Sabtu, April 12, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Pariwisata di Pemalang, Pernah Jadi Tempat Liburan dan Lokasi Syuting Film...

Sejarah Pariwisata di Pemalang, Pernah Jadi Tempat Liburan dan Lokasi Syuting Film Belanda

Sejarah pariwisata di Pemalang ternyata masih belum banyak terungkap. Padahal, dalam sejarah Indonesia kota tersebut jadi tempat liburan orang Belanda zaman dulu.

Meskipun Pemalang menjadi kota pinggiran (hinterland) bagi kalangan Eropa yang ada di Batavia, tetapi tak sedikit orang-orang Belanda yang tertarik dengan keindahan alam daerah tersebut.

Dalam perkembangannya, Pemalang terkenal sebagai daerah pedalaman yang memiliki ragam bentuk hiburan sampai dengan keindahan alam yang luar biasa, salah satunya pemandangan Gunung Slamet yang bisa terlihat secara jelas di dataran tinggi Moga.

Selain karena keindahan alamnya yang luar biasa, banyaknya orang-orang Belanda dari beberapa daerah di Jawa Tengah berlibur ke Pemalang karena daerahnya yang terjangkau.

Karena banyak peminat dari orang Belanda yang berkunjung ke Pemalang, maka sejak tahun 1920-an daerah ini membuka agen pariwisata yang membuka paket liburan tiga hari.

Berikut adalah penjelasan lebih jauh mengenai pariwisata di Pemalang pada masa kolonial Belanda.

Baca juga: Historiografi Kolonial Ungkap Kebiasaan Sehari-hari Orang Belanda di Batavia

Potret Sejarah Pariwisata di Pemalang di Masa Kolonial Belanda

Menurut Agung Wibowo dalam bukunya berjudul “Bergaya di Masa Sulit: Gaya Hidup Masyarakat Eropa di Batavia Masa Depresi Ekonomi 1930-1939”, (Wibowo, 2020: 24), selama hidup di negeri jajahan, orang Belanda menyukai pelesiran meskipun sedang krisis.

Belanda sering memperlihatkan gaya hidup dengan cara pergi berlibur atau pelesiran ke tempat-tempat bernuansa alam.

Menurut mereka dengan melakukan pelesiran adalah cara menjauhkan diri dari kesibukan dari beban kerja yang memberatkan hidup.

Oleh sebab itu, ketika hari libur tiba maka jangan sia-siakan waktu itu hanya untuk berdiam diri di rumah.

Untuk mengisi kekosongan itu biasanya orang Belanda pergi ke tempat-tempat yang indah.

Salah satu tempat favorit orang Belanda adalah dataran tinggi pegunungan seperti di daerah Moga, Pemalang Jawa Tengah.

Biasanya mereka berlibur dengan mengajak seluruh anggota keluarganya, atau beberapa yang belum berkeluarga mengajak teman, pacar, atau juga saudara dekat yang sama-sama bertugas di Jawa Tengah.

Beberapa di antara pelancong Belanda ini juga sering menghabiskan waktu yang cukup lama di Pemalang hanya untuk berlibur. Biasanya mereka akan menginap dengan menyewa pesanggrahan.

Akan tetapi hal itu hanya berlaku kepada para pelancong Belanda yang memiliki surat izin untuk bepergian.

Dengan mengantongi surat izin tersebut, mereka bebas untuk menentukan menginap atau tidak di pesanggrahan yang telah tersedia.

Pariwisata Visual di Pemalang Tahun 1938

Jika tadi bercerita tentang sejarah pariwisata di Pemalang dan mengapa orang Belanda suka berlibur ke sana, pada bagian ini kita akan melihat bagaimana destinasi pariwisata visual di sana muncul hingga menjadi daya tarik wisatawan Belanda sejak tahun 1938.

Pariwisata visual tersebut yaitu pembangunan bioskop dan beberapa panggung untuk menggelar seni pertunjukan wayang orang.

Jika biasanya bioskop jaman kolonial hanya tersebar di beberapa kota besar seperti Batavia, Bandung, dan Surabaya, namun di tahun 1939 Pemalang menjadi salah satu daerah baru yang memiliki gedung pertunjukan film tersebut.

Pembangunan fasilitas pagelaran untuk pariwisata visual di Pemalang tidak lain untuk menunjang pendapatan daerah tersebut melalui agenda pariwisata kolonial.

