Beras merupakan sumber kehidupan masyarakat Jawa secara keseluruhan. Oleh sebab itu eksistensi budidaya padi masyarakat Jawa kuno perlu ditelaah lebih jauh mengenai sejarahnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aryo Priyanggono dalam buku Upaboga: Ketika Makanan Bercerita, menyebut budidaya padi orang Jawa kuno sudah bertumpu pada navigasi pertanian modern.
Baca Juga: Lembaga Pendidikan Era Kolonial Ternyata Lahir karena Tanam Paksa
Hal ini selaras dengan penemuan istilah dalam bahasa Sansekerta yaitu, Jelai yang berarti padi. Pulau Jawa juga identik dengan daerah penghasil padi terbesar di Nusantara.
Jika kita buktikan secara mendalam, maka kita akan mengetahui bagaimana masyarakat Jawa kuno mempertahankan hidupnya dengan sektor agraris.
Pengetahuan agraris seperti ini bisa kita contoh untuk mengatasi krisis beras yang kerap terjadi di era milenial sekarang ini.
Kesuburan dalam Budidaya Padi Masyarakat Jawa Kuno Tergantung Iklim, dan Cuaca
Masih menurut Aryo Priyanggono (Priyanggono, 2021: 48), ternyata iklim, dan cuaca yang tropis mempengaruhi keberhasilan budidaya Padi pada masyarakat Jawa Kuno.
Para ilmuwan geografi menilai iklim, dan cuaca tropis menyebabkan sumber air yang berlimpah pada setiap sudut wilayah pulau Jawa adalah unsur utama kesuburan.
Proses ini membuat tanah menjadi subur, dan cocok untuk bertanam Padi. Sebab Padi adalah jenis tanaman yang memiliki karakter jenis tanaman dengan habitat perairan.
Keberhasilan budidaya Padi masyarakat Jawa kuno juga ditunjang oleh adanya, pegunungan-pegunungan vulkanik yang aktif.
Oleh sebab itu, masyarakat Jawa kuno mengistimewakan Gunung Merapi sebagai sumber kehidupan manusia yang sangat menguntungkan.
Masyarakat Jawa Kuno yang Bertumpu pada Navigasi Pertanian Modern
Budidaya Padi masyarakat Jawa kuno saat itu ternyata sudah mengenal teknologi yang modern. Hal ini terbukti dengan adanya pengetahuan navigasi pertanian yang canggih.
Baca Juga: Lembaga Pendidikan Era Kolonial Ternyata Lahir karena Tanam Paksa
J.L Brandes seorang ilmuwan sejarah menyebut, keterampilan menggunakan navigasi tani modern ini merupakan indigenous knowledge masyarakat Nusantara.
Dengan bekal pengetahuan navigasi tani modern, mereka mampu menciptakan alat perhitungan, dan metode menanam Padi yang baik agar kualitas panen memuaskan.
Apabila panen dalam rasio yang besar terpenuhi, maka sumber pangan masyarakat Jawa saat itu akan mencapai titik yang unggul.
Tak heran Jawa terkenal dengan wilayah yang kaya, dan menghasilkan jumlah penduduk yang padat sejak zaman kerajaan, hingga saat ini.
Keadaan tersebut berasal dari kebutuhan pangan yang tercukupi, karena sistem budidaya Padi masyarakat Jawa kuno waktu itu sudah terbilang modern.
Inilah Beberapa Nama Navigasi Tani Modern
Beberapa petani Jawa kuno waktu itu menciptakan beberapa nama untuk menyebut navigasi tani modern yang terkenal.
Seperti Pranata Mangsa yang berfungsi untuk menghitung berapa waktu ideal untuk menanam Padi.
Alat ini memiliki ragam bentuk yang sesuai dengan kearifan lokal setempat. Namun biasanya alat tersebut berbentuk mirip dengan alat hitung anak-anak bernama sempoa.
Selain menggunakan Pranata Mangsa, budidaya Padi masyarakat Jawa kuno juga menggunakan alat bernama Lintang Waluku untuk bercocok tanam.
Lintang Waluku merupakan sebuah istilah untuk mengungkapkan teknologi modern dalam ilmu astronomi bernama Orion.
Para pakar sejarah mengilustrasikan Lintang Waluku dengan bentuk seperti alat pembajak sawah pada kerbau, atau sapi.
Namun beberapa kalangan meragukannya, akan tetapi yang jelas dari fungsi alat ini adalah menyuburkan tanah dari bekas tanaman padi yang tumbuh sebelumnya.
Proses Memasak Nasi Tradisional Bernama Adhang Sego
Selain terkenal karena metode bercocok tanam padi yang modern, masyarakat Jawa kuno juga terkenal dengan keterampilannya memasak nasi yang pulen.
Masyarakat Jawa pada umumnya menyebut metode memasak nasi dengan kualitas yang pulen ini dengan nama Adhang Sego.
Baca Juga: Lembaga Pendidikan Era Kolonial Ternyata Lahir karena Tanam Paksa
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aryo Priyanggono, terdapat beberapa cara orang Jawa dalam membuat nasi yang pulen.
Antara lain menumbuk Padi hingga terkelupas dan menjadi beras. Kemudian kukus beras yang sudah bersih ke dalam alat bernama Soblok.
Orang yang sedang menanak nasi perlu memperhitungkan tingkat kematangan beras dalam Soblok .
Biasanya beras akan matang dalam waktu sepuluh, hingga dua puluh menit dalam jumlah beras yang banyak.
Ternyata selain pandai dalam budidaya Padi, masyarakat Jawa kuno juga terampil menanak nasi dengan kualitas yang sangat istimewa. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)