Saham emiten migas terpengaruh oleh naiknya harga minyak dunia. Hingga pertengahan pekan pertama Februari ini, harga minyak dunia masih terlihat menguat.
Harga minyak WTI di kontrak Maret 2022 menguat hingga 0,37%. Apakah kenaikan harga minyak tersebut dapat mempengaruhi emiten migas?
Baca Juga: Bullish dan Bearish Dalam Saham Sebagai Tolak Ukur Gerak Investasi
Kenaikan Harga Minyak Pengaruhi Saham Emiten Migas?
Pada Rabu (2/2/2022), tepatnya pukul 7.40 WIB, harga minyak WTI masih melonjak naik. Tercatat di New York Mercantile Exchange harga minyak naik 0,37.
Pada penutupan perdagangan, harga per barel minyak mencapai US$ 88,53 dari yang semula hanya US$ 88,20 per barel.
Kenaikan harga minyak WTI ini bukan pertama kalinya. Harga sudah mengalami kenaikan sejak 4 hari lalu, tepatnya Jumat (28/1/2022).
Kenaikan harga minyak WTI tersebut tentunya akan berdampak positif untuk emiten-emiten saham migas. Hal itu Cheryl Tanuwijaya tuturkan sendiri.
Cheryl Tanuwijaya sendiri adalah seorang Analis Jasa Utama capital Sekuritas. Ia menuturkan bahwa tren kenaikan harga migas sangat mempengaruhi emiten migas di Indonesia.
Menurutnya dengan kenaikan harga minyak WTI, maka emiten-emiten saham migas beserta penunjangnya berpotensi meraih kinerja yang lebih menjanjikan di tahun ini.
Lebih lanjut Cheryl menambahkan bahwa saham sektor migas saat ini menjadi lebih menarik. Cheryl menilai beberapa saham yang berpotensi mengalami kenaikan harga 5% sampai 10%.
Saham tersebut antara lain PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Elnusa Tbk (ELSA), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).
Analis dari Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova juga menuturkan hal yang serupa. Ia mengatakan bahwa kenaikan harga minyak mentah konsisten akan mendorong akumulasi pada saham emiten migas.
Baca Juga: Investasi Apartemen Studio Mampu Memberikan Keuntungan Besar
Penyebab Kenaikan Harga Minyak
Kenaikan dari harga minyak mentah ini terkait imbas kebijakan OPEC+. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya tersebut tersebut terjebak dengan rencana mereka sebelumnya.
Mereka menyepakati akan meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari. Aliansi produsen minyak globel telah meningkatkan produksi tersebut selama berbulan-bulan hingga saat ini berhasil mengangkat 10 juta barel per hari.
Namun kelompok tersebut bertemu dengan puncak kehancuran permintaan akibat pandemi Corona. Mereka juga waspada terhadap seruan kapasitas minyak untuk membatasi lonjakan harga.
OPEC+ menyalahkan negara konsumen yang tidak memastikan investasi memadai dari bahan bakar fosil.
Selain itu, beberapa sumber juga menyebut bahwa kenaikan harga dipengaruhi oleh ketegangan AS dan Rusia.
Sebelumnya memang Rusia meminta NATO mundur dari Eropa Timur. Rusia juga mengancam akan menginvasi Ukraina yang beraliansi dengan AS.
Baca Juga: Saham Dalam Pemantauan Khusus BEI, Apa Penyebabnya?
Badai musim dingin juga diprediksi akan landa sebagian besar Amerika Serikat hingga wilayah Timur. Perkiraan terjadinya badai setelah ledakan musim dingin mematikan.
Karena itulah harga minyak dapat meningkat. Terlebih karena beberapa daerah mengganti gas alam yang pasokannya semakin langka sehingga produksi sedikit terhambat.
Mengikuti prediksi kelangkaan minyak mentah, maka saham emiten migas juga diprediksi unjuk gigi untuk beberapa waktu kedepan. (R10/HR-Online)