Dalam catatan sejarah Indonesia, terdapat surat kabar Borneo Barat Shinbun yang menampilkan Jepang sebagai penjajah baik.
Jepang sendiri merupakan Negara fasis yang pernah menjajah Indonesia dalam waktu yang relatif singkat. Hanya dalam kurun waktu tiga setengah tahun saja, kebijakan Jepang terkenal represif dan menyengsarakan rakyat.
Negeri Dai Nippon ini juga terkenal sebagai penjajah cerdik. Hal ini karena meskipun hanya menjajah tiga setengah tahun, Jepang mampu menembus setiap lini sosial masyarakat Indonesia dengan cara yang baik.
Pendekatan Jepang berbeda dengan yang kita kenal saat ini (Jepang Represif). Sebab di Kalimantan sendiri negeri Sakura ini mengubah diri sebagai penjajah yang baik. Hal itu melalui sebuah surat kabar Borneo Barat Shinbun dengan mengiklankan “gratis belajar bahasa Jepang”.
Baca Juga: Askar Perang Sabil, Laskar Perang Ulama Muhammadiyah Hasil Itikaf di Masjid
Hal ini menjadi salah satu daya tarik Jepang untuk menjadi penjajah yang bisa dihormati oleh penduduk Pontianak. Gratis belajar bahasa Jepang ini kemudian banyak diminati oleh anak-anak, dan remaja.
Promosi menyebarkan bahasa Jepang secara Cuma-Cuma dilakukan untuk membiasakan masyarakat Kalimantan agar cepat bersosialisasi dengan pemerintahan yang baru.
Sebab berdasarkan pengalaman yang dialami oleh tentara Nippon, wilayah Kalimantan merupakan daerah yang masyarakatnya cenderung tertutup.
Borneo Barat Shinbun Mengiklankan Gratis Belajar Bahasa Jepang
Surat kabar Borneo Barat Shinbun yang mengiklankan “gratis sekolah bahasa Jepang” rupanya tidak terjadi tanpa alasan. Setelah ditelusuri lebih jauh sejarawan sepakat bahwa ini semua adalah model propaganda politik Jepang di Kalimantan.
Propaganda politik ini bertujuan untuk meyakini masyarakat Kalimantan, khususnya yang ada di Pontianak bahwa Jepang adalah penjajah yang baik. Oleh karena itu masyarakat Pontianak harus mendukungnya.
Menurut Gin O.K, dalam jurnal Andagung Firmansyah berjudul “Propaganda Jepang dalam Surat Kabar Borneo Barat Shinbun Edisi Tahun 1942” (Gin O.K, dalam Andagung Firmansyah 2021: 2), demi mencari dukungan rakyat Kalimantan, Jepang melakukan spionase yang masif ke beberapa organisas masyarakat.
Dari hasil spionase itu didapatkan hasil bahwa anak-anak dan remaja di Kalimantan cenderung antusias mengikuti gaya bicara dengan bahasa Jepang.
Aakhirnya perwakilan spionase sosial Dai Nippon ini memberi usul pada pemerintah pusat di Batavia. Usul tersebut yakni mengadakan sekolah gratis belajar bahasa Jepang di Kalimantan.
Baca Juga: Dari Surau ke Sekolah Kolonial, Beginilah Sejarah Pendidikan Formal di Indonesia
Karena persiapan yang matang dari pemerintah Nippon untuk membuka sekolah gratis bahasa Jepang, akhirnya banyak masyarakat Pontianak yang mendaftarkan anaknya untuk belajar bahasa Jepang.
Melihat keberhasilan ini membuat Jepang memperhatikan Surat Kabar Borneo Barat Shibun sebagai media propaganda utama di Kalimantan. Karena iklannya yang terpampang di halaman awal koran tersebut, program Jepang untuk menarik dukungan massa di Pontianak berhasil.
Surat Kabar yang Melarang Penggunaan Bahasa Belanda
Selain menyediakan iklan belajar bahasa Jepang gratis di Kalimantan, Borneo Barat Shinbun juga terkenal sebagai surat kabar Jepang yang melarang penggunaan bahasa Belanda bagi kalangan pribumi.
Selain itu, Borneo Barat Shinbun juga mengimbau pada seluruh media tercetak agar menggunakan bahasa Melayu dan Jepang, dilarang menggunakan istilah-istilah resapan yang berasal dari bahasa Belanda.
Borneo Barat Shinbun sendiri merupakan surat kabar yang memakai bahasa Melayu. Hal ini bertujuan untuk membuat setiap pembaca paham dan respect pada Jepang yang selalu meyakinkan pribumi kalau negaranya tersebut adalah saudara tua dari Indonesia.
Di sisi lain tujuan jelas dari penggunaan bahasa Melayu yang bebas dalam surat kabar merupakan upaya propaganda Jepang. Sebab tanpa propaganda tujuan utama Jepang menjajah Indonesia (mendapat dukungan perang) hanya akan menjadi sia-sia belaka.
