Ritual orang Jawa sering melibatkan makanan di dalamnya. Selain itu, ritual tersebut juga identik dengan hal magis. Pernyataan ini terungkap oleh sebagian pengamat budaya yang memberikan penjelasan ilmiah dari kegiatan tersebut.
Beberapa ritual yang melibatkan aura magis pada makanan dalam kepercayaan masyarakat Jawa, sering kita jumpai pada berbagai acara besar seperti Selamatan.
Sebagian orang ada yang menyebutnya dengan istilah Kenduren. Akan tetapi kegiatan ini memiliki proses, dan tujuan yang sama.
Tujuannya yakni meminta dan berdoa pada Tuhan agar selamat, dunia dan akhirat dengan menggunakan simbol dan kepercayaan yang terbilang unik.
Baca Juga: Jenis Santet Terganas di Indonesia, Susuk Konde Paling Mengerikan
Pengamat budaya mengungkapkan hal magis sebagai personifikasi dari nilai-nilai gaib. Masyarakat Jawa secara umum gemar menyilangkan keduanya sebagai suatu identitas budaya bersama.
Beberapa Ritual Orang Jawa yang Melibatkan Makanan
Pengamat budaya bernama Sularto mengungkapkan, ritual dengan makanan di dalamnya kerap hadir dalam kepercayaan orang Jawa ternyata mengandung unsur nilai magis yang kuat.
Terkadang ritual ini bersinergi dengan jembatan penghubung antara manusia, dan alam transendental. Artinya dua alam yang saling berbeda berusaha untuk menjadi satu.
Dengan kata lain, fenomena ini tak dapat terjangkau oleh realitas karena tak nampak secara fisik. Secara lebih dalam berarti ghaib, dan berisi hal-hal yang tak pasti.
Sebagian orang Jawa merepresentasikan makanan sebagai simbol pengantar doa menuju Tuhan.
Terkadang mereka meminta bantuan Tuhan dengan memberikan makanan pada orang lain.
Mereka percaya bahwa memberikan makan pada orang lain adalah sumber terkabulnya doa-doa.
Akan tetapi menurut pengamat budaya, terlepas dari ritual makanan orang Jawa, mereka gemar menggunakan simbol dalam meminta sesuatu kepada Tuhan.
Tumpengan: Makanan Bersimbol Memohon Doa Keselamatan
Siti Mahmudah N.F, dalam buku Upaboga Ketika Makanan Bercerita, mengungkapkan bahwa Tumpeng merupakan jenis makanan yang bermakna keselamatan.
Sebagian orang Jawa mempercayai tumpeng yang berbentuk seperti gunung melambangkan kesuburan alam, sehingga menyelamatkan setiap manusia dari kelaparan.
Simbol-simbol yang ada dalam Tumpengan juga tidak hanya merepresentasikan doa keselamatan, melainkan pula melambangkan doa keberkahan.
Baca Juga: Masjid Soko Tunggal, Dibangun dari Tanah Bekas Makam Kuda Keraton
Ritual makanan orang Jawa bersifat gotong royong. Artinya, mereka tidak meminta doa kepada Tuhan untuk lepas dari masalah personal, akan tetapi meminta keselamatan, dan keberkahan bersama pada sesama orang Jawa.
Siti Mahmudah juga menyebut, tumpengan menjadi salah satu makanan klasik masyarakat Jawa yang bersimbol gotong royong, (Mahmudah N.F, 2021: 70).
Biasanya tumpeng terbuat dari ragam bahan masyarakat sekitar. Tak jarang bahan-bahan tersebut merupakan hasil pertanian warga.
Penggunaan bahan-bahan dari alam, merupakan salah satu simbol ritual makanan orang Jawa yang bermakna syukuran.
Makanan dan Doa Daur Hidup
Ritual orang Jawa yang melibatkan makanan tidak hanya bermakna mengungkapkan rasa syukur masyarakat atas keberkahan alam dari Tuhan.
Sebagian masyarakat Jawa ada yang mempercayai simbol makanan sebagai doa daur hidup.
Dalam tradisi Jawa Kuno, masa reinkarnasi merupakan penentu seseorang yang baru meninggal akan lahir kembali kedunia nyata.
Mereka mempercayai proses ini perlu pendampingan doa. Meminta kepada sang Pencipta supaya sanak keluarga yang meninggal, lancar dalam menjalani reinkarnasi.
Baca Juga: Gundik Era Kolonial: Punya Suami, Jual Diri pada Serdadu di Tangsi Militer
Masyarakat Jawa kuno zaman itu mempercayai makanan mampu menyinari jalan, supaya reinkarnasi berjalan dengan lancar.
Sebagian menggunakan ritual orang Jawa yang melibatkan makanan sebagai doa Ubarampe proses manusia dari kehamilan, kelahiran, kanak-kanak, dewasa, dan meninggal dunia.
Ubarampe merupakan doa keselamatan yang berawal dari kelahiran sampai dengan kematian.
Orang Jawa mempercayai doa ini akan mengantarkan kehidupan mereka ke jalan yang lebih baik dari kehidupan sebelumnya (Reinkarnasi).
Tradisi Bersih Desa, Menggunakan Makanan sebagai Simbol Permohonan Doa
Tradisi bersih desa, atau sebagian kelompok masyarakat Jawa mengenalnya dengan istilah Merti Desa, adalah proses meruwat lingkungan yang mengandung unsur magis.
Masyarakat melakukan ritual ini dengan tujuan membersihkan aura jahat seperti, sihir, teluh, kemungkinan terjadinya bencana alam, dan wabah penyakit.
Sebagian masyarakat memaknai tradisi bersih desa sebagai proses membersihkan lingkungan dari sampah, dan kotoran yang menimbulkan kesan kumuh secara bersamaan.
Setelah bersih-bersih selesai, maka kelompok ibu-ibu akan menyiapkan makanan yang terdiri dari tumpengan, jenang, dan olahan alam lainnya.
Akan tetapi sebagian masyarakat percaya, proses membagikan makanan tersebut adalah cara kerja doa, untuk mengusir aura jahat, dan wabah penyakit.
Proses ritual makanan orang Jawa mengajarkan pada kita jika, bergotong royong adalah kunci utama untuk menghindari kesenjangan dari berbagai segi. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)