Hujan di luar angkasa bukan hanya sebuah mitos belaka. Beberapa tempat di luar angkasa ini bisa terjadi hujan.
Fenomena hujan sudah seringkali kita temui di Bumi. Hampir seluruh permukaan Bumi pernah terkena hujan, terutama hujan air.
Baca Juga: Gravitasi di Luar Angkasa Nol? Ini Fakta Mengejutkannya!
Siapa sangka ternyata tempat lain di luar Bumi ini juga memiliki hujan. Namun, apa material hujan di sana?
Fakta Hujan di Luar Angkasa
Planet tempat kita tinggal, Bumi memiliki berbagai macam iklim dan musim. Fenomena hujan merupakan hal yang biasa terjadi di sini.
Bahkan, di daerah paling kering pun bisa terjadi hujan meskipun dalam intensitas yang rendah. Material hujan juga bermacam-macam, mulai dari hujan salju, air, bongkahan es, debu, dan lain sebagainya.
Ternyata hujan bukanlah fenomena yang hanya terjadi di Bumi. Di beberapa tempat luar angkasa juga bisa terjadi hujan. Namun, tentu saja hujannya berbeda dengan Bumi.
Kebanyakan material hujan di luar angkasa bukanlah air, melainkan senyawa lainnya yang banyak ditemukan di dalam planet tersebut.
Ada hujan asam, hujan kaca, berlian, dan lain sebagainya. Berikut ini tempat-tempat di luar angkasa yang juga terdapat hujan.
Hujan Asam di Venus
Venus adalah nama planet yang berasal dari dewi cinta dan kecantikan dalam mitologi Romawi. Planet ini berada di urutan kedua dari Matahari sebelum Bumi.
Waktu revolusi Venus adalah 225 hari, jauh lebih cepat dari planet kita ini. Berada di urutan kedua dari matahari, Venus menjadi planet terpanas di tata surya.
Baca Juga: Nama Lain dari Asteroid dan Kenali Ciri-Cirinya Berikut Ini!
Suhu permukaan planet bisa mencapai 460 derajat Celcius. Panas di Venus dapat bertahan lama karena diselimuti awan karbon.
Selain itu, Venus juga kaya akan asam sulfat. Seringkali terjadi hujan asam sulfat yang luar biasa panas di Venus.
Uniknya, hujan di luar angkasa ini turun hingga ketinggian 25 kilometer dari permukaan planet.
Hujan Kaca di Planet HD 189733b
Planet ini ditemukan pada 5 Oktober 2005 lalu. 189733b mengorbit pada bintang HD 189733 A. Jarak planet ini dari tata surya kita sekitar 63 tahun cahaya dan berada di konstelasi Vulpecula.
Suhu yang 189733b sangat tinggi, bisa mencapai 1800 Fahrenheit. Akibat suhu dan tekanannya yang tinggi tersebut, planet 189733b mengandung silikat.
Ini merupakan bahan alami pembuat kaca. Saking banyaknya kandungan tersebut, maka seringkali terjadi hujan kaca di sana.
Hujan Berlian di Saturnus, Neptunus dan Jupiter
Planet Saturnus adalah salah satu tetangga Bumi. Ciri khas yang Saturnus miliki berupa cincin besar. Ukuran Saturnus membuatnya menjadi planet terbesar kedua di tata surya kita.
Karena jaraknya yang cukup jauh dari Matahari, kita tidak dapat melihat planet ini dengan mata telanjang. Waktu revolusi Saturnus juga sangat lama, yaitu 29 tahun di Bumi.
Selain menarik karena bercincin, Saturnus juga memiliki hujan berlian. Hujan di luar angkasa ini terjadi akibat adanya karbon yang melimpah di dalam planet.
Terjadinya badai petir menarik munculnya karbon yang mengeras karena metana sehingga menjadi berlian. Hujan berlian juga tidak hanya terjadi di Saturnus, melainkan juga Neptunus dan Jupiter.
Baca Juga: Contoh Bintang Semu di Tata Surya, Apa Bedanya dengan Bintang Nyata?
Kedua planet tersebut memiliki julukan sebagai planet terbesar dan planet es. Sama seperti yang terjadi di Saturnus, Neptunus dan Jupiter juga mengandung banyak metana di atmosfernya.
Hujan Metana di Titan
Mungkin beberapa orang seringkali salah mengartikan Titan sebagai planet. Padahal Titan sebenarnya hanyalah satelit alami yang ada di saturnus.
Satelit ini memang memiliki atmosfer yang padat dan mengandung banyak metana. Titan juga menjadi satu-satunya objek selain Bumi yang terdeteksi memiliki cairan di permukaannya.
Siklus hidrologi dan air dalam terciptanya hujan di Titan juga sama persis seperti yang ada di Bumi. Perbedaannya hanya berada di materialnya.
Jika di Bumi memiliki siklus hujan air biasa, maka Titan sangat berbeda. Hujan yang terjadi di Titan mengandung material metana cair.
Selain itu, waktu hujan juga sangat berbeda. Hujan metana cair yang terjadi di satelit Titan hanya akan turun setiap seribu tahun sekali.
Sekarang kita tahu, terjadinya hujan di luar angkasa tergantung dari material terbanyak di tempat tersebut serta cenderung berbahaya. Sangat berbeda dengan di Bumi yang kebanyakan hanya berupa air atau es. (R10/HR-Online/Editor-Ndu)