Kinerja investasi SWF telah Presiden Joko Widodo berikan, Sovereign Wealth Fund (SWF) kini resmi menjadi milik Indonesia. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak Desember tahun 2020 lalu.
Lembaga bernama Indonesia Investment Authority (INA) telah resmi berdiri sejak 15 Desember 2020. Setelah beberapa tahun berdiri, lantas bagaimana kinerja investasi SWF? Simak ulasannya berikut ini.
Baca Juga: Prospek Investasi Cryptocurrency Akan Terus Berkembang
Kinerja Investasi SWF Indonesia Hingga saat Ini
Seperti yang sudah banyak masyarakat ketahui jika investasi di Indonesia mulai memperlihatkan peningkatan. Banyak jenis investasi yang bisa Anda lakukan untuk memperbaiki kebutuhan finansial individu maupun perusahaan.
Namun kini sudah sering terdengar akan investasi SWF. Investasi ini telah didirikan oleh Jokowi dan memiliki kinerja yang cukup menarik. Ada analisa hasil kerja investasi SWF.
Pada akhir tahun 2021 terdapat laporan keuangan auditan lembaga investasi. Lembaga Indonesia Investment Authority (INA) tengah memiliki aset senilai Rp 79,22 triliun.
Adapun pembagian penempatan dari investasi ini, sebesar 80% atau setara dengan Rp 63,6 triliun telah bertempat pada obligasi pemerintah sebesar Rp 14,8 triliun dan Rp 48,8 triliun pada efek bersifat ekuitas.
Jumlah aset dengan modal INA mencapai hingga angka sebesar Rp 79,1 triliun. Sedangkan untuk modalnya sendiri datang dari setoran tunai saham senilai Rp 75 triliun.
Pada bulan Februari 2021 lalu tercatat jika kinerja investasi SWF telah memperoleh modal dari pihak pemerintah sebesar Rp 15 triliun.
Baca Juga: Investasi Industri Manufakur Mengalami Pertumbuhan Cukup Pesat
Targetkan Investasi Aset Riil di Berbagai Sektor
Kinerja investasi SWF Indonesia kini terbilang cukup baik. Meski baru berumur dini, namun mampu memberikan kinerja yang baik.
Hal ini juga dapat terlihat dari data yang ada, melalui data kinerja hingga saat ini.
Hasil analisa terkini investasi SWF telah mengempit sekitar 8% saham BMRI dengan perolehan nilai sebesar Rp 22,7 triliun. Sedangkan untuk saham BBRI sebesar 3.37% senilai Rp 22,3 triliun.
Hingga akhir tahun lalu tercacat memiliki pendapatan sebesar Rp 580,4 miliar. Pendapatan tersebut mereka dapat dari pembayaran kupon obligasi pemerintah atau bunga obligasi senilai Rp 88,3 miliar.
Sebesar Rp 44,6 miliar sendiri mereka gunakan untuk studi kelayakan, uji kelayakan dan pembentukan platform maupun kustodian. Beban keuangan dari amortisasi premi obligasi dan liabilitas sewa mencapai Rp 26,3 miliar data dari kinerja investasi SWF.
Sedangkan untuk beban operasional Rp 276,5 miliar. Hasil laba bersih investasi SWF jika sudah lakukan pengurangan dengan kerugian selisih kurs beban pajak masih memperoleh Rp 231,2 miliar.
Meski Baru seumur jagung, namun kinerja investasi ini termasuk cukup baik. Bahkan kedepannya memiliki target berinvestasi pada aset riil di berbagai sektor.
Bisa dari infrastruktur, supply chain dan logistik, infrastruktur digital, investasi hijau, jasa kesehatan, jasa keuangan, konsumen, dan teknologi hingga pariwisata.
Baca Juga: Masalah Investasi dan Solusinya di Indonesia yang Umum Terjadi
Memang belum bisa sebaik SWF negara-negara lain, baik dari segi nominal return maupun aset kelolanya yang dibukukan.
Meski demikian, dari kinerja investasi SWF Indonesia terlihat mampu merangkak lebih jauh dengan hasil analisa data yang diberikan. (R10/HR-Online)