Cara menentukan umur fosil oleh para paleontolog banyak yang menggunakan metode C-14. Metode ini merupakan salah satu yang paling akurat. Fosil merupakan sisa-sisa atau bekas kehidupan dari makhluk hidup di masa lalu.
Ada banyak sekali fosil makhluk hidup pada masa purba yang berhasil teridentifikasi. Setelah menemukan fosil, maka para paleontolog akan mencari tahu umur fosil tersebut.
Baca Juga: Fosil Reptil Bersayap Pterosaurus di Skotlandia, Berusia 170 Tahun
Metode C-14 Sebagai Cara Menentukan Umur Fosil
Penemuan fosil pada dasarnya berguna untuk bahan penelitian. Oleh karena itu, para paleontolog akan mencari informasi sedemikian rupa mengenai fosil yang mereka temukan.
Umur fosil menjadi salah satu yang sangat penting untuk diketahui. Sejak akhir 1940-an, para paleontolog mencari tahu umur dari sebuah fosil menggunakan metode C-14.
Melansir dari Future Learn, Metode C-14 merupakan sebuah metode penanggalan radiometrik dengan menggunakan tingkat peluruhan isotop radioaktif, untuk menentukan penanggalan suatu objek.
Setiap isotop radioaktif memiliki waktu paruh yang merupakan laju peluruhan tetap. Dengan mengetahui laju peluruhan isotop tersebutlah, ilmuwan dapat menghitung umur sebuah fosil.
Karbon 14 atau C-14 merupakan salah satu unsur aktif di dalam isotop. Di atmosfer Bumi, hanya ada sekitar satu dari satu triliun atom karbon yang merupakan C-14 yang sebagian besar berasal dari Aksi sinar kosmik Nitrogen (N-14).
Setelah C-14 terbentuk, maka akan membusuk kembali menjadi nitrogen. Jika sudah mengetahui banyaknya C-14 dalam jaringan hidup, maka Anda dapat mengukur jumlah C-14 dalam tumbuhan atau hewan mati.
Setelah itu, bandingkan ukuran tersebut untuk menilai berapa lama mereka telah mati. Ilmuwan dapat melakukan cara menentukan umur fosil ini dengan mengetahui tingkat peluruhan C-14 yang mewakili waktu paruh 5.370 tahun.
Nantinya, akan terlihat perkiraan jumlah umur radiokarbon dari sebuah sampel fosil purba.
Baca Juga: Fosil Laba-laba Lagonomegopidae, Berusia 99 Juta Tahun Lindungi Anak
Menentukan Umur Fosil yang Lebih Tua dan Benda Mati
Mengetahui jumlah C-14 dari jaringan mati tentu tidak mudah. Apalagi produksi C-14 di atmosfer tidak selalu konstan.
Oleh karena itu, para ilmuwan menjadikan paruh waktu karbon-14 yang merupakan 5.370 tahun sebagai patokan ideal, untuk mereka yang ingin mempelajari 50.000 tahun terakhir sejarah Bumi.
“Pada dasarnya terdapat bagian menarik dari sejarah manusia untuk mengetahui perkembangan peradaban dan asal muasal pertanian melalui radiokarbon ini,” kata Higham.
Ketika objek lebih tua, maka akan kehilangan sekitar 99% karbon-14 mereka. Selain itu, metode penanggalan radiokarbon juga hanya dapat dilakukan pada benda yang pernah hidup.
Oleh karena itu, ilmuwan tidak lagi menggunakan metode C-14 untuk mendeteksi umur fosil yang lebih tua.
Baca Juga: Fosil Bunga Nanjinganthus Ditemukan di Tiongkok Berusia 174 Juta Tahun
Mereka lebih sering melihat isotop radioaktif dari unsur lain yang ada di lingkungan. Benda tertua di dunia menggunakan metode penanggalan uranium-thorium-lead untuk menentukan umur mereka.
Cara menentukan umur fosil dengan metode uranium-thorium-lead tentunya juga ilmuwan gunakan untuk mengukur umur benda mati, seperti batuan dan benda lainnya. (R10/HR-Online)