Berita Pangandaran (harapanrakyat.com),- Beberapa bocah di Pangandaran, Jawa Barat, memiliki cara unik untuk ngabuburit atau menunggu waktu berbuka puasa.
Biasanya, beberapa orang untuk menunggu waktu berbuka puasa dengan bermain atau jalan-jalan. Tidak hanya di Pangandaran saja, namun tradisi ngabuburit ini juga menjadi budaya di berbagai daerah di Indonesia saat bulan Ramadan.
Lantas apa yang membedakan menunggu waktu berbuka puasa warga Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran, dengan masyarakat pada umumnya?
Sebagai informasi, bahwa Langkaplancar merupakan daerah perkampungan. Sehingga ngabuburit tentu beda dengan di daerah perkotaan.
Orang dewasa sampai anak-anak Langkaplancar saat ngabuburit bermain ke sungai, gunung atau sawah. Tentu bagi orang kota cara ngabuburit ini terbilang unik.
Pantauan HR Online, terlihat beberapa bocah sedang bermain layang-layang di pematang sawah.
Menurut penuturan beberapa warga, bahwa cara ngabuburit dengan bermain layangan sudah dari dulu, bahkan sampai saat ini.
“Ya, meskipun sekarang ini cara menunggu waktu berbuka puasa berbeda, karena kemajuan teknologi,” ucap Bubun salah seorang warga Langkaplancar, Sabtu (9/4/2022).
“Namun meski di tengah gempuran teknologi, anak-anak Langkaplancar saat ngabuburit tidak melupakan mainan tradisional seperti bermain layangan,” imbuhnya.
Baca Juga : Alun-alun Ciamis Masih Jadi Tempat Favorit Ngabuburit di Bulan Ramadan
Lebih lanjut Bubun mengatakan, bahwa ia merasa sangat bangga. Sebab, di tengah kemajuan teknologi dan bisa dibilang sudah sangat langka, namun masih ada yang melestarikan tradisi khas ngabuburit unik seperti main layangan di pematang sawah.
Bukan hanya main layangan saja, namun beberapa anak-anak juga ada yang bermain kolecer atau kincir angin dan ngurek belut.
“Permainan seperti itu sudah jarang terlihat di bulan-bulan lain. Hanya biasa terlihat saat bulan puasa Ramadan,” paparnya.
Menurutnya, jika di perkotaan ngabuburit biasa di tempat ramai, seperti pasar kaget, alun-alun, mal dan lainnya. Namun uniknya, ngabuburit di Langkaplancar adalah di sawah atau di gunung.
“Semoga kebiasaan itu terus tumbuh dan berkembang. Jangan sampai punah digilas majunya teknologi,” pungkasnya. (Enceng/R5/HR-Online/Editor-Adi)