Misteri genom beruang kutub yang para ilmuwan teliti berhasil teridentifikasi. Penelitian tersebut melalui pemeriksaan DNA mereka. Misteri binatang misterius di Pegunungan Himalaya, Yeti ini sudah akan terungkap. Melalui pemeriksaan DNA, para peneliti akan mencoba menguak genom dari beruang kutub.
Baca Juga: Fakta Genom Tuatara, Satu Nenek Moyang dengan Ular dan Kadal
Terdapat total sembilan spesimen yang selama ini teridentifikasi sebagai bukti keberadaan makhluk salju menyerupai gorila tersebut.
Terkuaknya Misteri Genom Beruang Kutub
Studi terbaru dari para ilmuwan di University of California telah berhasil menganalisis DNA purba dari beruang kutub yang usianya telah mencapai 100.000 tahun.
DNA tersebut berhasil mereka peroleh dari tengkorak beruang kutub remaja yang teridentifikasi keberadaannya pada tahun 2009 lalu. Tengkorak tersebut berada di Laut Beaufort Artika Alaska.
Para ilmuwan kemudian memberikan julukan ‘Bruno’ terhadap beruang tersebut. Meski begitu, analisis DNA menunjukkan bahwa beruang tersebut merupakan betina.
Baca Juga: Misi Hidupkan Kembali Hewan Purba Mammoth, Disebut Juga Colossal
Saat ini analisis juga telah mengungkap bahwa hibridisasi ekstensif pada beruang kutub dan beruang coklat ternyata terjadi selama periode interglasial hangat terakhir di Pleistosen.
Genom Sama dengan Semua Beruang Coklat Saat Ini
Laporan penelitian terhadap DNA beruang kutub purba ini telah terbit di Nature Ecology and Evolution dan memiliki judul “A polar bear paleogenome reveals extensive ancient gene flow from polar bear in brown bears”.
Hasil analisi baru tersebut ternyata cukup mengejutkan. Bagaimana tidak, genom beruang kutub tersebut ternyata ada di semua beruang coklat.
Menariknya, beruang coklat tersebut masih hidup hingga saat ini.
Analisis misteri genom beruang kutub berdasarkan DNA purba dari tengkorak Bruno mengungkap bahwa nenek moyang mereka menyumbang sekitar 10 persen dari genom beruang coklat yang hidup saat ini.
“Ketersediaan paleogenom Bruno memungkinkan kita untuk mendeteksi peristiwa tentang pencampuran kuno yang mempunyai dampak pada beruang coklat secara keseluruhan saat ini,” terang penulis pertama Ming-Shan, ilmuwan pasca doktoral di UCSC Play Genomics Lab.
Bahkan, peneliti Beth Shapiro mengatakan bahwa analisis genomik memperlihatkan Bruno termasuk ke dalam populasi nenek moyang dari beruang kutub yang hingga saat ini masih hidup.
Menurut Shapito, pada titik sekitar 125.000 tahun lalu mungkin garis keturunan beruang kutub yang mengarah ke Bruno dan mengarah ke semua beruang coklat yang masih hidup. Mereka bersilangan dan hibridisasi.
Hal itu membuat keduanya terikat erat meski memiliki perbedaan yang mencolok dalam perilaku, penampilan, bahkan hingga habitatnya.
Adapun laporan mengenai hibrida telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena iklim menghangat.
Baca Juga: Penemuan Fosil Cymbospondylus Youngorum, Raksasa Lautan Pertama
Hilangnya es laut akhirnya memaksa beruang kutub untuk pindah ke daerah pesisir Arktik. Sementara itu, beruang coklat memperluas jangkauan mereka ke utara.
Berkat penelitian ini akhirnya misteri genom beruang kutub purba terungkap. Siapa sangka bahwa mereka berkaitan erat dengan beruang coklat karena keduanya sangat berbeda. (R10/HR-Online)