Berita Banjar (harapanrakyat.com),- Legenda Ki Banteng Loreng yang konon menjadi pelindung masyarakat Desa Cibeureum, Kecamatan Banjar, Kota Banjar, Jawa Barat, hingga kini masih menjadi sosok misteri yang keberadaannya belum tersingkap.
Namun, legenda Ki Banteng Loreng yang memiliki nama asli Kiyai Kholiludin itu dipercaya masyarakat sebagai sosok pengayom dan pelindung warga Desa Cibeureum.
Kepala Desa Cibeureum, Yayan Kirlan menuturkan, dari penelusuran yang pihaknya lakukan dengan para sesepuh terungkap kisah bahwa Ki Banteng Loreng itu sebutan bagi seorang tokoh yang bernama Kiyai Kholiludin. Atau terkenal juga dengan sebutan Eyang Jaga Lama.
“Ki Banteng Loreng adalah sebutan bagi seorang tokoh yang mempunyai nama asli Kyai Kholeludin atau Eyang Jaga Lama,” kata Yayan kepada HR Online, Senin (07/02/2022).
Kiyai Kholiludin merupakan seorang tokoh atau sesepuh berilmu tinggi, berwibawa dan bijaksana. Memiliki banyak harta serta melindungi masyarakatnya.
Pedang dan Tombak Ki Banteng Loreng
Selain terkenal berilmu tinggi, Kiyai Kholiludin juga seorang kaya raya dari usahanya membuat senjata pedang dan tombak. Senjata tersebut sebagai pesanan dari zaman kerajaan yang ada di Nusantara waktu itu.
Baca Juga : Desa Cibeureum Banjar Miliki Area Permainan Tradisional
Penyepuhan senjata ia lakukan sekitar tempat menggembala kerbau miliknya. Saat ini lokasi tersebut sudah diabadikan menjadi bentuk makam atau petilasan.
Selain itu, lokasi lain yang menjadi tempat penyepuhan senjata yaitu sekitar Sumur Siuk Ciloa yang airnya sangat jernih dan tak pernah mengering. Sekalipun saat musim kemarau.
“Sampai saat ini air sumur itu masih warga gunakan untuk memenuhi kebutuhan air. Ini juga sebagai bukti bahwa kisah itu memang ada,” terang Yayan.
Terkait kisah tersebut hanya sebatas legenda cerita rakyat atau bagian dari sejarah, sebagai Kepala Desa Cibeureum Yayan pun masih terus menelusuri riwayat tersebut.
Namun, untuk memastikan kapan peristiwanya, ia terkendala saat melakukan penelusuran sejarah tersebut. Karena orang-orang yang berkaitan atau sumber yang mengetahui alurnya sudah pada meninggal.
“Terkuaknya legenda tersebut pada waktu saya menjabat kepala desa. Jadi orang-orang yang tahu alurnya sudah pada nggak ada,” kata Yayan. (Muhlisin/R3/HR-Online/Editor-Eva)