Selasa, Februari 11, 2025
BerandaBerita TerbaruDari Surau ke Sekolah Kolonial, Beginilah Sejarah Pendidikan Formal di Indonesia

Dari Surau ke Sekolah Kolonial, Beginilah Sejarah Pendidikan Formal di Indonesia

Sejarah pendidikan formal di Indonesia pertama kali berdiri dari sebuah tradisi pesantren bernama Surau. Dalam sejarah Indonesia, surau memiliki peran begitu penting.

Surau merupakan tempat semacam masjid yang sebagian besarnya berdiri di daerah Sumatera Barat, yakni Bukittinggi.

Berdasarkan keterangan Bung Hatta, penduduk sekitar Sumatera Barat hampir sebagian lapisannya mengerti huruf Arab.

Hal ini sebagai tanda jika Surau waktu itu merupakan sistem pendidikan yang populer dalam kebudayaan masyarakat Bukittinggi.

Namun seiring dengan datangnya Belanda ke Sumatera Barat, pergeseran Surau menjadi sekolah kolonial sempat membawa masalah dalam tradisi masyarakat adat.

Mereka tidak memperbolehkan anak, cucunya untuk sekolah ke tempat tersebut. Pada masa awal, sekolah kolonial itu hanya terisi oleh sebagian keluarga elit modern.

Baca juga: Pesantren Batuhampar, Pusat Pendidikan Islam se-Sumatera Sejak Zaman Kolonial

Dinamika dan Pertentangan dalam Sejarah Pendidikan Formal di Indonesia

Pertentangan yang terjadi karena perbedaan kebudayaan soal pendidikan. Para pemangku Surau menganggap yang sekolah kolonial sebagai produk orang kafir.

Sekolah tersebut mengajarkan ilmu-ilmu yang tidak ada dalam ajaran agama. Dengan kata lain, kurikulum yang terkandung dalam sekolah tidak mementingkan agama.

Inilah tanggapan awal saat para Kiai Surau menelaah sejarah pendidikan formal di Indonesia. Akan tetapi hal ini terus mengalami dinamika dan perkembangan yang pesat.

Kelompok masyarakat yang pro terhadap Surau, menganggap jika sistem pendidikan kolonial ini tercipta untuk menarik tenaga kerja murah dari orang-orang pribumi.

Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, mereka yang merupakan alumni sekolah orang bule ini tidak jauh akan menjadi profesi rendahan semacam juru ketik.

Sementara teman-temannya yang berasal dari ras kulit putih, meskipun satu angkatan sekolah, mereka akan memiliki kedudukan dan jabatan yang tinggi darinya.

Para Kiai Surau juga mengatakan bahwa mereka yang akan sekolah ke lembaga kolonial, siap-siaplah akan menyakiti perasaan orang tuanya.

Sebab, sebagian orang yang berasal dari pribumi dan lulus dari sekolah ini kebanyakan bersifat pembangkang.

Baca juga: Pemuda Zaman Orba, Hidup Manja dan Gemar Menghisap Ganja?

Sekolah Formal menjadi Populer

Masih soal sejarah Indonesia seputar pendidikan, menurut Moh. Hatta dalam bukunya berjudul Bukittinggi – Rotterdam lewat Betawi mengungkapkan tentang kemajuan sekolah formal Belanda, (Hatta, 2011: 31-32).

Sudut pandang para Kiai Surau akhirnya berubah setelah sekolah formal Belanda berdiri lima sampai enam tahun lamanya.

Perubahan sikap ini, kemudian menciptakan kemajuan yang begitu signifikan terhadap sejarah pendidikan formal di Indonesia.

Sumber daya manusia bangsa Indonesia saat itu semakin maju, seiring dengan kebijakan pemerintah kolonial yang mengatur sistem pendidikan (politik etis) berjalan.

Alhasil terbentuklah beberapa organisasi sosial yang mengarah pada pandangan berpolitik seperti Syarikat Islam.

Meskipun pulau Jawa adalah basis perkembangan organisasi ini, Sumatera Barat mengalami dampak penyebaran yang begitu kuat.

Seperti halnya H. Agus Salim yang lahir di Kota Gadang, adalah anggota paling aktif dalam organisasi Syarikat Islam.

Ia bahkan pernah menghadiri rapat nasional Sarekat Islam yang ada di pulau Jawa. Peristiwa ini menunjukkan sikap loyalitas putra terbaik Sumatera Barat dalam bidang politik.

Lulusan sekolah formal Belanda juga akan membentuk sebuah pergaulan yang lebih luas dari sebelumnya.

Perasaan egaliter dengan bangsa Barat, dan berseragam layaknya manusia modern adalah salah satu yang menyebabkan  para orang tua untuk mengubah sikap.

Meskipun pada kenyataannya, sistem kelas dalam interaksi sosial mereka masih cukup kentara, setidaknya mereka  melangkah satu kali lebih maju dari sebelumnya.