Pemerintah kolonial di Pemalang menilai daerahnya cukup potensial untuk menerapkan industri wisata.

Selain itu, hal ini juga merupakan upaya pemerintah kolonial di Pemalang untuk melepaskan stigma hinterland untuk daerah tersebut.

Pembangunan bioskop di Pemalang juga sangat menguntungkan perkembangan pariwisata kolonial. Namun selain itu pembangunan ini juga telah menciptakan kemajuan masyarakat sekitar.

Hal ini terjadi karena ketika pembangunan bioskop itu selesai, tidak hanya orang Belanda yang mampu membeli karcis pertunjukan film, melainkan para pribumi dalam berbagai profesi.

Terutama anak-anak muda yang saat itu masih haus pergaulan. Pertambahan pengguna bioskop di kalangan pribumi juga terjadi karena ada studi film terbuka.

Dengan mudah mereka menonton film hanya dengan karcis yang merakyat. Pemutaran film di ruang terbuka itu yakni dilakukan di halaman alun-alun Pemalang.

Pernyataan di atas sebagaimana mengutip Ilham Nur Utomo dalam Jurnal Mozaik berjudul “Ragam Hiburan di Regentschap Pemalang”, (Utomo, 2022: 29).

Baca juga: Gaya Hidup Masyarakat Indis Tahun 1800, Meniru Budaya Jawa

Pemalang Menjadi Lokasi Pembuatan Film Kolonial

Masih soal sejarah pariwisata di Pemalang, di wilayah ini tidak hanya sebagai tempat pemutaran film saat liburan tiba, Pemalang juga menjadi satu-satunya daerah di Pantai Utara Jawa yang pernah menjadi lokasi pembuatan film pada jaman kolonial.

Pemilihan Pemalang sebagai lokasi pembuatan film kolonial karena daerah tersebut yang asri.

Selain itu, Pemalang juga menyediakan pemandangan yang mewakili persepsi orang-orang Belanda tatkala menggambarkan keindahan negeri jajahannya itu.

Adapun perusahaan film yang memproduksi Pemalang sebagai lokasi pembuatan film yakni bernama “Kriges Film”.

Perusahaan ini merupakan produsen film terbesar di Belanda tahun 1938.

Lokasi pembuatan film kolonial di Pemalang juga menandakan kemajuan seniman pribumi yang memiliki kemampuan akting yang baik dan diakui oleh orang Belanda.

Sebab pada saat pembuatan film di Pemalang, beberapa seniman pribumi ikut terlibat di dalamnya. Film kolonial ini berjudul “Atma de Visser”.

Masih soal salah satu bagian dari sejarah Indonesia, selain melibatkan seniman pribumi, film Atma de Visser di Pemalang ini juga menjadi satu-satunya film yang diproduksi oleh Belanda dengan bahasa Melayu (Indonesia).

Pemilihan menggunakan bahasa melayu dalam film tersebut dianggap sebagai awal kemajuan produksi seni visual di Hindia Belanda, terutama kemajuan untuk seniman lokal karena ikut terlibat dalam adegan film “Atma de Visser”.

Iklan Wayang Orang Performance

Selain membuat film di Pemalang, para agen wisata kolonial di sana juga membuat pertunjukan wayang orang yang mereka iklankan dalam brosurnya dengan judul “Wayang Orang Performance”.

Berdasarkan sejarah pariwisata di Pemalang, pertunjukan wayang orang ini menjadi produksi agen wisata yang keuntungannya lumayan ketimbang hasil dari penjualan karcis bioskop.

Selain karena mempertunjukan penampilan yang original, seni pertunjukan wayang orang ini juga banyak diminati oleh kalangan pribumi.

Dengan demikian karcis penjualan “Wayang Orang Performance” ini lebih mudah terjual dari pada karcis penjualan bioskop.

Pertunjukan Wayang orang kemudian masuk menjadi daftar agenda pertunjukan seni di Pemalang sejak zaman kolonial yang selalu digelar di Balai Petarukan.

Biasanya ketika liburan tiba, pertunjukan wayang orang ini akan main selama tiga hari lamanya. Dari setiap tanggal 21, 22, dan 23 Oktober.

Perusahaan kesenian yang menampilkan seni pertunjukan wayang orang tersebut berasal dari kompi Reuneker Wajangorang ‘Srie Koentjoro’. Kelompok pertunjukan wayang ini akhirnya terkenal hingga ke seluruh deretan Pantura.

Baca juga: Jejak Budaya Tionghoa di Indonesia, Punya Bioskop dan Klenteng Mewah

Wisata Alam yang Menyegarkan di Pemalang

Selain membuat wisata visual, Pemalang sebagaimana telah disinggung di awal juga terkenal dengan keadaan alamnya yang menyegarkan.

Daerah Pemalang dikelilingi oleh bukit-bukit, sekaligus ada dekat di lereng Gunung Slamet. Tak heran daerah ini juga terkenal akan kolam hangat alami yang muncul dari sumber mata air mengandung belerang yang ada di daerah Moga.

Para pelancong Belanda yang sedang liburan di Pemalang terkagum-kagum dengan kolam hangat dataran tinggi Moga. Mereka datang ke sana hanya untuk menikmati kolam air hangat.

Beberapa di antaranya memesan tiket lebih mahal ketika bertujuan untuk wisata kesana. Mahalnya tiket ini disebabkan oleh biaya mengurus surat izin menginap di pesanggrahan.

Pemesanan tiket menginap di pesanggrahan laris terjual hanya di daerah Pemalang. Sebab para pelancong pelesiran di Pemalang merasa tidak cukup hanya dengan satu hari.

Oleh karena itu mereka selalu pesan pembuatan izin menginap di pesanggrahan untuk 2 sampai 3 hari.

Wisata yang asri di Pemalang juga didukung oleh keadaan transportasi umum yang memadai. Dengan demikian tidak sulit untuk para pelancong berpindah tempat dari satu ke yang lainnya.

Dan yang paling mengesankan bagi para pelancong Belanda di Pemalang yaitu, menikmati kuliner dengan lantunan musik kroncong yang bermain nonstop  sampai acara makan malam selesai.

Begitulah sejarah pariwisata di Pemalang saat kolonial Belanda. Sesuai penjelasan sejarah Indonesia di atas, mengingatkan kita bahwa banyak daerah di Indonesia memiliki potensi wisata yang begitu besar. (Erik/R6/HR-Online)

Ular Sanca Batik Besar

Warga Cipaku Ciamis Tangkap Ular Sanca Batik Besar Sepanjang 5 Meter dari Kandang Ayam

harapanrakyat.com,- Warga Dusun Ciakar Hilir, Desa Ciakar, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, berhasil menangkap ular sanca batik berukuran besar sepanjang kurang lebih 5...
Fitri Salhuteru hadir di sidang Isa Zega

Fitri Salhuteru Hadir di Sidang Isa Zega, Netizen Sebut Hanya Pansos

harapanrakyat.com,- Fitri Salhuteru menjadi sorotan netizen setelah ia muncul di sidang lanjutan kasus perseteruan Isa Zega dengan Shandy Purnamasari di Pengadilan Negeri (PN) Kepanjen,...
Maling Bobol Rumah Warga

Beraksi di Siang Bolong, Maling Bobol Rumah Warga di Kota Banjar

harapanrakyat.com,- Nekat beraksi di siang bolong, pelaku maling bobol rumah milik warga di Lingkungan Cikabuyutan Timur, RT 04 RW 12, Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman,...
industri di Jabar

Perang Dagang AS Membebani Industri di Jabar, Apa Langkah Dedi Mulyadi?

harapanrakyat.com,- Perang dagang yang disulut Amerika Serikat (AS) berpotensi membebani industri di Jawa Barat (Jabar). Lantas apa langkah Gubernur Jabar Dedi Mulyadi untuk menghadapi...
TPS Kamisama

Soal Penanganan Sampah, DLH Kota Banjar Minta TPS Kamisama Berbenah

harapanrakyat.com,- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjar, Jawa Barat, meminta kepala pengelola sampah TPS Kamisama yang berlokasi di Lingkungan Karangpanimbal, Kelurahan Purwaharja/Kecamatan Purwaharja memperbaiki...
Sekring Aki Mobil, Si Kecil tapi Sangat Penting

Sekring Aki Mobil, Si Kecil tapi Sangat Penting

Kalau bicara soal kelistrikan mobil, banyak orang langsung fokus ke aki. Padahal ada satu komponen kecil yang juga tidak kalah penting, yaitu sekring aki...