Selasa, April 15, 2025
BerandaBerita PangandaranKelas Multikultural SMK Bakti Karya Parigi Pangandaran Wujudkan Nilai Toleransi

Kelas Multikultural SMK Bakti Karya Parigi Pangandaran Wujudkan Nilai Toleransi

Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Kelas multikultural SMK Bakti Karya Parigi Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat menjadi contoh toleransi di lingkungan pendidikan. Apalagi kelas multikultural itu menjadi salah satu program unggulan.

Kepala SMK Bakti Karya Parigi Athif Roihan Natsir menjelaskan, sekolah yang berada di Kecamatan Parigi itu terdiri dari 71 siswa, 15 Guru dan karyawan serta beberapa relawan yang aktif dalam pengelolaan sekolah, bahkan warga pun terlibat.

Ia mengungkapkan, para siswa yang belajar berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Papua, Papua Barat, Maluku, Sultra, Sumatera, Jambi, Aceh, dan Jawa Barat.

Athif menyebut, saat ini yang mendominasi berasal dari luar Jawa. Namun ke depan pihaknya akan fokus memperbanyak juga dari Jabar.

“Kita menggunakan sistem pembelajaran terpadu, yakni Guru tidak hanya mengajar satu mata pelajaran, namun antara satu dengan lainnya saling terintegrasi,” paparnya.

Sesuai dengan visi dan misi SMK Bakti Karya Parigi, maka dari itu di sekolahnya terdapat kelas ekologi, humaniora dan multimedia yang mana masing-masing memiliki pengampu.

Baca Juga: Dukung Sekolah Keberagaman, Pemkab Pangandaran Akan Bangun Sarpras di SMK Bakti Karya

Awal Mula Gagasan Kelas Multikultural

Athif menuturkan, SMK Bakti Karya Parigi atau biasa dikenal SBK ini di tahun 2016 terancam tutup. Sehingga banyak pihak yang khawatir bila itu benar terjadi.

Ketika momentum hari jadi komunitas Sabalad ke-5, lahirlah gagasan untuk mengantarkan siswa dari berbagai daerah di Indonesia untuk bertemu dan belajar bersama.

“Nah ini juga sesuai dengan visi dan misi Sabalad, yakni mencari ilmu selamanya dan mencari kawan sebanyak-banyaknya,” kata Athif.

Kelas multikultural itu, lanjutnya, merupakan gerakan publik untuk mengakui, memberi ruang, menghargai, mengapresiasi, dan melindungi keberagaman, seperti keanekaragaman hayati, budaya, lingkungan, latar belakang hingga cara pandang.

Sehingga, dengan konsep itu bisa menghadirkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Apalagi antar siswa bisa saling bertukar pengalaman dan cerita.

“Tak hanya itu, kita juga melibatkan publik untuk berpartisipasi di sini untuk pengembangan sekolah, baik secara finansial maupun ide. Kami sangat terbuka sekali,” ucapnya.

Dengan konsep keterlibatan publik, kata Athif, menjadi salah satu solusi bagi publik untuk mengimplementasikan gagasannya yang mana akan sangat sulit ketika diterapkan di sekolah lain.

Mereka yang Terlibat di SBK

Sementara itu, orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan SBK adalah mereka yang memiliki ketertarikan dalam isu keberagaman dan perdamaian.

Sebagian besar, lanjut Athif, mereka adalah anak-anak muda dan menjadi kakak asuh, baru lulus pendidikan, baru dapat kerja dan mereka menyisihkan untuk SBK.

“Beberapa waktu lalu ada alumni ITB tahun 80-an ke sini, dan masih banyak lagi yang berdonasi dalam berbagai hal,” tuturnya.

Selain bentuk donasi, siapa saja bisa menjadi bagian dalam proses menyeleksi siswa maupun mengantarkan, menjadi Guru maupun menetap dalam jangka panjang.

Baca Juga: Pendapat Wabup Pangandaran Soal Pendidikan Keberagaman di SMK Bakti Karya

Tantangan Menerapkan Konsep Kelas Multikultural

Athif menilai, keberagaman hadir di sebuah lokasi akan sangat mustahil meniadakan konflik.

Meski lelah karena banyak masalah, tetapi pihaknya menenkankan dari konflik itu justru menjadi pembelajaran inti dalam keberagaman.

Menurutnya, akan sangat mahal jika harus ada konflik dulu baru belajar, tapi harus mulai belajar dari perbedaan kecil.