Selain karena ingin mendukung lahirnya Indonesia yang merdeka, kebijakan menggunakan bahasa Melayu dalam surat kabar juga merupakan cara Jepang untuk mempengaruhi citra Belanda yang buruk.
Belanda sebagai negeri penjajah harus segera dimusnahkan, sebab Belanda yang berbeda ras dengan bangsa pribumi merupakan bentuk penjajah yang paling nyata.
Masyarakat di Kalimantan khususnya masyarakat Pontianak pun terpengaruh dengan cepat. Mereka semakin percaya bahwa Jepang merupakan saudara tua bangsa Indonesia.
Baca Juga: Sejarah Lekra, Lembaga Kebudayaan Pendulang Massa PKI
Memperlihatkan Kekuatan Militer Jepang yang Kuat
Selain mempengaruhi Jepang sebagai saudara tua, surat kabar Borneo Barat Shinbun juga secara tidak langsung telah memperlihatkan kekuatan militer Jepang yang Kuat.
Jepang berhasil mengebom pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour Hawai pada Perang Dunia II. Hal ini terus disampaikan dalam setiap berita di surat kabar tersebut dengan disertai gambar-gambar perang yang mengerikan.
Pernyataan diatas sebagaimana yang disampaikan oleh Djaja W, dalam buku berjudul “Sejarah Eropa: dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern”, (Djaja W, 2015: 198).
Masih menurut Djaja, penampilan militer Jepang yang gagah dalam Borneo Barat Shinbun merupakan upaya pemerintah Nippon untuk membuat kesan “melindungi pribumi” karena salah satu negara di Asia yang memiliki kekuatan militer yang hebat.
Disisi lain penampilan yang terobsesi oleh negara-negara fasis di Barat seperti Germany bertujuan untuk pamer tekhnologi yang canggih.
Jepang percaya apabila ini semua dilakukan maka dengan mudahnya wilayah-wilayah yang menutup diri dari jajahannya, akan cepat bersosialisasi dan ingin mengenal lebih dalam tentang peradaban Dai Nippon karena kagum dengan pencapain modernnya.
Memperkenalkan Ideologi Fasisme
Media Borneo Barat Shinbun dalam sejarahnya juga berkewajiban untuk memperkenalkan ideologi fasisme dengan cara yang lebih bisa diterima.
Surat kabar milik Jepang itu sudah menjadi media pencuci otak yang membuat pribumi menyudutkan Eropa sebagai tempatnya orang-orang jahat.
Salah satu peran jahat Eropa yang digambarkan dalam surat kabar Borneo Barat Shinbun yaitu ketika Inggris menyerang Jerman hanya karena negara tersebut memiliki ideologi yang bertentangan dengannya yaitu fasis.
Jepang sendiri merupakan negara fasis, Nippon bersekutu dengan Germany, dan italia. Pendapat Nippon akan kebenciannya terhadap Inggris merupakan cara negara fasis membela kawan seperjuangannya.
Dalam beberapa kesempatan, surat kabar Borneo Barat Shinbun juga merupakan media yang mempengaruhi pribumi menjadi negara yang Fasis.
Dengan kata lain dalam surat kabar itu Jepang juga melakukan propaganda supaya nantinya ketika merdeka, Indonesia harus menjadi salah satu negara pendukung Jepang dengan sebuah negara berideologi fasisme.
Membentuk Negara Persemakmuran Asia Timur Raya
Selain mempengaruhi rakyat Kalimantan (Pontianak) menjadi fasis, Jepang melalui Borneo Barat Shinbun juga mengajak seluruh pribumi untuk mendukung program pembentukan Negara persemakmuran Asia Timur Raya.
Pembentukan Negara persemakmuran ini bertujuan untuk menghimpun kekuatan Jepang apabila ternyata nantinya ia kalah dari peperangan.
Oleh sebab itu propraganda yang sifatnya “mengajak paksa” terus dijalankan oleh Jepang dalam berbagai waktu dan kesempatan di Kalimantan.
Selain menggunakan surat kabar Borneo Barat Shinbun, pemerintah jajahan Dai Nippon juga memanfaatkan organisasi lokal. Tujuannya untuk bekerja sama membantu mereka dengan cara mendukung program tersebut.
Salah satu organisasi yang pernah didekati oleh Jepang saat itu yakni, Parindra (Partai Indonesia Raya) di daerah Mempawah, Kalimantan.
Jepang selalu memberikan kutipan propaganda pada orang-orang Parindra tatkala mereka akan mengadakan vergadering atau berpidato di hadapan umum. Adapun dalam pidato tersebut berisi tentang propaganda Jepang mendukung pembentukan Negara persemakmuran.
Sementara itu, pemerintahan jajahan Jepang juga selalu mengaitkan kepentingan perang mereka sama dengan upaya pembangunan untuk sebuah Negara yang sebentar lagi akan merdeka.
Dengan demikian, maka banya orang-orang pribumi yang tertarik dengan propaganda tersebut. Tak heran pada zaman Jepang rakyat Indonesia berani membuka diri meskipun hidup di bawah tekanan represif ideologi fasisme. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)