PKI rupanya memiliki cita-cita menciptakan struktur masyarakat tanpa kelas. Dalam sejarah PKI tercatat, Ketua Comite Central PKI Aidit mengatakan, untuk mewujudkan cita-cita tersebut perlu Front Persatuan Nasional.
Front Persatuan Nasional itu terdiri dari kumpulan partai-partai nasional yang pro dengan PKI. Terutama untuk partai yang memiliki visi dan misi sebagai seorang Marxis.
Dengan pembangunan Front Persatuan Nasional atau biasa disingkat dengan FPN, seluruh partai yang bergabung harus menciptakan kesejahteraan bangsa dan Negara melalui ajaran Marxisme.
Artinya harus berani melakukan revolusi meskipun harus mengorbankan kedudukan, dan jabatan. Serta risiko yang berat sebagaimana ajaran Marxis yang berkembang di Negara-negara komunis.
Baca Juga: Kebangkitan PKI setelah Musso Tewas dan Kudeta DN Aidit
Aidit mempercayai dengan pembentukan FPN partai, maka struktur masyarakat tanpa kelas tidak lama lagi akan segera berkembang. Kendati optimis Aidit yang kuat, dalam perkembangannya FPN sering mengalami kendala.
Front Persatuan Nasional, Konsep PKI Mengagitasi Massa Partai
Menurut DN. Aidit dalam bukunya berjudul “Menempuh Djalan Rakjat” (Aidit, 1952: 9), setiap partai yang ada di Indonesia sebanyak 27 partai itu memiliki tujuan yang sama. Tujuan itu adalah menempuh kesejahteraan rakyat dengan cara yang adil.
PKI pun demikian, satu-satunya partai di Indonesia yang mempelajari ajaran Marxis garis keras tentu menginginkan kesejahteraan rakyat yang seadil-adilnya.
Atas dasar ini maka PKI pimpinan Aidit menggalang kekuatan untuk mengagitasi partai lain agar bersatu dengan cita-cita PKI melalui Front Persatuan Nasional.
Salah satu partai nasional yang kala itu bergabung dengan Front Persatuan Nasional yaitu, Partai Sosialisme Indonesia, selebihnya partai-partai kiri yang berafiliasi dengan partai buruh, tani, terpeladjar, ahli kebudayaan, kaum wanita, pemuda, dan pengusaha.
Selain menjadi wadah untuk kumpulan partai memperjuangkan kesejahteraan rakyat, ternyata Aidit membentuk Front Persatuan Nasional ini juga berfungsi untuk mengontrol kerja pejabat pemerintah yang korup.
Dengan adanya FPN kerja pejabat partai akan selalu terkontrol, terutama saat diskusi tukar pendapat di forum bersama dengan PKI.
Baca Juga: Kisah DN Aidit, Remaja Agamis yang Jadi Tokoh PKI
Membantu Melindungi Kaum Buruh
Selain menjadi media mobilisasi dan kontrol pejabat partai, FPN juga ikut serta membantu perlindungan terhadap kerja kaum buruh.
Biasanya lembaga ini akan membantu pengusutan mengenai para buruh yang memiliki masalah dengan tempat kerjanya. Semisal kekerasan, pelecehan seksual, hingga pembayaran upah yang telat.
Perlindungan kaum buruh ini menjadi dasar perjuangan setiap partai yang bergabung dengan PKI dalam Front Persatuan Nasional.
Karena dalam lembaga tersebut setiap partai wajib menerapkan perjuangan Marxis yang sesuai dengan cita-cita awal yaitu, menciptakan struktur masyarakat tanpa kelas.
PKI dalam setiap gerakannya selalu berorientasi pada perjuangan kaum buruh, (Aidit, 1952: 10). Karena menurut ajaran Marxis tanpa buruh dunia tidak akan bekerja, modernisasi tidak bisa hadir secepat mungkin.
Oleh sebab itu perhatian PKI selalu tentang kesejahteraan rakyat yang terdiri dari, pembelaan kaum buruh, mendukung kaum tani, dan memajukan para nelayan.
Membantu Eksistensi Ajaran Marxisme di Indonesia
Kebijakan Front Persatuan Nasional bentukan Aidit mewajibkan anggotanya untuk mempelajari Marxisme. Hal ini secara tidak langsung membantu filsafat Marx berkembang dalam perpolitikan Indonesia tahun 1950-an.
Aidit sendiri mengakuinya dalam bukunya tersebut dengan mengatakan, tujuan dari FPN tidak lain untuk mempengaruhi partai lain untuk percaya Marxisme.
