Hudzaifah bin Al-Yaman menjadi salah satu sahabat Nabi SAW. Ia adalah seseorang yang lahir di rumah tangga muslim, Hudzaifah bin Al-Yaman dibesarkan dalam pangkuan orang tuanya yang sudah memeluk Islam. Bahkan sahabat nabi dan keluarganya juga termasuk sebagai Rombongan pertama yang masuk Islam.
Untuk itu, nama sahabat nabi tersebut sudah Islam sebelum ia bertatap muka dengan Nabi Muhammad SAW.
Setelah Baginda Nabi hijrah ke Madinah, Hudzaifah selalu berada di sampingnya. Saking setianya sahabat nabi tersebut, ia juga seperti seorang kekasih.
Kemanapun Baginda Nabi berada, berarti di situ juga ada sahabatnya. Dalam segala hal Hudzaifah juga selalu berada di samping Nabi Muhammad, kecuali ketika Perang Badar.
Apakah Anda sudah pernah mendengar kisahnya? Seperti apa dan bagaimana?
Pada intinya Hudzaifah merupakan sahabat nabi yang secara khusus dididik oleh Rasulullah SAW guna mengenang kemunafikan. Semua itu bermula karena adanya kebiasaan yang berbeda dalam mengajukan pertanyaan kepada Nabi SAW.
Biasanya para sahabat itu bertanya mengenai berbagai macam amal kebaikan serta pahala yang dijanjikan juga mereka berlomba-lomba untuk melakukannya.
Baca juga: Sifat Mulia Abu Bakar yang Bisa Jadi Teladan bagi Umat Islam
Sedikit Kisah Sahabat Nabi Hudzaifah bin Al-Yaman
Berbeda dengan Hudzaifah, justru cenderung bertanya mengenai berbagai macam amal keburukan ataupun kejahatan serta bahayanya. Apakah tujuan dari sahabat nabi melakukan hal tersebut? Ia ingin menjauhi amal keburukan tersebut sejauh-jauhnya.
Bahkan suatu hari ia juga menghadap kepada Rasulullah SAW lalu bertanya, “Wahai nabi, dahulu kita pernah berada di zaman kebodohan yang diliputi dengan banyak kejahatan, tapi Allah mendatangkan kebaikan kembali. Tetapi apakah setelah ini akan ada kejahatan lagi?”
Kemudian Nabi SAW menjawab, ada. Mendengar jawaban dari Nabi SAW menyebabkan Hudzaifah kembali bertanya, “Apakah setelah itu akan ada kebaikan lagi?” Landasan Nabi SAW mengatakan, memang ada akan tetapi kebaikan tersebut kabur serta membahayakan.
Jawaban dari Nabi SAW tersebut menyebabkan sahabatnya penasaran, apa yang membahayakan sebenarnya.
Lalu nabi Muhammad menambahkan, yaitu golongan umat yang mengikuti sunnah tetapi bukan sunnahku, mengikuti petunjuk tetapi bukan petunjukku. Maka kenalilah mereka wahai sahabatku dan tegarlah mereka sesuai dengan kemampuanmu.
Karena masih penasaran Hudzaifah bin Al-Yaman tersebut kembali bertanya, “Apakah setelah itu akan ada kejahatan lagi wahai Rasulullah?” Ada yaitu para penyeru yang mengajak kepada kemaksiatan serta meninggalkan ibadah.
Nantinya siapapun yang menyambut seruannya akan dilempar ke dalam neraka. Tapi justru Hudzaifah merasa bingung mengenai apa yang harus ia lakukan ketika menemui masa tersebut.
Baca juga: Kisah Zahid dan Zulfah yang Bertakwa kepada Allah dan Rasul
Pesan Nabi Muhammad kepada Sahabatnya
Nabi Muhammad menjawab hendaknya sahabatnya tersebut selalu mengikuti jamaah kaum muslimin serta menjadi pemimpin bagi mereka.
