Sifat mulia Abu Bakar patut menjadi teladan untuk kita sebagai umat Islam. Keteladanan sahabat nabi tersebut bisa menjadi pegangan yang mana sesuai ajaran Islam.
Sahabat yang memiliki gelar Ash-Shiddiq ini merupakan golongan orang pertama yang mengimani Islam.
Selain itu, Abu Bakar juga merupakan orang mengakui kebenaran peristiwa Isra Miraj.
Baca juga: Syurahbil bin Hasanah, Sahabat Nabi yang Meninggal Karena Wabah
Beberapa Sifat Mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq
Selain terkenal karena ia adalah satu sahabat yang dekat dengan Nabi Muhammad SAW, ternyata Abu Bakar juga memiliki sifat yang sangat baik.
Berdasarkan sejarah Islam, sahabat yang memiliki nama asli Abdul Ka’bah ini mendapatkan nama baru dari Nabi Muhammad SAW setelah ia masuk Islam, yakni Abdullah.
Kemudian, ia juga mendapat gelar Ash-Shiddiq dari Rasul setelah ia membenarkan cerita Nabi soal Isra’ dan Miraj.
Adapun nama Abu Bakar berdasarkan berbagai sumber adalah julukan orang terpandang serta terhormat. Apalagi ia di tengah Suku Quraisy begitu dihormati, baik karena nasab dan strata sosialnya.
Berikut beberapa sifat mulia Abu Bakar yang patu kita contoh.
Suka Bersedekah
Sejak usia muda, ia telah menjadi pedagang sukses yang ramah dan jujur. Sikap itulah yang mengantarkan perjalanan bisnisnya sampai Yaman, Suriah, dan beberapa negara bagian Timur Tengah.
Demi membantu penyebaran Islam, Abu bakar tak tanggung-tanggung bersedekah. Harta, pikiran, dan tenaga ia keluarkan. Tak heran bila penganut agama Islam semakin bertambah.
Abu bakar Ash-Shiddiq selalu memerdekakan hamba sahaya dan membelinya dengan harga mahal, budak tersebut ialah Abu Fukaifah, Bilal bin Rabbah, Lubayah, serta lainnya.
Kita dapat mencontoh sifat mulia Abu Bakar dalam bersedekah dengan menyantuni anak yatim, memberi donasi untuk pembangunan Masjid, atau membantu tetangga yang sedang kesulitan.
Baca juga: Pengertian Isra Miraj Mengajarkan Tidak Ada yang Mustahil Bagi Allah
Sosok yang Bersahaja
Pada masa kepemimpinannya, Abu bakar hidup dengan sederhana. Ia tidak ingin membawa harta milik orang lain sedikitpun saat Allah memanggilnya.
Bahkan ia hanya mewasiatkan seeokor unta, permadani usang, dan pelayan yang mengurusi rumah kepada putrinya Aisyah sebelum ajal menjemput Abu Bakar.
Kita bisa berlatih hidup sederhana layaknya sifat mulia Abu Bakar dengan berpakaian sesuai syariat Agama Islam.
Memahami Makna Persahabatan
Sahabat sekaligus mertua Nabi Muhammad SAW tersebut selalu menemani kemanapun Baginda Nabi bepergian.
Misalnya saja saat perjalanan hijrah dari Mekkah menuju Madinah, Abu bakar terus menjaga dan memastikan sahabat tercintanya tidak terluka.
Ketika Rasulullah tertidur di dalam gua Tsur guna menghindari kejaran pasukan Quraisy, seekor ular mengigit kaki Abu bakar yang menutupi lubang pada gua.
Rasa cinta kepada Baginda Nabi mampu membuatnya rela berkorban.
Sifat mulia Abu Bakar ketika menjaga Baginda Nabi membuat kita sadar besarnya makna persahabatan. Maka, mulai sekarang jadilah sahabat yang tulus, menemani setiap peristiwa, dan melindungi.
Baca juga: Kisah Wafatnya Fatimah Az Zahra, Kesedihan Ditinggal Ayahnya
Rendah Hati
Pada pengangkatannya sebagai Khalifah, Abu Bakar menyatakan bahwa ia dapat melakukan kesalahan, sehingga Abu Bakar membutuhkan masukan agar dapat kembali ke jalan yang lurus.
Ia pun menyampaikan dalam pidato pilitiknya, ia bukanlah orang terbaik di antara yang lain di kala itu.
Meski ia telah menjadi Khalifah, Abu Bakar tetap memasak untuk anak yatim dan membantu seseorang wanita tua memeras susu seperti sebelum ia menjadi Khalifah.
Kerendahan hati yang Abu Bakar tunjukkan mengajari kita agar tidak merasa paling benar dan angkuh. Kita tetaplah manusia yang dapat berbuat dosa. Lagi pula perbaikan tidak akan dilakukan tanpa adanya kesalahan.
Demikian beberapa sifat mulia Abu Bakar yang harus kita tiru. Kita sebagai manusia sudah sepatutnya memperbaiki diri salah satunya dengan meneladani sifat para sahabat Rasulullah SAW. (Muhafid/R6/HR-Online)