Senin, Maret 31, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Pemberontakan PKI 1926, Pelakunya Digantung di Alun-alun Ciamis

Sejarah Pemberontakan PKI 1926, Pelakunya Digantung di Alun-alun Ciamis

Sejarah PKI menyebutkan pemberontakan Partai Komunis Indonesia itu pernah terjadi juga pada tahun 1926. PKI sendiri memang bukanlah organisasi massa yang lamban, menurut catatan sejarah Indonesia, PKI merupakan sebuah partai yang terampil menghasut pengikutnya berbuat radikal.

Peristiwa pertama yang membawa PKI menjadi perkumpulan massa yang radikal antara lain ketika organisasi kiri ini mengajukan pemberontakan pada tahun 1926.

Pemberontakan tersebut bertujuan untuk menggulingkan kekuasaan pemerintah kolonial Belanda, dan mendirikan sebuah Negara yang merdeka.

Akan tetapi tujuan PKI mendirikan kemerdekaan dalam sebuah pemberontakan gagal. Hal ini karena belum ada kesiapan yang matang dari seluruh anggota partai yang terlibat.

Kegagalan pemberontakan membuat kolonial semakin menunjukkan taring kekuasaannya. Pemerintah kolonial memberikan hukuman mati terhadap pelaku kerusuhan dengan hukuman gantung.

Baca Juga: Sejarah Lekra, Lembaga Kebudayaan Pendulang Massa PKI

Bukan itu saja, pemerintah kolonial juga mempertontonkan hukuman gantung kepada pelaku kerusuhan di muka umum.

Kendati PKI telah gagal dalam pemberontakan dan siap menerima hukuman gantung, partai berlambang palu arit ini merupakan satu-satunya perkumpulan politik yang mengilhami organisasi lain untuk memperjuangkan kemerdekaan.

Sejarah Pemberontakan PKI 1926, Kenapa Gagal?

Apa sebenarnya penyebab kegagalan pemberontakan PKI 1926 yang berakhir di tiang gantung eksekusi?

Tidak Siap Memberontak

Pemberontakan PKI 1926 bermula dari kongres PKI di Candi Prambanan pada tahun 1925. Saat itu PKI masih memiliki kedudukan yang cukup kuat dalam tatanan berorganisasi di Hindia Belanda.

Beberapa tokoh yang hadir dalam kongres Prambanan pada tanggal 25 Desember 1925 antara lain seperti Sardjono, Musso, Budisutjitro, Sugono, dan berbagai pucuk pimpinan PKI yang berasal dari berbagai daerah.

Hasil dalam kongres Prambanan mendapatkan beberapa tujuan, salah satu tujuan yang paling utama adalah menciptakan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda.

Tidak lebih dari enam bulan berlalu, akhirnya apa yang telah disetujui dalam kongres Prambanan itu pecah untuk pertama kalinya di Batavia pada 12 November 1926.

Meletusnya pemberontakan PKI di Batavia ini kemudian disusul oleh PKI di Banten, dan wilayah priangan sekitarnya sampai ke daerah Ciamis Jawa Barat.

Selain daerah Priangan, pemberontakan serentak juga terjadi ke beberapa daerah di Jawa Tengah seperti Surakarta, Banyumas, Pekalongan, Kedu, dan Kediri.

Namun tidak sampai memakan satu hari berlalu, pemberontakan serentak yang tercipta dari PKI ini bisa patah oleh kekuatan kolonial dengan cepat.

Menurut Sukmana dalam bukunya berjudul “Konsep dan Teori Gerakan Sosial” (Sukmana, 2016: 33), kegagalan pemberontakan PKI 1926 terjadi karena beberapa faktor penyebab, salah satunya karena faktor kepemimpinan yang cenderung lemah.

Kepemimpinan yang lemah menimbulkan kesan yang skeptis bagi para pemberontak. Mereka hanya siap karena bernyali tinggi, akan tetapi secara struktur lemah dan pemberontakannya tak bisa dipertanggung jawabkan.

Baca Juga: Kebangkitan PKI setelah Musso Tewas dan Kudeta DN Aidit

Kehilangan Pemimpin

Pemberontakan PKI tahun 1926 ini gagal karena kehilangan figur pemimpin yang sangat paham akan falsafah komunisme yaitu, Sneevliet.

Sneevliet merupakan tokoh penyebar komunis pertama di Hindia Belanda yang berasal dari negeri penjajah. Ia bersama Semaoen mendirikan PKI berdasarkan pecahnya Syarikat Islam menjadi dua.