Tetapi lagi-lagi sahabatnya tersebut menyangkal, bagaimana nantinya jika mereka itu tidak mempunyai jamaah dan tidak pula mempunyai pemimpin yang sesuai dengan teladan dari Rasulullah?
Pernyataan dari sahabatnya tersebut membuat Nabi Muhammad mengatakan, hendaknya kamu wahai sahabatku tinggalkan semua golongan tersebut. Meskipun kamu itu harus tinggal sendirian di sebuah rumpun kayu sampai kamu menemui ajal dalam keadaan tersebut.
Itulah yang menyebabkan Hudzaifah bin Al-Yaman berbeda dengan sahabat nabi yang lainnya. Seperti penjelasan sebelumnya apabila sahabat yang lain bertanya amal kebaikan seperti apa yang menyebabkan kita mendapatkan pahala.
Justru sahabat yang satu ini bertanya keburukan seperti apa yang akan menyebabkan kita merugi pada akhirnya.
Perlu Anda ketahui juga bahwa sahabat nabi yang satu ini mempunyai kebiasaan meneliti serta mengamati kejahatan juga daya upaya guna menghindarinya. Tapi ternyata kebiasaan tersebut juga mendapatkan support dari Nabi Muhammad SAW.
Ia juga terus-menerus memberikan bimbingan kepada sahabatnya tersebut. Bukan hanya itu saja, akan tetapi Rasulullah juga mengajarkan kepadanya mengenai kemunafikan serta menunjukkan orang-orang munafik pada saat itu.
Nabi Muhammad kepada Hudzaifah bin Al-Yaman tersebut adalah agar semua yang ia ajarkan kepadanya dirahasiakan. Sebab apa yang Rasulullah lakukan itu sebenarnya hanya bertujuan untuk bahan baginya supaya ia bisa menghindar serta tidak terjatuh dalam lingkaran kemunafikan tersebut.
Baca juga: Sahabat Nabi dari Kaum Anshar, Hamba Allah Penuh Kemuliaan!
Umar bin Khattab
Dalam kisah Hudzaifah bin Al-Yaman tersebut juga terdapat peranan dari khalifah yang kedua yakni Umar Bin Khattab. Ternyata khalifah kedua ini juga merupakan salah satu sahabat yang selalu memanfaatkan keistimewaan dari Hudzaifah tersebut.
Sepeninggal Rasulullah SAW, Umar Bin Khattab selalu mengamati sikap dari Hudzaifah tersebut. Tahukah Anda apa yang menjadi penyebabnya?
Pasalnya ketika ia mendatangi atau menyalatkan jenazah, Umar Bin Khattab melakukan hal yang sama dengan sahabat nabi tersebut. Kendati demikian, apa yang Umar lakukan itu hanyalah untuk ia sendiri.
Ia tidak mengekspos secara umum ataupun mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Saat ia menjadi khalifah, Umar pernah datang kepada Hudzaifah kemudian bertanya. “Wahai Hudzaifah apakah kamu melihat adanya kemunafikan yang terdapat dalam diriku?”
Mengetahui pertanyaan dari khalifah kedua tersebut menyebabkan sahabat nabi itu menjawab, “Tidak ada Wahai Amirul Mukminin “.
Kemudian Umar kembali mengatakan kepada sahabatnya tersebut untuk tidak sungkan mengatakan kepadanya apabila dalam diri umat itu terdapat kemunafikan.
Kembali ia menegaskan kepada khalifah kedua, sungguh tidak ada dalam dirimu kemunafikan. Tetapi Sesungguhnya kamu itu masih menyimpan 2 setel pakaian. Satu setel digunakan ketika musim dingin dan satu setel lagi digunakan ketika musim panas.
Mendengar pernyataan dari Hudzaifah bin Al-Yaman tersebut membuat Umar Bin Khattab segera menyedekahkan 1 setel pakaian yang ia simpan selama ini. Meskipun sahabat nabi yang satu ini sendiri tidak menyebutkan bahwa hal tersebut merupakan sebuah kemunafikan yang ada dalam diri Umar Bin Khattab. (Muhafid/R6/HR-Online)