Provident Agro Saham sudah mengakhiri pembelian kembali saham atau buyback milik mereka pada Jumat, 18 Maret 2022.
PT Provident Agro Tbk sudah mendapat persetujuan dari pemegang saham mereka melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa.
Rapat tersebut berlangsung pada 25 Agustus 2021, lalu yang bertujuan untuk buyback atas saham PALM yang telah BEI catat dan keluarkan pada alokasi dana sebanyak Rp 54.276.000.000.
Baca Juga : Saham LQ45 2022 dengan PER Termurah di Awal Tahun
Provident Agro Saham Akhiri Masa Buyback Mereka
Emiten PT Provident Agro Tbk (PALM) mengakhiri pembelian kembali sahamnya pada 18 Maret 2022 kemarin. Padahal, rencana sebelumnya menyebut bahwa masa berakhir buyback adalah pada 26 Agustus 2022.
Adapaun aksi buyback yang mereka lakukan memiliki total 110 juta saham.
“Sampai pada tanggal keterbukaan informasi ini, perseroan belum melakukan aksi pembelian kembali lagi,” tulis Lin Na Lie, Corporate Secretary Provident Agro dalam keterbukaan informasi BEI pada Sabtu (19/3/2022).
Aksi pembelian kembali saham yang terjadi sebelumnya sudah menurut kepada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa.
Keputusan rapat adalah perseroan akan mengeluarkan dana alokasi sebanyak Rp 54.276.000.000 yang tercatat oleh BEI dalam periode 12 bulan sejak 27 Agustus 2021 hingga 26 Agustus 2022.
Sebagaimana yang sudah ada di dalam butir pasal nomor 10 POJK 30/2017, bahwa penawaran buyback saham ini melalui perdagangan BEI yang akan dilakukan dengan harga lebih rendah atau sama dengan harga transaksi yang sudah terjadi sebelumnya.
Menanggapi informasi tersebut, manajemen PALM menyebut bahwa tidak akan ada dampak fatal dari pengakhiran periode pembelian kembali lebih cepat ini. Kegiatan hukum, operasional, dan kondisi keuangan atau kelangsungan usaha perseroan akan tetap seperti biasanya.
Baca Juga : Hak Pemegang Saham Pengendali, Apa Bedanya dengan Investor Biasa?
Emiten Provident Agro Bersama Saham Sektor CPO Lainnya Melemah
Pada perdagangan sesi I jumat (18/3/2022), provident agro saham terlihat mengalami penurunan nilai yang cukup signifikan.
Saham PALM turun sebanyak 1,81% atau 15 poin ke level Rp 815 pada akhir perdagangan. Tidak hanya PALM, beberapa saham kelapa sawit atau CPO terlihat menurun secara drastis.
Hal itu memang sedikit berbanding terbalik dengan harga minyak yang masih mengalami kenaikan secara bertahap.
Pemerintah Indonesia sebelumnya mengumumkan untuk menghapus kebijakan Domestic Market Obligation (DMO). Kebijakan tersebut sebelumnya membuat produsen CPO untuk menjual 30% dari produksi untuk dalam negeri.
Akan tetapi, pemerintah akhirnya mengganti kebijakan tersebut dengan menaikkan Dana Pungutan (DP) ekspor CPO dan Bea Keluar (BK) yang signifikan. Hal itu tentunya masih bertujuan untuk mengendalikan harga minyak lokal yang masih tidak terkendali.
Kebijakan terbaru tersebut akan menaikkan tarif ekspor dari US$ 375/ton menjadi US$ 675/ton. Adapun batas maksimum dana pungutan naik dari US$ 1.000/ton menjadi US$ 1.500/ton.
Baca Juga : Bursa Saham Asia Jelang Akhir Pekan Mengalami Pergerakan Bervariasi
Pemerintah akan menggunakan dana tersebut untuk mensubsidi penjualan minyak curah selama 6 bulan kedepan.
Meski harga minyak naik, namun saham CPO di BEI terpantau terus melemah. Di tengah melemahnya nilai, Provident Agro saham selama satu bulan ini tercatat sudah bergerak naik 15,60 persen. (R10/HR-Online)