Bahan baju astronot tentu saja terbuat dari bahan yang berbeda. Baju astronot sendiri berguna untuk melindungi diri di luar angkasa.
Saat melakukan misi ke luar angkasa, para astronot harus mempersiapkan banyak hal agar dapat bertahan hidup hingga kembali ke Bumi.
Komponen yang cukup penting adalah baju yang mereka gunakan. Siapa sangka bahwa baju astronot melalui proses pembuatan yang sangat panjang.
Baca Juga: Astronot Pertama Kanada Ikut Serta dalam Misi Artemis II
Keistimewaan Bahan Baju Astronot
Pakaian luar angkasa selalu astronot pakai saat melakukan misi agar selamat hingga kembali ke Bumi.
Karena untuk keselamatan, maka proses pembuatan baju luar angkasa tidaklah mudah. Terdapat proses panjang yang rumit.
Tanpa adanya baju luar angkasa, astronot tidak bisa mendarat di Bulan serta membangun ISS atau Stasiun Luar Angkasa Internasional pada orbit rendah yang ada di Bumi.
Baca Juga: Tim Baru Astronot Artemis Luncurkan Astronot Wanita Pertama Ke Bulan
Terbuat dari Material yang Tidak Biasa
Pada umumnya, baju luar angkasa akan berwarna putih serta lengkap dengan helm. Meski terlihat sederhana, tetapi bahan pembuat pakaian ini ternyata cukup kompleks.
Bahan yang baju gunakan tentu untuk menyesuaikan gerakan serta melindungi diri para astronot di luar angkasa.
Misalnya, baju astronot yang NASA gunakan tersusun atas beberapa bahan, salah satunya expanded polytetrafluoroethylene (ePTFE).
ePTFE merupakan polimer yang dimebangkan dari senyawa PTFE atau tefon. ePTFE juga sangat merubah dunia sehingga NASA dapat menjalankan misi ke luar angkasa.
Selain itu, bahan baju astronot umumnya juga berguna untuk pelapis kabel karena anti air.
Baca Juga: Pangkalan Astronot di Bulan Menggunakan Material Urine
Penemuan Awal Baju Luar Angkasa
Wilbert Gore atau Bill merupakan seorang insinyur kimia di salah satu perusahaan di New York.
Bill seringkali bereksperimen di ruang bawah tanah rumahnya penggunaan bahan kimia yang tempatnya bekerja, Dupont, produksi.
Sebelum menemukan bahan yang tepat untuk baju astronot, ia seringkali membuat inovasi baru dari neoprene, PTEF , nylon, dan refrigerant fluorocarbon.
Hal itu menurun pada anaknya, Bob Gore yang berada di jurusan teknik. Pada tahun 1957, Bob berhasil menyelesaikan masalah teknik saat ayahnya kesulitan dalam penggunaan PTFE untuk mengisolasi beberapa konduktor dan tembaga.
Kemudian Bob berhasil menemukan kabel untuk meningkatkan fungsi komputer dan mendapat hak paten untuk produk bernama kabel MULTI-TET.
Keluarga Gore akhirnya membangun perusahaan W. L. Gore and Associates di tahun 1958. Baru pada sekitar tahun 1969, Bob meneliti proses baru untuk meregangkan PTFE menjadi pita pipa ketika polimer tersebut dapat “diperluas”.
Sayangnya banyak percobaan gagal lantaran memerlukan suhu yang sesuai untuk merenggangkan batang PTFE. Ia kemudian mempercepat proses pemanasan yang akhirnya menyebabkan struktur berpori.
Material tersebut terdiri dari 70 persen udara ePTFE ciptaan Bob ini kemudian menjadi bahan pembuatan kain yang memiliki merek dagang Gore-Tex.
Kain Gore-Tex sangat tahan air dan angin serta terdiri dari milyaran lubang kecil. Gore-Tex dapat memungkinkan kulit berapa sehingga dapat para astronot gunakan.
Kini, bahan baju astronot tersebut sudah menjadi bagian penting dalam misi perjalanan luar angkasa yang ada untuk melindungi para astronot di sana. (R10/HR-Online)