Sehingga nilai-nilai toleransi itu bisa tumbuh dari hal-hal kecil dan ke depan bisa makin berkembang.

“Kita harap di internal bisa terus merawat semangat untuk bereksplorasi dalam pembelajaran, sekolah agar terus dirawat, terus berkontribusi terus menerus,” katanya.

Karena SBK sangat terbuka dengan siapapun, bahkan laporan keuangan bisa diakses oleh publik, sehingga bisa saling mengawasi.

Menurutnya, publik harus terlibat dalam proses pembelajaran. Pasalnya, Guru-guru sangat kerepotan dalam mengajar siswa. Sehingga dengan keterlibatan publik bisa sangat membantu.

“Kelas multikultural ini menjadi contoh bagaimana keberagaman itu harus dirawat agar nilai-nilai toleransi di Indonesia terus tumbuh,” pungkasnya.

Guru adalah Teman

Ida Yesnath salah satu siswa asal Sorong, Papua Barat, mengaku senang karena bisa belajar dan bertemu teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia.

Dari kelas multikultural ini ia bisa tahu makanan khas, rumah adat, bahasa, budaya dan belajar banyak tentang Indonesia.

“Gurunya ramah. Mereka tidak seperti Guru, mereka seperti teman. Guru jadi teman, teman jadi guru tidak seperti umumnya,” katanya.

Bahkan, katanya, Guru mau diajak belajar di manapun dan kapanpun sesuai keinginan mereka. Sehingga pembelajaran seperti ini sangat menyenangkan.

“Sangat bagus sekali pembelajaran seperti ini dan menyenangkan,” ucapnya.

Sementara itu, Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mendukung adanya SMK Bakti Karya Parigi yang mengembangkan kelas multikultural.

Bahkan, pihaknya bakal membangun sarana maupun prasarana dengan anggaran sekitar Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar.

“Kita dukung karena mereka mampu berusaha menyatukan keberagaman siswa-siswinya yang mana berasal dari berbagai daerah di Indonesia,” ujarnya.

Meskipun kewenangan SMK ada di provinsi, namun karena gagasan yang luar biasa itu pihaknya bertekad membangunnya.

“Awalnya saya takut karena berpotensi ada gesekan, tapi ternyata kelas multikultural ini sangat bagus. Kami sangat mendukungnya,” pungkas Jeje. (Muhafid/R6/HR-Online)

pengrajin golok

Melihat Pengrajin Golok di Pangandaran yang Masih Bertahan Sampai Saat Ini

harapanrakyat.com - Pengrajin pandai besi atau golok di Kabupaten Pangandaran saat ini, tinggal tersisa beberapa saja. Salah satunya ada di Blok Pangleseran Dusun Sidaurip, Desa...
pererat hubungan

Bupati Ciamis Ajak Momen Idul Fitri Jadi Titik Balik Pererat Hubungan dan Waspada Bencana

harapanrakyat.com,- Bupati Ciamis, Herdiat Sunarya menyebut momentum hari raya Idul Fitri itu harus menjadikan titik awal untuk mempererat hubungan, baik itu secara personal, sosial,...
Perpanjangan HGU

Tolak Perpanjangan HGU, Ratusan Warga Dua Desa di Sumedang Gelar Aksi Demo

harapanrakyat.com,- Ratusan warga dari dua Desa yakni Desa Cimarias dan Desa Cinanggerang, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, yang tergabung dalam Paguyuban Tani Cemerlang,...
Efisiensi anggaran Pemkot Banjar

Efisiensi Anggaran Pemkot Banjar Capai Rp15,3 M, Dialihkan untuk Sektor Ini 

harapanrakyat.com,- Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Banjar, Jawa Barat, Soni Harison, menyebut efisiensi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah Kota (Pemkot) Banjar mencapai Rp15,3 Miliar. Hal itu...
Kawasan Longsor Bogor

Pulihkan Kawasan Longsor Bogor, Dedi Mulyadi Siapkan Ruang Hijau Leuweung Batu Tulis

harapanrakyat.com,- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi mengecek lokasi jalan amblas akibat longsor di Jalan Saleh Danasasmita, Kecamatan Bogor Selatan, bersama Wali Kota Bogor,...
Dokter kandungan cabul di Garut

Heboh Dokter Kandungan Cabul di Garut, Manajemen Klinik Mengaku Dirugikan

harapanrakyat.com,- Oknum dokter di Garut, Jawa Barat yang melakukan pelecehan terhadap pasien ibu hamil ternyata sudah praktik 2 tahun di klinik Karya Harsa yang...