Kisah Imam Syafii merupakan nama yang terkenal dalam Islam. Meskipun begitu, ternyata masih sedikit yang mengetahui bagaimana kisah dari kehidupannya.
Mungkin kita mendengar nama Imam Syafii adalah pendiri Mazhab Syafii. Mazhab fiqih dengan jumlah pengikut lebih banyak.
Ketahuilah bahwa Imam Syafii itu merupakan satu-satunya imam mazhab yang berasal dari keturunan Muthalib sehingga mempunyai nasab yang tersambung pada Baginda Nabi Muhammad SAW.
Lebih tepatnya adalah melalui Abdul Manaf. Ketahuilah bahwa nama lengkap dari imam besar tersebut adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman.
Ia lahir di Gaza Palestina. Imam besar tersebut lahir pada tahun 150 Hijriah, merupakan tahun meninggalnya Imam Abu Hanifah.
Saat lahir, Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman ini yatim. Lalu ia dibesarkan oleh bundanya dalam kondisi yang miskin atau serba kekurangan.
Sejak kecil imam besar ini sudah sangat tekun dalam belajar menuntut ilmu. Ia mulai belajar dari membaca, menulis, serta menghafalkan Al Quran.
Usahanya tersebut juga memberikan hasil yang memuaskan. Ketika ia berusia 7 tahun, ia juga terkenal sebagai murid yang cerdas.
Baca juga: Kisah Amr bin Jamuh Penyembah Berhala yang Masuk Islam dan Syahid
Kisah Imam Syafii Ulama Besar
Tidak hanya sebagai murid yang cerdas pada saat usianya masih 7 tahun, Imam Syafii sudah mampu menghafalkan Al Quran dengan sangat fasih.
Setelah itu, Muhammad bin Idris ini juga pergi ke kampung Bani Huzail guna mempelajari sastra Arab. Pada masa kecilnya Bani Huzail itu terkenal akan Harul bahasanya.
Ketika pergi untuk mempelajari sastra Arab tersebut, ia juga bertemu dengan muslim bin Khalid Az Zanji. Muslim tersebut wafat tahun 179 H.
Tetapi sebelumnya ia menyarankan kepada Imam Syafii guna mempelajari ilmu fiqih. Selanjutnya kisah Imam Syafii berguru kepada Imam Malik sebelum ke muslim bin Khalid yang menjadi Mufti Mekah.
Tidak hanya berguru ke muslim saja, tetapi Muhammad bin Idris ini juga berguru kepada Sufian bin Uyainah yang merupakan sosok ahli hadits kota Mekah.
Saat memasuki usia 10 tahun imam besar tersebut sudah hafal kitab Al Muwatta yang merupakan karya dari Imam Malik.
usianya 13 tahun bacaan Al Quran yang sudah semakin fasih serta suaranya yang merdu sehingga menyebabkan banyak orang yang mendengarnya menjadi terharu dan menangis tersedu-sedu.
Pada usia 15 tahun, guru Imam Syafii sudah memperbolehkannya untuk memberi fatwa tepatnya di Masjidil Haram.
Baca juga: Kisah Ainul Mardhiah Bidadari Surga untuk yang Mati Syahid Berjihad
Imam Malik tidak Suka
Kisah Imam Syafii pada usia 20 tahun ingin berguru kepada imam Malik bin Anas. Saat ia ingin belajar menuntut ilmu kepada Imam Malik terdapat banyak dukungan yang ia dapatkan.
Salah satunya adalah dukungan dari Gubernur Mekah. Bahkan Gubernur tersebut juga mengantarkan Imam Syafii untuk datang kepada Imam Malik.
Perlu untuk Anda ketahui dalam kisah Imam Syafii menuntut ilmu kepada Imam Malik sebenarnya Imam Malik itu tidak suka.
Tahukah Anda apa yang menjadi alasannya? Sebab terdapat surat pengantar dalam urusan menuntut ilmu.
Mengetahui akan hal tersebut imam besar tersebut juga berbicara serta memberikan pendapatnya yang kuat untuk belajar dengan Imam Malik serta menyampaikan bahwa ia sudah menghafalkan Kitab Al Quran serta kitab karangan dari Imam Malik itu sendiri.
Setelah mendengarkan penjelasan langsung dari Imam Syafii menyebabkan Imam Malik menjadi kagum dan menerima menjadi muridnya.
Dari awal tidak suka hingga pada akhirnya Imam Syafii menjadi murid kesayangan Imam Malik. Bahkan ia juga dipercaya mewakili sang pengarang kitab untuk membacakan kitab karangannya kepada para jamaah pengajian.
Hal yang harus kita teladani dari kisah Imam Syafii adalah sebagai seorang ulama yang besar, ia selalu haus tentang keilmuan agama. Karena hal tersebut, ia juga meminta izin kepada Imam Malik untuk belajar ke Irak guna memperdalam ilmu fiqih.
Di sana Imam Malik menjadi murid Imam Abu Hanifah. Saat mengizinkan Imam Syafii sang pengarang kitab tersebut memberikan uang saku sebesar 50 Dinar.
Kisah Imam Syafii tidak berhenti ketika ia sampai di Irak. Setelah bermukim selama 2 tahun, akhirnya ia kembali ke Madinah disambut dengan keharuan dari Imam Malik bin Anas.
Setelah Sang Guru wafat Imam Syafii kembali mengembara untuk menuntut ilmu ke Mesir bertemu Imam Laits bin Sa’ad Mufti Mesir. Tetapi pada saat itu sang Mukti sudah meninggal, kemudian berguru dengan seorang ulama wanita bernama Sayyidah Nafisah.
Baca juga: Kisah Zahid dan Zulfah yang Bertakwa kepada Allah dan Rasul
Mengajar dan Berkarya
Dari banyaknya ilmu yang sudah ia dapatkan akhirnya kisah Imam Syafii berlanjut dengan mengajarkan ilmu tersebut kepada murid-muridnya.
Ketika ia mengajar terdapat 5 metode yang ia gunakan. Ada metode Al Quran, hadits, ijma’, Qiyas, dan Istidlal.
Tidak hanya mengajar banyak murid saja, tetapi Imam Syafii juga membuat karya-karya yang masih ada sampai pada saat ini. Video menyusun sistematika, rumus, dan yang melakukan modifikasi ilmu ushul Fiqih melalui kitabnya.
Ia juga menerangkan cara pengambilan hukum dari hadits dan Al Quran, memberikan penjelasan mukashis nash yang mujmal dan masih banyak lagi.
Dari kisah Imam Syafii tersebut bisa diambil pelajaran ataupun hikmah bahwa sebagai umat muslim kita tidak boleh puas dengan ilmu yang sudah kita dapatkan. Sebanyak apapun, kita tetap harus menuntut ilmu agama, kemudian menyebarkan apa yang sudah kita dapatkan.