Rabu, April 2, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Raden Saleh, Pelukis Pribumi Pertama Penerima Beasiswa ke Eropa

Sejarah Raden Saleh, Pelukis Pribumi Pertama Penerima Beasiswa ke Eropa

 Sejarah Raden Saleh akhir-akhir ini mencuat kembali seiring dengan dirilisnya sebuah film karya anak bangsa berjudul “Mencuri Raden Saleh” di berbagai bioskop Indonesia.

Lantas siapa sebetulnya Raden Saleh, pelukis atau seorang seniman yang juga berpolitik? Hal ini belum banyak diketahui oleh banyak pihak, padahal sejarah Indonesia mencatat ternyata selain menjadi seorang pelukis, Raden Saleh juga terkenal sebagai intelektual.

Raden Saleh sendiri merupakan seorang pribumi yang berasal dari keturunan etnis Arab dan Jawa. Adapun keturunan Arab berasal dari garis sang ayah yang merupakan Sayyid.

Ayah dari Raden Saleh bernama lengkap Sayyid Hoesen seorang golongan Timur Asing yang kerap berurusan dengan pemerintah kolonial soal kepengurusan keagamaan.

Sementara ibunya juga berasal dari kalangan ningrat Jawa bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen. Sejak Raden Saleh kecil keluarga Sayyid Hoesen tinggal di daerah Terboyo Semarang, Jawa Tengah.

Akan tetapi di umur yang baru sepuluh tahun, anak yang memiliki nama lengkap Raden Saleh Sjarif Boestaman ini dititipkan oleh pamannya yang seorang Bupati di Semarang ke teman dekatnya orang Belanda di Batavia.

Baca Juga: Profil Ir Sutami, Menteri Paling Miskin yang Anti Korupsi

Alhasil Raden Saleh tumbuh remaja hingga dewasa sebagai anak yang terdidik oleh kebudayaan Barat. Tak heran ia juga diberikan beasiswa belajar ke Eropa terutama untuk sekolah melukis.

Sejarah Raden Saleh, Pelopor Seni Lukis Modern di Indonesia

Raden Saleh lahir pada tahun 1807 di Semarang, semenjak ia remaja kebanyakan waktunya berada di pusat kota Batavia.

Ketika Raden Saleh beranjak dewasa, ia belajar seni lukis pada beberapa guru gambar orang Belanda di Buitenzorg sekarang Bogor.

Karena keterampilannya melukis yang sudah dari kecil terlihat menakjubkan, akhirnya pemerintah kolonial memberikan beasiswa untuk Raden Saleh agar merantau ke Eropa untuk belajar seni lukis modern.

Salah satu Negara Eropa yang dipilih oleh Raden Saleh waktu itu adalah Francis. Dalam melukis di Prancis kebanyakan Raden Saleh kerap menggambarkan suasana yang naturalis.

Seperti keindahan alam, dan pemandangan hewan yang sedang bertarung di alam bebas. Setelah Raden Saleh beranjak dari Eropa perhatiannya tertuju untuk melukis figur (tokoh) seperti “Penangkapan Diponegoro”.

Dalam lukisan tersebut, Raden Saleh banyak menyimpan teka-teki. Beberapa pengamat seni mengungkapkan jika lukisan Penangkapan Diponegoro sarat akan unsur politis.

Terlepas dari kebenaran dan kesalahan, Raden Saleh datang ke negerinya kembali dengan perasaan yang bimbang. Sebab ia kehilangan pergaulan sebagaimana yang dahulu diperoleh tatkala hidup di Prancis.

Dengan kata lain, di Hindia Belanda tidak banyak orang yang tahu akan seni rupa modern. Mungkin karena inilah yang membuat Raden Saleh kemudian disebut-sebut sebagai pelopor seni rupa modern Indonesia.

Pernah Direndahkan Orang Belanda

Ketika Raden Saleh produktif melukis, beberapa orang Belanda yang tidak menyukainya seolah merendahkan karya-karya pelukis Saleh.

Terutama terjadi ketika ia sedang berada di Eropa untuk sekolah seni lukis. Melihat hal ini tentu Raden Saleh kecewa dan bersedih.

