menambah wawasan pengetahuan, dan membantu pertumbuhan watak baik dan berperikemanusiaan sebagaimana yang dikatakan ayahnya dahulu yakni, Pangeran Ario Tjondronegoro IV dari Demak.
Profil Bupati Sosroningrat
Bupati Sosroningrat lahir dari keluarga pemimpin pribumi (regent) Demak yakni Pangeran Ario Tjondronegoro IV. Ia lahir pada tanggal 26 April 1845 dengan nama kecil Raden Samingoen.
Selain keturunan dari pemimpin Demak, silsilah keluarga Pangeran Ario Tjondronegoro IV juga masuk dalam daftar keturunan Raja Brawijaya ke V.
Adapun Pangeran Ario Tjondronegoro IV merupakan pemimpin demak yang terkenal cerdas dan memiliki minat yang kuat dalam mempelajari literasi Barat.
Oleh sebab itu, pengetahuan Barat Pangeran Ario Tjondronegoro IV begitu luas hingga diajarkan kepada anak-anaknya termasuk Raden Samingoen.
Karena sejak kecil Raden Samingoen sudah mengenal pendidikan Barat dari sang ayah, akhirnya ketika Ia dewasa pemerintah kolonial menunjuk anak regent Demak itu menjadi Bupati untuk wilayah Jepara.
Sejak saat itu, Raden Samingoen dilantik menjadi Regent (Bupati) Jepara dan berganti nama menjadi Bupati Sosroningrat.
Bupati Jepara yang Mengutamakan Pendidikan Barat
Sebagaimana kebiasaan ayahnya yang sering memberikan ajaran pengetahuan Barat bagi Sosroningrat, akhirnya ketika Ia dewasa dan mempunyai anak pun memiliki kesamaan dalam cara mendidik keluarganya seperti mendiang sang ayah Pangeran Ario Tjondronegoro IV.
Menurut Myrta Soeroto dalam buku berjudul “Kartini Sebuah Biografi: Rujukan Figur Pemimpin Teladan”, (Soeroto, 2011: 143), Bupati Sosroningrat sering memberikan arahan pada anak-anaknya agar bisa bersekolah di lembaga pendidikan Belanda.
Cita-cita mengarahkan anak-anaknya sekolah Barat akhirnya berhasil ketika Bupati Sosroningrat memiliki seorang anak laki-laki bernama R.M. Panji Sosrokartono yang cerdas hingga sekolah ke negeri Belanda.
Selain Sosrokartono, Bupati Jepara Sosroningrat juga memiliki anak-anak perempuan yang semuanya cerdas. Mereka bersekolah dan menamatkan studinya dalam lembaga pendidikan Belanda.
Mereka adalah R.A. Kartini, Kardinah, dan Roekmini. Saudara perempuan yang berasal dari keluarga Bupati Jepara ini merupakan satu-satunya kaum hawa dari golongan bumi putera yang belajar di sekolah Belanda dan pergaulannya tergolong luas, karena bergaul dengan laki-laki.
Baca Juga: Sejarah Hari Santri Nasional, Resolusi Jihad KH Hasyim Asyhari
Bupati Sosroningrat waktu itu dianggap melanggar pakem tradisi leluhur orang Jawa. Sebab melepas anak perempuannya bergaul laki-laki Belanda.
Pergaulan antara perempuan dan laki-laki waktu itu masih dianggap tabu. Namun menurut Bupati Sosroningrat justru hal tanu inilah yang kemudian membuat kaum hawa terpandang rendah di mata laki-laki.
Untuk memperbaiki ini semua, Bupati Sosroningrat menyekolahkan anak-anak perempuannya ke sekolah formal Barat.
Dengan harapan ketika selesai sekolah, anak-anak perempuannya itu bertambah wawasan pengetahuan sekaligus bisa membentuk pertumbuhan watak yang baik dan berperikemanusiaan.
Pernyataan di atas sebagaimana mengutip Sitisoemandari Soeroto dalam buku berjudul “Kartini Sebuah Biografi”, (Soeroto S., 1979: 37).
Pelajaran Hidup
Selain mendukung sekolah formal dan berhasil menciptakan generasi bangsa yang kritis dan memiliki pemikiran luas, Bupati Sosroningrat secara tidak langsung juga telah memberikan pelajaran hidup yang begitu berarti untuk anak-anaknya.
Sebab Bupati Sosroningrat rajin mengajak anak-anaknya melihat fenomena sosial masyarakat bumi putera yang hidup melarat akibat tidak menerima asupan pendidikan yang kuat.
Peristiwa ini sebagaimana pengalaman adik R.A. Kartini yaitu Kardinah. Menurut Kardinah, ayahnya (Sosroningrat) kerap mengajak semua anak-anaknya meninjau tempat-tempat penderitaan di sekitar Jepara.
Ajakan Bupati Sosroningrat pada anak-anaknya itu untuk menciptakan kepekaan, sekaligus mengajarkan pelajaran hidup yang sesungguhnya.
Sosroningrat ingin mengajarkan anak-anaknya betapa sulit dan sengsaranya apabila selama hidup mereka hanya mengandalkan kemampuan fisik semata.
Baca Juga: Bupati Sastrawinata, Tokoh yang Ganti Nama Galuh Jadi Ciamis
Sementara organ tubuh yang paling penting pemberian Tuhan (otak: akal) tidak digunakan untuk menjalani kehidupan yang lebih maju.
Perkataan inilah yang kemudian mengilhami R.A Kartini memperjuangkan hak rakyat Jepara, terutama golongan perempuan untuk bersekolah dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas.
Kartini sadar perjuangannya kelak akan menciptakan kemajuan dan kesejahteraan bangsa, apabila dari detik ini kaum bumi putera diberikan pendidikan formal sebagaimana yang diajarkan oleh orang-orang Eropa.
Karena terbatas akibat stratifikasi sosial yang tidak berimbang, Kartini akhirnya berinisiatif menjadi guru untuk kaum bumi putera. Sejak saat itu Ia mengajar rakyatnya dan memberikan motivasi hidup agar berubah ke arah yang lebih maju dan sejahtera. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)