Maestro seni abstrak Affandi terbilang sangat unik. Dalam catatan sejarah Indonesia bidang seni rupa Affandi terkenal karena ia melukis tanpa kuas. Hal ini berbeda dengan kebanyakan seniman.
Selain itu, sang maestro Indonesia ini sangat gemar merokok menggunakan Cangklong.
Tak heran ketika kita ke Museum Affandi di Yogyakarta, maka deretan Cangklong dengan berbagai bentuk akan mudah kita jumpai.
Ketika kita kembali lagi memperhatikan seni lukisan abstrak, mungkin banyak orang yang tahu ciri-cirinya seperti apa.
Akan tetapi berapa banyak yang paham akan proses pembuatan lukisan abstrak?
Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas bagaimana proses yang unik dalam pembuatan lukisan abstrak oleh Affandi yang sama sekali tidak memakai kuas.
Baca juga: Sejarah Raden Saleh, Pelukis Pribumi Pertama Penerima Beasiswa ke Eropa
Affandi, Maestro Seni Abstrak Affandi Anti Kuas
Memang sulit menemukan arsip Affandi melukis dalam bentuk video gambar yang jelas.
Akan tetapi beberapa pengamat seni rupa mengenal Affandi sebaga maestro yang anti menggunakan kuas.
Unik bukan? Lantas dengan cara apa Affandi melukis? Ternyata sang maestro melukis dengan menggunakan tangan secara langsung.
Affandi juga sering menggunakan bantuan tube atau kemasan cat yang berbentuk lancip untuk menggambar langsung suatu objek ke dalam canvas yang masih bersih.
Beberapa pengamat seni rupa, terutama peminat karya-karya maestro Affandi, melihat Affandi menggunakan kuas hanya untuk membersihkan canvasnya saja.
Mendapat Beasiswa dari India Belajar ke Shantiniketan
Kisah Affandi mendapatkan beasiswa belajar ke India berawal dari prestasinya saat itu yang mampu menggambar anatomi tubuh manusia dengan mendetail.
Dalam catatan sejarah Indonesia, banyak orang terkagum-kagum dengan karya Affandi tentang gambar anatomi tubuh, tak terkecuali kolega seni rupanya dari India yang kemudian menghadiahkan sang maestro seni abstrak itu sekolah seni ke Shantiniketan.
Beberapa orang mengatakan Shantiniketan merupakan sekolah seni yang cenderung bebas.
Di sana para pelajar diberikan kebebasan untuk mempelajari segala jenis macam seni, hanya saja yang paling terkenal waktu itu adalah cabang seni lukis.
Adapun penyebab Affandi dikagumi banyak orang akan prestasi melukisnya dikarenakan maestro abstrak ini pandai meniru teknik master dunia, seperti Rembrandt, Rubens, bahkan Leonardo Da Vinci.
Pernyataan di atas sebagaimana ungkapan Gamal Kartono dalam jurnal berjudul “Bagaimana Cara Mengamati Lukisan Karya Affandi”, (Kartono, 2008: 2).
Baca juga: Kisah Chairil Anwar, Penyair Legendaris yang Meninggal di Usia Muda
Keturunan Pelukis dan Kenal Banyak Relasi
Sebagaimana kebanyakan pelukis yang lainnya, ternyata Affandi juga merupakan seorang anak dari keturunan pelukis yang memiliki banyak relasi.
Diketahui, ayahnya seorang pelukis yang memiliki ciri khas seperti Affandi.
Ayah sang maestro memiliki kebiasaan melukis tidak memakai kuas, melainkan dengan menggunakan teknik hitam putih dari pensil arang bernama conte.
Setelah belajar kepada sang Ayah, Affandi remaja kemudian bergabung dengan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) pada tahun 1938.
Bergabungnya Affandi dalam PERSAGI membuat kemampuan melukis sang maestro seni abstrak ini terus terasah.
Hingga pada akhirnya Affandi mendapatkan kesempatan untuk menggelar pameran karya lukis pertama kalinya pada tahun 1940 di Jakarta.
Dari pameran itu, kemudian nama Affandi mencuat ke ranah seniman nasional, maupun internasional.
Atas ketenarannya itu membuat Affandi memiliki banyak relasi, mulai dari pemerhati seni, seniman terkenal, hingga para penikmat seni.
Relasi yang banyak ini dimanfaatkan oleh Affandi sebagai seorang pelukis dengan cara yang paling bijaksana, yaitu mencari dukungan untuk pembangunan PERSAGI dan kawan seniman lainnya yang masih merintis.
Lukisan Terinspirasi dari Kondisi Sosial
Berbeda dengan sosok Raden Saleh seniman yang naturalis, Affandi adalah seniman yang beraliran realisme sehingga dalam setiap karyanya pasti terinspirasi oleh kondisi sosial yang ditemukannya.
Bahkan suatu saat sang maestro seni abstrak ini pernah melakukan kritik terhadap gerakan kesenian berbasis mooi indie (bersifat keindahan).
Menurutnya, Mooi Indie merupakan kebohongan, sebab lukisan yang ditampilkan di sana berisi keindahan alam Hindia Belanda.
Sedangkan menurut Affandi hal itu justu berbeda dengan keadaan sosial yang tidak indah, seperti halnya kemiskinan, kelaparan, dan kekerasan.
Affandi dengan lukisannya kemudian kerap menampilkan karyanya mengenai tema-tema kemiskinan, kekerasan, dan kelaparan sebagai objek utama dalam gagasan realismenya.
Maestro Affandi juga merupakan seorang seniman abstrak yang terobsesi oleh matahari.
Pasti di setiap karyanya akan kita jumpai matahari yang menurut beberapa pengamat lukisan Affandi adalah gambar matahari itu sama dengan tanda tangan.
Baca juga: Sejarah Seni Indonesia di Masa Revolusi 1945
Affandi Pelukis yang Jujur
Masih menurut Gamal Kartono, di sepanjang sejarah Indonesia di bidang seni, Affandi berhak menyandang sebagai sosok pelukis yang jujur.
Kejujuran Affandi ini tercermin dari berbagai lukisan tentang potretnya.
Selain mewakili keadaan sosial sebagaimana yang telah diulas di atas, potret diri juga mewakili perasaan Affandi untuk menggambarkan keresahan sosial.
Oleh sebab itu, maka dalam lukisan potret diri itu banyak sekali emosional Affandi yang di implementasikan dalam sebuah canvas.
Beberapa karya emosional Affandi yang terkenal itu berjudul “Kakiku Koreng”, “Dia Datang”, dan “Dia Menunggu dan Pergi”.
Kesimpulannya Affandi bukan hanya seorang maestro seni abstrak yang terkenal karena keterampilannya saja. Akan tetapi Affandi juga seorang tokoh sejarah Indonesia bidang seni yang peka terhadap keadaan sosial di sekitarnya. (Erik/R6/HR-Online)