Saham Meta turun secara signifikan. Meta sendiri adalah perusahaan induk yang menaungi Facebook dan Instagram.
Semua orang tahu bahwa kedua platform sosial media tersebut sangat populer. Kepopulerannya membawa sang pemilik, Mark Zuckerberg menjadi salah satu orang paling berpengaruh di dunia.
Beberapa waktu lalu, Zuckerberg sempat menghebohkan jagat dunia dengan perubahan nama perusahaan menjadi Meta.
Baca Juga: Investasi Lahan Produktif Memiliki Harga Tinggi dari Jenis Lainnya
Lonjakan Saham Meta Turun Sebabkan Kerugian Besar
Mark Zuckerberg, pendiri sekaligus pemilik perusahaan yang menaungi Facebook dan Instagram tersebut sepertinya sedang susah hati. Bagaimana tidak, saham Meta tercatat anjlok pada masa pre-opening.
Kinerja keuangan di kuartal pertama tahun 2022 sepertinya tidak semulus yang diharapkan. Padahal jika melihat dari kuartal keempat tahun 2021, saham Meta bergerak cukup baik.
Sebelumnya, saham Meta sempat mengalami kenaikan yang signifikan menjelang akhir tahun. Saat itu Mark Zuckerberg mengumumkan pergantian nama perusahaan beserta pengenalan teknologi terbaru Metaverse mereka.
Metaverse adalah sebuah dunia virtual yang akan Facebook ciptakan. Project ini sempat menjadi kontroversi pro dan kontra.
Namun, sayangnya kinerja Meta harus menurun pada tahun 2022 ini. Saham Meta jatuh pada pre-opening sebesar 20%.
Sejak penutupannya pada Jumat (4/2) pukul 19.59 EST kemarin, saham Meta menurun sampai 28%. Perdagangan premarket mereka berada di level USD$ 234,97.
Penurunan saham ini menyebabkan cap saham milik Meta lenyap lebih dari US 230 miliar. Nilai tersebut setara dengan Rp 3.307 triliun.
Dengan begitu, Mark Zuckerberg disebut-sebut mengalami kerugian. Kekayaannya di dalam Bloomberg Billionaire Index menurun drastis hingga US$ 30 miliar, setara dengan Rp 431 triliun.
Baca Juga: Saham Emiten Migas Terhadap Naiknya Harga Minyak Mentah, Menguat?
Akibat Persaingan yang Ketat
Mark Zuckerberg menyebutkan, saham Meta turun karena berkurangnya pengguna aktif. “Saat ini orang-orang memilih untuk menghabiskan waktu mereka, lalu aplikasi semacam TikTok berkembang dengan pesat” ujar Zuckerberg.
Melansir dari Reuters, Meta memang sudah melaporkan penurunan aktivitas harian penggunanya sejak kuartal terakhir tahun lalu. Pengguna aktif harian Facebook saat ini hanya berada di sekitar 1,93 miliar.
Hal itu sangat berkebalikan dengan TikTok yang melaporkan peningkatan signifikan. Aksi jual secara masif di saham Meta tentunya juga mempengaruhi saham teknologi AS lainnya. Saham-saham tersebut mulai berguguran.
Para pelaku pasar mulai menyebut kejadian ini dengan fenomena Tech Bubble dua dekade silam. Lebih lanjut, sebenarnya saham-saham Tech AS belakangan ini memang sedang jatuh.
Salah satu pemicunya adalah rencana kebijakan the Fed yang merupakan bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga acuan.
Baca Juga: Investasi Saham dengan Uang Receh Menghargai Rupiah Bernilai Kecil
Kenaikan suku bunga ini cenderung menghambat growth strategy saham teknologi yang memang sensitif terhadap kebijakan moneter.
Untuk saham Meta sendiri, secara year to date sudah tercatat mengalami koreksi 27%. Meta bahkan sudah mengeluarkan beberapa panduan kuartal pertama dengan perkiraan pendapatan USD 27 miliar hingga USD 29 miliar.
Jumlah tersebut turun sangat jauh dari kuartal keempat tahun 2021 yang mencapai USD 33,67. Penurunan ini tentunya adalah dampak mengkhawatirkan dari saham Meta turun yang entah kapan bisa stabil kembali. (R10/HR-Online)