Kegagalan Sneevliet dalam mengawal pemberontakan membuat PKI menjadi lemah. Hal ini terjadi karena “Belanda Komunis” ini tertangkap oleh pemerintah kolonial. Bukan itu saja, pemerintah kolonial juga mendeportase Belanda Komunis ini ke negara asalnya di Negeri Kincir Angin.

Selain itu ketika pemberontakan ini gagal banyak beberapa tokoh PKI yang diasingkan ke Boven Digul. Akan tetapi mereka yang diasingkan masih beruntung ketimbang tokoh PKI lain yang dihukum mati dengan cara yang mengenaskan yaitu, “hukuman gantung”.

Fenomena hukum gantung ini pernah terjadi di depan alun-alun Ciamis Jawa Barat. Terdakwa hukuman mati terdiri dari tokoh PKI bernama, Egom, Hasan, dan Dirdja.

Mereka digantung dengan cara yang tidak manusiawi. Para pemberontak itu dipertontonkan di depan umum sebagai tanda yang bisa menimbulkan efek jera bagi pelaku kerusuhan.

Selain memberikan simbol kemenangan dalam pemberontakan, pemerintah kolonial juga meningkatkan pengamanan birokrasinya lebih ketat lagi.

Kebijakan ketat tersebut untuk mencegah pemberontakan-pemberontakan tak terduga seperti yang pernah terjadi di dalam acara Skaten Solo, dan Yogyakarta.

Saat itu terjadi pemberontakan terselubung dari orang tak dikenal dengan cara melemparkan bom botol di tengah kerumunan orang-orang Belanda yang sedang mengunjungi Skaten.

Pernyataan ini sebagaimana yang dikutip dari Nami Irawan Batubara berjudul “Faktor-faktor Penyebab Kegagalan Gerakan Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) 1926-1927”, (Batubara, 2022: 20).

Pelaku Pemberontakan: Buruh, Tani, Pengusaha Desa, Haji Hingga Jawara

Kisah menarik dari pemberontakan PKI 1926 pernah terjadi di wilayah Priangan. Uniknya, PKI di Priangan mengerahkan berabagai lapisan profesi untuk memberontak pemerintah kolonial.

Mereka terdiri dari berbagai golongan dengan pekerjaan sebagi buruh, dan petani. Akan tetapi ada pula para pengusaha desa, haji dan jawara.

Pemberontakan ini akibat hasutan-hasutan PKI kepada golongan masyarakat yang tertindas oleh sistem kolonialisme. Secara tidak langsung PKI menjadi badan yang mampu mewakili aspirasi semua golongan.

Salah satu tokoh PKI yang terkenal sebagai agitator ulung di Priangan adalah, Egom, Hasan, dan Dirdja. Namun karena mereka tertangkap oleh Belanda akhirnya tewas karena dieksekusi mati. Mereka dianggap subversif terhadap pemerintahan yang sah.

Karena ternyata pemerintah kolonial menanggapi serius para pelaku pemberontakan, akhirnya peristiwa pemogokan buruh yang pernah terjadi di beberapa titik pabrik di Jawa Barat berhenti.

Baca Juga: Kisah DN Aidit, Remaja Agamis yang Jadi Tokoh PKI

Para buruh takut dengan dampak yang bisa mengancam nyawa mereka dan keluarganya. Oleh sebab itu pemogokan yang pernah terjadi di Garut kembali seperti biasa dengan penuh tekanan dan paksaan.

PKI Ceroboh dan Salah Perkiraan

Kegagalan pemberontakan PKI 1926 juga dianggap sebagai perilaku ceroboh Sardjono dengan kongres Prambanan 1925-nya karena telah salah perkiraan.

Salah perkiraan PKI saat itu karena partai ini memiliki banyak pengikut. Sardjono juga menganggap jika pemberontakan akan berhasil karena struktur masyarakat di Hindia Belanda sama dengan masyarakat Kapital seperti masyarakat di Uni Soviet.

Akan tetapi perkiraan PKI yang dirumuskan dalam kongres Prambanan 1925 itu salah, sebab ternyata masyarakat di Hindia Belanda ini berasal dari masyarakat jajahan yang setengah feodal.

Hal ini terungkap dalam buku Lembaga Sejarah PKI berjudul “Pemberontakan November 1926”, (Lembaga Sejarah PKI, 1961: 104).