Baca Juga: Ismail Marzuki, Pencipta Halo-halo Bandung yang Memikat Istri dengan Lagu

Namun ia tidak terlarut-larut dalam kesedihannya karena pelukis seni rupa modern ini lebih memilih membalasnya dengan membuat karya yang maksimal.

Raden Saleh pun mulai melukis dan memilih objek lukisannya adalah dirinya sendiri. Ia melukis dirinya sendiri sedang terlentang bagaikan seseorang yang tidak bernyawa.

Dalam lukisan itu, pelukis Saleh sangat maksimal membuatnya. Saking maksimalnya, sampai lukisan tersebut mirip dengan aslinya.

Setelah selesai dikerjakan lukisan itu kemudian disimpan di tempat (kemungkinan waktu itu rumah tinggal mahasiswa bersama seperti kost) yang sering dilewati kawan Belanda yang merendahkan.

Karena miripnya lukisan dengan yang aslinya, orang Belanda itu terkaget-kaget karena melihat Raden Saleh terlentang dan tidak bernyawa ketika membuka pintu.

Peristiwa inilah yang kemudian membuat orang Belanda itu tidak lagi meremehkan kemampuan Raden Saleh dalam melukis. Ia langsung kagum dan berada dalam barisan sebagai penggemar pelukis Saleh. 

Peristiwa ini terjadi sebagaimana yang digambarkan oleh Jajak M.D dalam bukunya berjudul “Biografi Pelukis Indonesia”, (M.D, Jajak, 2004: 9).

Melukis Diponegoro dengan Semangat Perlawanan

Salah satu karya monumental yang paling terkenal dari Raden Saleh yakni, lukisan berjudul “Penangkapan Pangeran Diponegoro”.

Salah satu sejarawan Indonesianis peneliti sejarah Diponegoro yaitu, Prof. Peter Carey menyebut bahwa Raden Saleh melukis itu penuh dengan semangat perlawanan yang bersifat politis.

Akan tetapi perlawanan tersebut tidak dirasakan oleh Belanda, karena hanya Raden Saleh yang memahami arti yang sebenarnya dari lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro.

Prof. Peter Carey mengatakan bahwa sarat perlawanan yang ada dalam lukisan tersebut bisa terlihat dari cara Raden Saleh menggambarkan orang-orang Belanda yang sedang menangkap Diponegoro.

Dalam lukisan Penangkapan Diponegoro, terlihat orang Belanda digambarkan dengan kepala yang lebih besar daripada orang pribumi, dan ini merupakan simbol yang merepresentasikan kesombongan kolonial saat peristiwa itu terjadi.

Selain itu, Diponegoro juga digambarkan dengan posisi badan yang tegak. Tidak membungkuk apalagi menunjukan jika dirinya itu kalah dari Belanda.

Kendati demikian dalam catatan sejarah Indonesia, meskipun mengkritik dengan samar, sosok Raden Saleh masih tetap dicintai oleh golongan Belanda karena kekagumannya menikmati karya pelukis modern pertama di Hindia Belanda.

Saking fenomenalnya lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857) ini kemudian dijadikan film oleh artis muda Indonesia saat ini dengan judul “Mencuri Raden Saleh”.

Karakteristik Setiap Lukisan Raden Saleh Tak Lepas dari Tiga Objek

Setiap pelukis memiliki karakteristik yang berbeda-beda, seperti halnya dengan Raden Saleh. Dalam setiap lukisannya, pelukis Penangkapan Pangeran Diponegoro ini pasti tak absen dari tiga objek dominan yang tertuang dalam canvas.

Salah satu objek yang kerap mencirikan karya Raden Saleh yaitu, lukisan dengan objek figure (manusia). Lukisan Saleh yang berobjek figur diwakili oleh “Penangkapan Pangeran Diponegoro”.

Baca Juga: Biografi Pangeran Diponegoro dan Sejarah Perang Diponegoro

Kemudian yang kedua yakni Landscape (Pemandangan Alam). Ia juga mencintai lukisan dengan objek pemandangan alam di negeri asalnya yakni Hindia Belanda.

Adapun yang terakhir yaitu, objek yang menggambarkan tentang kehidupan satwa liar. Seperti lukisan yang menggambarkan pertarungan Macan, dan lain sebagainya.

