Saham komoditas sawit masih dipenuhi oleh sejumlah sentimen. Salah satunya adalah kebijakan pemerintah.
Baru-baru ini pemerintah mengumumkan kebijakan baru, yaitu menaikkan porsi domestic market obligation (DMO) minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
Kebijakan tersebut secara resmi pemerintah tetapkan pada 9 Maret dan akan mulai berlaku pada 10 Maret 2022.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Poultry yang Akan Terbawa Sentimen Ramadhan
Efek Kenaikan Harga Terhadap Saham Komoditas Sawit
Krisis minyak goreng saat ini tengah ramai di masyarakat. Hal itu membuat pemerintah akhirnya mengeluarkan beberapa kebijakan.
Kebijakan tersebut tidak lain untuk menaikkan porsi domestic CPO hingga 30%. Menanggapi hal ini, analisis BRIDanareksa Sekuritas, Andreas Kenny menilai bahwa kebijakan dapat menyebabkan harga sawit internasional naik.
Sebab, proses dan arus ekspor CPO akan lebih terganggu. Indonesia bagaimanapun tetap menjadi salah satu produsen CPO terbesar di dunia.
Andreas mengatakan bahwa kebijakan saham ini akan sangat memberikan pengaruh negatif untuk emiten yang memiliki porsi penjualan ekspor.
Sebagai contoh emiten milik PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Kebijakan pemerintah akan berdampak ke net basis atau laba bersih AALI, tetapi harga CPO internasional yang tinggi sedikit banyak membantu emiten tersebut.
AALI diprediksi akan mengalami peningkatan produksi inti sebesar 5% yoy bersamaan dengan lebih banyaknya pembelian tandan buah segar (TBS) yang membuat produksi bisa bertumbuh hingga 5% yoy.
Perkiraan penjualan CPO akan sebesar 2,5 ton untuk tahun ini. Alhasil, AALI sepertinya mencatatkan laba bersih Rp 3,4 triliun.
Lebih lanjut, Andreas mempertahankan rekomendasi beli saham komoditas sawit AALI dengan target harga lebih tinggi, yakni Rp 20.000 dari yang sebelumnya hanya Rp 19.000.
Di sisi lain, CGS CIMB Sekuritas juga memberi rekomendasi untuk add saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dengan target harga Rp 1.250.
Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy juga ikut merekomendasikan beli saham PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) pada target harga Rp 900.
Baca Juga: Cara Menemukan Saham Multibagger untuk Meraup Cuan Berkali Lipat
Harga CPO Terdampak Oleh Konflik Rusia
Dalam saham komoditas sawit, kenaikan harga CPO dunia tentu tidak lepas dari terjadinya konflik Rusia dan Ukraina. Konflik tersebut telah menyebabkan penutupan beberapa pabrik dan pelabuhan penghancur biji bunga matahari di Ukraina.
Hal tersebut tentunya mengganggu produksi dan ekspor dari minyak bunga matahari yang merupakan pengganti CPO.
Ukraina sendiri menjadi produsen minyak biji bunga matahari terbesar di dunia yang menyumbang 47% terhadap ekspor global. Sedangkan Rusia menguasai pasar 29,9% dari ekspor global.
Baca Juga: Cara Menentukan Support dan Resistance Saham untuk Strategi Trading
Alhasil, kedua negara tersebut menyumbang sekitar 60% produk. Dengan gangguan adanya konflik, maka arus perdagangan minyak nabati tentunya sangat terhambat.
Keadaan tersebut menjadi lebih parah ketika Indonesia mengeluarkan kebijakan pembatasan ekspornya demi memastikan ketersediaan minyak goreng dalam negeri.
Dengan demikian, harga CPO rata-rata kemungkinan akan terus tinggi selama konflik berlangsung. Tingginya harga dengan kebijakan dalam negeri juga tentunya sangat mempengaruhi saham komoditas sawit yang ada. (R10/HR-Online)