Baca Juga: Sejarah Kelompok Pathuk dan Kisah Persahabatan Soeharto dengan Agen Spionase PKI
Karena ajaran Marxisme merupakan dasar-dasar perjuangan partai untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, dan yang paling penting adalah mencegah pejabat partai untuk korupsi.
Sebab dalam kamus Marxisme, korupsi yang sering terjadi dalam politik feodal merupakan musuh bersama yang harus musnah. Mereka harus hancur, sekalipun itu dilakukan dengan cara paling kejam.
Aidit menunjukkan cara mempengaruhi anggota partainya untuk mempelajari Marxisme. Salah satunga dengan cara “turne” yaitu turun ke kampung dan menyapa masyarakat desa kaitannya memperkenalkan dan menggalakan program-program PKI.
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Rowland dalam bukunya yang berjudul “Aidit dua Wajah Dipa Nusantara”, (Rowland, 2010: 19).
Karena antusias warga saat dikunjungi Aidit di desa-desa kelihatan bahwa PKI adalah partai yang banyak digandrungi masyarakat. Oleh sebab itu partai lain yang melihat ini berminat untuk memperdalam Marxisme karena mereka ingin terkenal seperti PKI.
Tidak membutuhkan waktu yang lama akhirnya PKI berhasil mengisi Front Persatuan Nasional dengan partai yang berideologi kiri nan Marxis.
Menurut Aidit dalam pidatonya kepada partai lain dalam FPN, “Dengan mempelajari Marxis maka setiap partai berhak menjadi besar dan diterima oleh semua kalangan”.
Ajaran Marxisme di Indonesia Menyebar hingga Pedesaan
Menurut Aidit sendiri, ajaran Marxisme di Indonesia itu berhasil di Indonesia karena peran PKI dalam Front Persatuan Nasional. “Dalam hal ini Marxisme mencapai kemenangan teoritis”.
Sebab dari kegiatan FPN, filsafat Marxis ini terbawa hingga pada bahan ajar di sejumlah perguruan tinggi Indonesia yang berhaluan komunisme.
Salah satu perguruan tinggi komunis terbesar di Indonesia pernah berdiri di Yogyakarta. Kota tersebut menjadi saksi, ajaran Marxisme pernah berkembang dengan luas dan bebas.
Selain di perguruan tinggi ajaran Marxisme juga ikut berkembang di kalangan buruh, petani, dan nelayan sepanjang pedalaman Jawa.
Penyebar ajaran Marxis terdiri dari anggota PKI, simpatisan PKI, dan Terpelajar Kiri. Mereka selalu menyebut, ajaran tersebut merupakan satu-satunya cara terbebas dari masalah kemiskinan masyarakat desa.
Baca Juga: Mahmilub Pasca Peristiwa G30S/PKI, Rahasia Partai Komunis Terbongkar
Masalah dalam Front Persatuan Nasional
Kendati FPN yang menghimpun partai lain untuk berjuang bersama dengan PKI itu diklaim berhasil oleh Aidit, nampaknya masalah-masalah kecil juga sering terjadi di dalamnya.
Salah satu masalah yang sering terjadi dalam kegiatan lembaga tersebut antara lain kehadiran sosok kapitalisme rakus dalam tubuh Partai Sosialis.
Front Persatuan Nasional pernah dijadikan sebagai ladang pekerjaan yang menggiurkan oleh oknum kapitalisme yang bersembunyi dalam tubuh Partai Sosialisme Indonesia.
Pekerjaan itu dibayar mahal, kerjanya menjadi spionase untuk rivalitas PKI dan memata-matai mengapa PKI mudah memperoleh massa yang banyak dalam Front Persatuan Nasional.
Hal ini dibalas oleh PKI dengan cara mempersatukan partai kiri dan mengagitasi mereka dengan semboyan “Hadjar Kapitalise Sosialis”.
Kaum komunis percaya apabila kita berhasil mempersatukan kaum buruh, maka dengan mudahnya Front Persatuan Nasional menghancurkan kelas-kelas sosial ciptaan kelompok kapitalisme.
Selain menggunakan semboyan di atas, PKI juga semakin memperkuat Partai Sosialisme Indonesia dengan ajaran Marxisme.
Tak jarang PKI juga sering melakukan intervensi politik ke dalam tubuh Partai Sosialisme Indonesia (PSI). Karena itu, hingga akhir hayatnya PSI selalu identik dengan partai kiri pro PKI. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)