Rekomendasi saham Adaro Energy (ADRO) tampaknya masih sangat panas. Outlook positif yang mereka miliki membuat rekomendasinya cukup baik.
Salah satu hal yang menjadi outlook positif ADRO adalah tingginya harga batu bara dunia. Meski sudah tidak lagi berada di rentang harga US$ 300 – US$ 400 dolar per ton, namun harganya masih cukup tinggi.
Hingga hari ini, harga batu bara di ICE Newcastle terpantau berada di kisaran US$ 252,02 per ton. Jika melihat dari minggu lalu, level tersebut menguat sebesar 95,29% secara ytd.
Sontak saja tingginya harga batu bara tersebut menjadi angin segar untuk kinerja emiten produsen nya seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Baca Juga: Jenis Penjatahan Saham yang Ada di Dalam IPO, Apa Fungsinya?
Batu Bara Naik, Ini Rekomendasi Saham Adaro
Felix Darmawan, analis Panin Sekuritas menjelaskan bahwa berlakunya untuk sanksi perdagangan di beberapa negara Amerika Serikat dan Eropa terhadap Rusia akan membuat suplai batu bara global berkurang secara signifikan.
Ia menilai bahwa produksi batu bara global dalam jangka pendek belum akan mampu mensubstitusi persediaan di Rusia.
“Perkiraan harga batu bara akan tetap berada di level US$ 170 per ton sepanjang tahun yang akan bertranslasi di kelanjutan peningkatan (Average Selling Price (ASP),” ujar Felix.
Ia juga melihat bahwa ADR bersikap oportunis dengan memanfaatkan kenaikan harga dengan menaikkan target produksinya juga. Pada tahun 2022 ini, ADRO memang memasang target produksi hingga 58 juta hingga 60 juta ton.
Pembangunan PLTU Bhimasena Power Indonesia yang sudah mencapai 97% juga akan membutuhkan pasokan 7 juta ton batu bara, di mana 5 juta ton berasal dari suplai ADRO.
Secara jangka panjang, Felix melihat ADRO memiliki banyak prospek positif. Dengan begitu, maka Felix memberikan rekomendasi saham Adaro (ADRO) dengan target harga Rp 3.400 per saham.
Baca Juga: Tape Reading Saham, Teknik Analisa Pergerakan Saham
Ekspansi Bisnis Adaro ke Aluminium Jadi Sentimen Positif Lainnya
Sejak beberapa waktu lalu, emiten produsen batu bara Indonesia berlomba-lomba melakukan diversifikasi bisnis mereka. Paling baru yang PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) lakukan adalah membangun smelter aluminium di Kalimantan Utara.
Hal itu mereka lakukan untuk mengurangi ketergantungan bisnis mereka terhadap batu bara. Analis RHB Sekuritas, Fauzan Djamal menjelaskan bahwa langkah yang ADRO ambil sudah sesuai.
Fauzan juga menyebut bahwa langkah ekspansi itu berkaitan dengan rencana investasi ADRO di PT Cita Mineral Investindo (CITA) melalui anak perusahaan PT Alam Tri Abadi.
Sementara itu, analis Dessy Lapagu dari Samuel Sekuritas berpendapat bahwa bisnis batu bara hingga saat ini masih cukup prospektif karena permintaan global dan domestik yang masih kuat.
Baca Juga: PPN Transaksi Saham Naik Jadi 11% Per 1 April 2022, Apa Pengaruhnya?
Dessy memprediksi bahwa ADRO akan mencatatkan pendapatan sebesar US$ 5,22 miliar atau naik sekitar 30,83% dari tahun lalu. Sementara itu, laba bersihnya juga akan tumbuh 37,71% menjadi US$ 1,29 miliar.
Lebih lanjut Dessy memberi rekomendasi saham Adaro untuk beli pada target harga Rp 3.200 per saham dan Fauzan yang memasang rating trading buy dengan harga Rp 3.400 per saham. (R10/HR-Online)