Dengan kata lain PKI telah salah melihat watak revolusinya. Partai ini tidak paham struktur sosial yang menjadi dasar perjuangan revolusi untuk menciptakan kemerdekaan.

Alhasil cita-cita memperoleh kemerdekaan, dan menciptakan masyarakat sosialis yang hebat tidak bisa tercapai karena PKI sudah kadung dipangkas oleh kebijakan gantung kepala kolonial Belanda.

PKI Tidak Bertanggung Jawab

Setelah peristiwa pemberontakan PKI 1926, pemerintah kolonial menghukum ratusan massa yang terlibat. Mereka ada yang mendapat hukuman buang ke Boven Digul, hukuman penjara, bahkan hukuman mati.

Baca Juga: Kebangkitan PKI setelah Musso Tewas dan Kudeta DN Aidit

Kendati pemerintah kolonial telah menghukum ratusan pelaku peristiwa pemberontakan PKI 1926, ada pula beberapa pentolan PKI yang berhasil meloloskan diri.

Salah satunya adalah Musso dan kawan-kawannya. Menurut kabar yang tersebar di kalangan simpatisan PKI kala itu ia kabur ke Singapura. Akan tetapi belum ada sumber lain yang bisa memastikannya.

Dari peristiwa ini, terlihat PKI merupakan partai yang tidak bertanggung jawab. PKI menjadi partai yang oportunis karena tidak bisa melindungi kepentingan anggota yang telah tertangkap, sementara para petingginya kabur dan meloloskan diri ke luar negeri.

Korban yang telah menjalani eksekusi mati terlupakan, bahkan tidak pernah ada cerita dari PKI yang melibatkan para korban di tahun 1926 sebagai pahlawan partai.

Itikad PKI yang seperti ini sebetulnya merupakan tanda yang jelas atas kehancuran masyarakat sosialis di Hindia Belanda. Bahkan pada akhirnya PKI menjadi partai yang beku dari tahun 1927 hingga 1930-an.  (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

ASUS ExpertBook B1 2025, Laptop Modern dengan Performa Gahar

ASUS ExpertBook B1 2025, Laptop Modern dengan Performa Gahar

ASUS ExpertBook B1 2025 segera hadir dan berhasil menarik perhatian. Laptop ASUS ini menjadi pilihan terbaik bagi yang mencari perangkat dengan layar luas. Di...
Realme 14T Siap Rilis di Tanah Air Berbekal Baterai 6000 mAh

Realme 14T Siap Rilis di Tanah Air Berbekal Baterai 6000 mAh

Realme kembali bersiap memperkenalkan smartphone 5G murah terbaru mereka di Indonesia, yaitu Realme 14T. Perangkat ini digadang-gadang akan menjadi pesaing serius bagi Samsung Galaxy...
Polres Sumedang bubarkan takbir keliling yang berubah arogan dan bawa minuman keras

Polres Sumedang Bubarkan Takbir Keliling yang Berubah Arogan dan Bawa Miras

haraoanrakyat.com,- Bukannya takbiran dengan khusyuk, puluhan pemuda rombongan takbir keliling, justru kedapatan membuat onar dan nyaris bentrok dengan rombongan lainnya di Jalan Mayor Abdurrahman,...
Terbakar Api Cemburu, Seorang Suami di Sumedang Tega Bacok Istrinya

Terbakar Api Cemburu, Seorang Suami di Sumedang Tega Bacok Istrinya

harapanrakyat.com,- Terbakar api cemburu, seorang suami warga Kecamatan Jatinunggal, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, tega membacok istrinya sendiri saat malam takbiran Idul Fitri, pada Minggu...
Jasa Permak Pakaian di Sumedang Kebanjiran Order

Jelang Lebaran, Jasa Permak Pakaian di Sumedang Kebanjiran Order

harapanrakyat.com,- Menjelang Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah, puluhan jasa permak pakaian di Kabupaten Sumedang mulai kebanjiran orderan. Jasa permak tersebut biasanya mangkal di kawasan...
Komisaris Bank BUMN

Komisaris Bank BUMN Gemuk, Prabowo Minta Rampingkan dengan Tim Profesional

harapanrakyat.com,- Baru-baru ini Presiden Prabowo Subianto menyoroti komisaris bank BUMN yang dianggap gemuk. Hal tersebut terungkap dari percakapan wartawan dengan Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga...