Kesenian Ludruk merupakan seni pertunjukan tradisional yang berasal dari Jawa Timur. Namun apakah Anda tahu pelopor kesenian ini ternyata bernama Hasan Basori, profil tokoh kesenian ini sekarang kurang lebih berumur 80 tahun. Ia mengawali karirnya bermain ludruk sejak duduk di bangku sekolah dasar kelas empat.
Kisahnya menarik untuk kita bahas, sebab di balik kesuksesannya sebagai pemain Ludruk, Hasan Basori juga kerap mendapat tawaran partai politik sebagai pemain seni pertunjukan tradisional yang bekerja untuk proyek suatu partai.
Baca Juga: Sejarah Teater Gandrik, Pencetak Raja Monolog Butet Kartaredjasa
Namun HB menolak dengan alasan kesenian tidak bisa dikuasai oleh satu individu atau kelompok tertentu termasuk partai politik. Menurutnya kesenian adalah kerja bersama.
Kendati punya idealisme kuat dalam berkesenian, seni pertunjukan tradisional Ludruk Hasan Basori tahun pada tahun 2000-an mengalami kesulitan. Sedikit yang meminta mereka tampil, baik di hajatan maupun acara lainnya. Hal itu menyebabkan penurunan pendapatan kelompok Ludruknya.
Akan tetapi bukannya memilih pekerjaan lain yang lebih menguntungkan, Hasan Basori tetap setia memilih Ludruk sebagai mata pencaharian utamanya hingga tahun 2012.
Lantas apa yg membuat Hasan Basori sangat yakin bahwa Ludruk bisa membuat kehidupan mereka kembali di tengah kesulitan?
Profil Hasan Basori, Menyukai Ludruk dari Kecil
Masa kecil Hasan Basori tokoh Ludruk yang populer tahun 70-an ini hidup dalam keluarga yang tidak begitu utuh karena perceraian.
Hal ini karena ayahnya Abdurachman menikah lagi dari istri dengan istri keduanya setelah ibunya Hasan Basori bernama Supiah meninggal dunia.
Tak tanggung-tanggung dalam catatan pernikahan Abdurachman, tercatat menikah tiga kali setelah perkawinannya dengan ibu Hasan Basori tersebut.
Kekurangan figur keluarga yang tidak utuh ini membuat Hasan Basori tidak betah di rumah. Hasan Basori kecil lebih nyaman dan memilih tinggal di luar rumah, keluyuran sampai jauh dari tempat tinggalnya.
Ia juga berubah menjadi anak yang liar, tidak mau sekolah dan enggan memiliki cita-cita. Akan tetapi Hasan Basori sudah dari kecil suka menyaksikan pertunjukan Ludruk dan Wayang kulit sampai larut malam.
Baca Juga: Sejarah Musik Dangdut, Meninabobokan Pemuda Zaman Orba
Karena ketertarikannya pada Ludruk, Hasan Basori merekrut beberapa teman sepermainannya untuk membuat grup Ludruk bersama.
Akhirnya setelah beberapa bulan mencari teman untuk membuat grup Ludruk, tiga orang temannya mau bergabung. Mereka adalah Slamet, Tris, dan Irham. Dengan grup Ludruk kecilnya itu Hasan Basori dan kawan-kawan mengamen ke beberapa warung di Jawa Timur.
Sesekali ada yang menanggap mereka di hajatan. Saat itu mereka hanya memanfaatkan alat musik seadanya untuk mengiringi pertunjukan Ludruk di sana. Grup Ludruk Hasan Basori ini kelak terkenal dengan istilah Ludruk Garingan.
Mendalami Kesenian Ludruk
Semenjak umur 15 tahun, tepatnya kelas 4 SD, Hasan Basori memutuskan untuk mendalami kesenian Ludruk lebih profesional.
Terlebih ia sangat meminati kesenian ini sepenuh hati, tercermin dari grup kecil Ludruk Hasan Basori yang sudah tampil ke panggung-panggung hajatan di kampung pesisir Jawa Timur.
Puncaknya pada tahun 1972 membuat Hasan Basori memutuskan mendalami Ludruk dengan bergabung bersama Grup Ludruk populer di Jawa Timur bernama Panca Marga.
Saat itu Dasuki, pemilik Grup Ludruk Panca Marga menginginkan Hasan Basori menjadi bagian pemain Ludruk. Rupanya Dasuki sering melihat anak kecil itu antusias setiap pertunjukan Ludruk Panca Marga manggung di berbagai tempat yang ada di Jawa Timur.
Dalam pertunjukan Ludruk Panca Marga milik Dasuki, Hasan Basori memerankan penari ‘Remo’. Saat itu HB menerima bayaran pertamanya dari Dasuki yaitu Rokok.
Bayaran ini sangat menyenangkan hati HB, sebab ini pertama kalinya HB mendapat apresiasi tokoh ketoprak terkenal seperti Dasuki.
Baca Juga: Sejarah Iklan Rokok, Wanita sebagai Daya Tarik Penjualan
Pernyataan di atas sebagaimana yang diungkapkan Hasan Basori saat diwawancarai oleh Dita Hendriani dalam Jurnal Lembaran Sejarah UGM berjudul “Hasan Basori dan Kesenian Ludruk Marjinal di Sidoarjo, Jawa Timur“, (Hendriani, 2012: 62).
Pamor Hasan Basori Dilirik Grup Ludruk Lain
Semenjak tahun 1975-an, pasca Hasan Basori terkenal di Grup Ludruk Panca Marga milik Dasuki. Keterampilannya berakting di atas panggung semakin terasah dengan sempurna.
Hal ini membuat HB dilirik oleh Grup Ludruk lain untuk dijadikan sebagai pemain tetap. Ia pun mendapat bayaran dengan harga yang relatif mahal waktu itu.
Grup Ludruk yang merekrut HB dan tidak disebutkan namanya ini, memerankan HB sebagai figur yang sering berkelahi.
Menurut pimpinan grup Ludruk tersebut, peran HB sebagai Jagoan sangat cocok mengingat bentuk badan yang gempal merepresentasikan maskulinitas dalam karakter HB.
Profil Hasan Basori semakin terkenal, ia terus bermain Ludruk terus seiring dengan kedewasaan bermain Sandiwara Tradisional ini sampai tahun 2000-an.
Akan tetapi setelah tahun 2003 ke atas, popularitas Ludruk sebagai seni pertunjukan tradisional di Jawa Timur mengalami penurunan.
Meskipun demikian, Hasan Basori tetap memilih pekerjaannya menjadi seorang seniman Ludruk. Dengan berbagai keterbatasan, Hasan Basori terpaksa menambah pertunjukan Ludruk-nya dengan kesenian lain.
Penambahan ini bermaksud untuk mencari daya tarik lain dari penonton seni pertunjukan Ludruk dengan menampilkan: Penari Ular, Campur Sari, Koor, atau Modeshow. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)