Kegemaran Raden Saleh akan tiga objek ini antara lain karena dalam setiap lukisan yang menggunakan objek tersebut kesannya penuh dengan hal-hal yang dramatis, dan penuh aksi.

Hal inilah yang menjadi kesenangan tersendiri bagi pelukis tidak terkecuali seperti Raden Saleh. Oleh sebab itu, karakteristik bisa kita samakan dengan sebuah identitas, atau khas si pelukis itu sendiri yang nantinya membuat lukisan terlihat lebih hidup.

Pengalaman Raden Saleh Tak Lepas dari Seni Lukis Barat

Pengalaman Raden Saleh dalam dunia seni rupa kala itu tak terlepas dari pengaruh seni lukis Barat yang sedang bertumbuh di Hindia Belanda.

Salah satunya pengalaman memperoleh pengetahuan seni lukis Barat oleh Raden Saleh juga terjadi karena sebagian waktunya dihabiskan belajar melukis di Eropa.

Selain itu, guru lukis Raden Saleh sendiri merupakan seorang Barat yang Naturalis dan berpengalaman. Tak heran setiap karya pelukis Saleh modern mengikuti jejak seni rupa di Barat.

Meskipun pengaruh Barat mendominasi kehidupan Raden Saleh dalam berkarya, tak membuat ia lupa pada nilai-nilai Jawanya. Ini tercermin dari setiap prinsip Raden Saleh ketika melukis pemandangan yang tak jauh dari wilayah pegunungan di Hindia Belanda.

Dalam dunia seni rupa modern, hingga saat ini karya-karya Raden Saleh selalu didiskusikan dengan kelas seniman Leonardo Da Vinci. Tentu ini membuat kita bangga sebagai bangsa Indonesia karena memiliki seniman kelas dunia.

Pernyataan ini sebagaimana diungkapkan oleh Didit Endriawan dalam Jurnal Atrat berjudul “Menggali Kreativitas Karya Raden Saleh dengan Pendekatan Psikologi Seni”, (Endriawan, 2020: 89). (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Jalan Utama Penghubung Jatiwaras

Longsor di Tasikmalaya Tutup Akses Jalan Utama Penghubung Jatiwaras-Salopa

harapanrakyat com,- Akibat hujan deras, jalan utama penghubung Jatiwaras-Salopa longsor. Tepatnya di Kampung Demunglandung, Desa Papayan, Kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (2/4/2025)...
Rumah ludes terbakar Ciamis

Rumah di Ciamis Ludes Terbakar, Diduga Ini Penyebabnya!

harapanrakyat.com,- Sebuah rumah di Lingkungan Karangsari, Kelurahan Maleber, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat ludes terbakar. Kebakaran itu terjadi Rabu (2/4/2025) sore sekitar pukul...
Penumpang bus meninggal dunia

Penumpang Pria di Kota Banjar Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bus

harapanrakyat.com,- Seorang penumpang bus ditemukan sudah tidak bernyawa saat kendaraan yang ditumpanginya berhenti di Terminal Tipe A Kota Banjar, Jawa Barat. Peristiwa itu terjadi...
Tebing tutup jalan

Tebing Longsor Tutup Jalan Angsana-Gunung Kelir, DPUPRP Ciamis Terjunkan Alat Berat

harapanrakyat.com,- Hujan deras mengguyur sebagian wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (2/4/2025) sore. Akibatnya, tebing longsor menutup Jalan Angsana-Gunung Kelir, Tanjakan Bonja, Desa Neglasari,...
Objek wisata di Kota Banjar sepi pengunjung

Libur Lebaran, Objek Wisata di Kota Banjar Sepi Pengunjung

harapanrakyat.com,- Memasuki libur lebaran Idul Fitri 1446 H, sejumlah objek wisata yang ada di Kota Banjar, Jawa Barat, masih sepi pengunjung dan tidak ada...
Longsor menimbun rumah dan kandang ayam di Pamarican Ciamis

Tebing Longsor Timpa Rumah dan Kandang Ayam di Pamarican Ciamis

harapanrakyat.com,- Diguyur hujan deras, tebing setinggi 7 meter longsor dan menimpa rumah dan kandang ayam milik warga di Dusun Sambungjaya, Desa Sukahurip, Kecamatan Pamarican,...