Melahirkan Kelas Saudagar

Meskipun kemajuan secara pengetahuan, dan teknologi semakin berkembang, pendidikan kolonial juga melahirkan sistem kapitalisme yang kuat.

Lahir Saudagar-saudagar yang memperkaya diri sendiri, memeras keringat rakyat kecil yang ada di sekitarnya.

Mereka tidak sadar bahwa para kapitalis itu merupakan dampak yang terjadi karena memberlakukan sistem kurikulum kolonial.

Sejarah pendidikan formal di Indonesia mencatat, sejak sekolah kolonial terisi oleh kaum pribumi, sebagian profesi seperti bertani semakin menyusut.

Penyebab dari keadaan ini karena laju perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) semakin tinggi.

Merantau merupakan salah satu bukti bahwa suatu kelompok masyarakat maju. Sebab pemikiran untuk menjadi petani, dan buruh perkebunan merupakan profesi yang terbelakang.

Secara tidak langsung hal ini menciptakan mental buruh industrial yang semakin memuncak dari zaman ke zaman.

Kultur urban membuat kebudayaan suatu masyarakat menjadi rakus. Mereka serakah dan berubah menjadi robot pabrik kolonial yang haus darah petani.

Baca juga: Lembaga Pendidikan Era Kolonial Ternyata Lahir karena Tanam Paksa

Investasi Pemerintah Kolonial

Sejarah pendidikan formal di Indonesia juga mencatat, jika pemerintah kolonial menciptakan sistem investasi tenaga yang berasal dari keringat pribumi.

Pemerintah membuka kesempatan beasiswa bernama Studiefonds untuk para pribumi yang berprestasi.

Beasiswa ini akan menjadi bagian dari orang-orang pribumi yang loyal terhadap pemerintah, seperti anak pejabat lokal dan pekerja pabrik yang setia.

Apabila mereka sudah lulus dari sekolah ini, maka pemerintah akan mempekerjakan mereka pada industri ideal yang ada di perkotaan.

Hal ini berlaku untuk mengontrol setiap pekerjaan pribumi dengan cara yang relatif mudah, murah dan tidak terlalu menguras tenaga.

Dengan menciptakan mental pekerja seperti ini, maka pergerakan buruh yang saat itu rentan tersusupi oleh gerakan ekstrimis, akan mudah termobilisasi.

Begitulah sekilas mengenai sejarah pendidikan formal di Indonesia. Semoga melalui sejarah Indonesia dan dengan adanya zaman baru ini, sumber daya manusia Ibu Pertiwi semakin beregenerasi. (Erik/R6/HR-Online)   

Oppo Find X9 Ultra, Bocoran Spesifikasi dan Perkiraan Peluncuran

Oppo Find X9 Ultra, Bocoran Spesifikasi dan Perkiraan Peluncuran

Oppo tampaknya sedang mempersiapkan smartphone flagship terbaru dari seri Find, yaitu Oppo Find X9 Ultra. Perangkat ini kemungkinan besar akan hadir pada tahun 2026...
Ular sanca kembang Banjar

Ular Sanca Kembang 3 Meter Pemangsa Ayam Bikin Geger Warga Kota Banjar

harapanrakyat.com,‐ Ular sanca kembang sepanjang 3 meter bikin geger warga Lingkungan Jadimulya, Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat. Ular yang sempat memangsa...
Cat Rumah Warna Soft, Pilihan Tepat untuk Interior Rumah

Cat Rumah Warna Soft, Pilihan Tepat untuk Interior Rumah

Dalam dunia desain interior, pilihan warna sangat berdampak pada suasana dan estetika suatu ruang. Cat rumah warna soft, dengan nuansa lembut dan kalem, menjadi...
Meninggal Dunia Akibat DBD

Satu Anak di Kota Banjar Meninggal Dunia Akibat DBD, Dinkes: Belum Dapat Laporan Resmi

harapanrakyat.com,- Seorang anak di Kota Banjar, Jawa Barat, meninggal dunia akibat DBD. Virus Demam Berdarah Dengue (DBD) itu menyerang Rifkah Khoirunnajah (10), warga Lingkungan...
Cara Kolaborasi Reels Facebook untuk Dongkrak Engagement

Cara Kolaborasi Reels Facebook untuk Dongkrak Engagement

Cara kolaborasi Reels Facebook sejatinya cukup mudah. Kendati demikian, banyak pengguna yang belum mengetahui cara ini. Bahkan mungkin tidak menyadari opsi tersebut telah tersedia...
Herdiat Partai Gerindra

Bupati Ciamis Terpilih Herdiat Sunarya Resmi Bergabung dengan Partai Gerindra

harapanrakyat.com,- Bupati Ciamis terpilih Herdiat Sunarya resmi bergabung dengan DPC Partai Gerindra Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Keputusan tersebut Herdiat umumkan saat momen Hari Lahir...