Ledakan besar Matahari menjadi peristiwa yang menjadi sorotan para astronom belakangan ini. Peristiwa dahsyat meledaknya bintang pusat Tata Surya itu sangatlah luar biasa.
Awalnya Matahari terlihat mengeluarkan ledakan-ledakan kecil sebelumnya menjadi besar. Sejak beberapa waktu lalu juga sudah terdeteksi adanya badai Matahari berkelanjutan.
Baca Juga : Tabrakan Dua Matahari, Terdeteksi di Konstelasi Cygnus
Fenomena Ledakan Besar Matahari
Dalam beberapa pekan terakhir, Matahari terlihat mengalami serangkaian letusan. Mulai dari letusan kecil hingga terbesar.
Letusan yang terjadi berhasil meluncurkan berbagai energi ke luar angkasa. Plasma atau badai Matahari menjadi salah satu yang terdeteksi.
Awalnya, ledakan yang terjadi hanya dalam skala kecil. Namun, pada 15 Februari 2022 terjadi lontaran kuat massa korona dan badai Matahari sebelum tengah malam.
Melihat dari ukurannya, para astronom menyimpulkan kemungkinan ledakan besar Matahari tersebut berada di dalam kategori yang paling kuat atau setara dengan badai kelas-X.
Menurut Space Weather Live yang bertugas melacak peristiwa tersebut, Matahari diperkirakan akan meletus setiap hari selama bulan Februari.
Dalam beberapa hari juga, Matahari terlihat menampilkan suar yang kuat. Badai Matahari termasuk ke dalam tiga dari kategori suar yang paling kuat kedua, suar kelas-M.
Baca Juga : Matahari Terbit Lebih Awal Beberapa Hari Kedepan di Daerah Tertentu
Berhasil Tertangkap Pesawat Milik NASA dan ESA
Pesawat luar angkasa milik NASA dan ESA berhasil mengabadikan momen dahsyat ledakan Matahari.
Solar Orbiter dan STEREO A adalah pesawat yang berhasil mendapatkan momen menakjubkan tersebut. Dari gambar yang tertangkap, letusan besar terjadi di bagian sisi jauh Matahari dan menghadap jauh dari planet Bumi.
Meski begitu, Badan Antariksa Eropa (ESA) dan NASA memperkirakan terjadinya badai geomagnetik yang masih akan terjadi beberapa hari setelah ledakan besar pada 15 Februari 2022.
Kemungkinan terjadi karena wilayah aktif Matahari yang bertanggung jawab atas letusan tersebut berbalik ke arah Bumi.
Penonjolan Matahari terdiri atas lingkaran plasma yang bercahaya merah dan tersusun oleh garis medan magnet kusut akibat dinamo internal Matahari.
Akibatnya, ledakan besar Matahari terjadi ketika struktur tersebut tidak stabil dan meledak keluar untuk melepaskan plasma.
Baca Juga : Bintik Hitam Matahari Sebagai Penanda Aktivitas Tertinggi
Apa Efek untuk Bumi?
Ledakan Matahari sering berkaitan dengan ledakan partikel bermuatan. Para ilmuwan menyebut partikel bermuatan tersebut sebagai Coronal Mass Ejections (CME) yang mereka arahkan ke Bumi.
Hal ini bisa menjadikan malapetaka, khususnya untuk teknologi yang berbasis luar angkasa. Seperti beberapa waktu lalu 40 dari 49 satelit milik SpaceX hangus terbakar akibat badai Matahari.
Padahal, satelit internet tersebut baru saja meluncur dan masih dalam perjalanan mencapai orbitnya.
Meski begitu, karena suar dan CME diarahkan menjauh dari Bumi, astronom tidak melihat efek apapun terkait badai geomagnetik ketika material dari letusan menghantam atmosfer Bumi.
Beberapa masalah hanya terjadi di gangguan komunikasi yang berbasis luar angkasa, fluktuasi jaringan listrik, hingga aurora.
Akan tetapi, aktivitas yang meningkat menunjukan bahwa Bumi masih dapat mengantisipasi ledakan besar Matahari dalam waktu dekat. (R10/HR-Online)