Akhlak terhadap diri sendiri nyatanya sampai sekarang ini banyak orang yang tidak mempedulikannya. Padahal akhlak tersebut tidak kalah pentingnya dengan akhlak kita terhadap orang lain.
Sedangkan akhlak mulia sendiri merupakan salah satu indikator yang mencerminkan keimanan seseorang. Karena bagaimanapun salah satu misi ajaran agama Islam itu untuk menyempurnakan akhlak.
Seperti halnya sabda Nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam hadis riwayat Baihaqi, “Sungguh aku diutus guna menyempurnakan kemuliaan akhlak”.
Karena akhlak itu merupakan hal penting dan tidak ada bandingannya. Ia juga menjadi ilmu tersendiri di antara berbagai bidang keilmuan yang lainnya.
Terkadang akhlak tersebut juga diintegrasikan dengan tasawuf dan filsafat. Mengapa demikian? Karena memang mempunyai hubungan yang erat. Terlebih lagi dengan konsep etika, moralitas, dan lainnya.
Selain dilakukan kepada orang lain, ternyata akhlak terpuji juga harus kita terapkan pada diri sendiri. Terlebih ketika menjalankan perintah agama serta menghindari hal-hal atau perilaku tercela yang sudah Islam larang.
baca juga: Kisah Teladan Nabi Hud, Tidak Sombong, Berakhlak Baik, dan Taat
Mengenal Akhlak Terhadap Diri Sendiri dalam Agama Islam
Untuk apa ada akhlak terhadap diri sendiri? Mungkin juga banyak yang penasaran tentang hal ini. Tapi cobalah untuk memahami.
Jika kita harus berakhlak terpuji kepada sesama, bagaimana kita menghargai serta memperlakukan diri sendiri.
Bisa terbilang pula akhlak menjadi self reward. Bukan tidak mungkin jika kita memperlakukan diri sendiri tidak sesuai dengan yang Islam ajarkan.
Apakah selama ini Anda mengetahui akhlak terbaik untuk diri sendiri dan sudah pula mengamalkannya?
baca juga: Sarah Istri Nabi Ibrahim Paras dan Akhlak Cantik, Teladan Bagi Muslimah
Menuntut Ilmu
Untuk akhlak terhadap diri sendiri yang pertama adalah menuntut ilmu. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
Apakah selama ini Anda sudah menyadari bahwa wahyu yang Allah sampaikan pertama kali kepada Rasulullah berupa perintah membaca. Itu merupakan upaya untuk memperoleh ilmu.
Sedangkan seseorang yang menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh, itu berarti ia sudah berakhlak mulia terhadap dirinya sendiri.
Dalam hal ini, kita harus mengacu pada hadis riwayat Muslim yang artinya adalah “Barangsiapa menempuh jalan guna mendapatkan ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan untuk menuju surga”.
Ilmu yang wajib untuk dipelajari adalah ilmu agama. Minimal pemahaman ini adalah dasar-dasar ajaran dalam agama Islam.
Setelahnya ia juga harus menimba ilmu duniawi sesuai dengan bidang yang ia tekuni dalam kehidupan sehari-hari.
baca juga: Pengertian Akhlak Tasawuf, Dalil dan Manfaatnya dalam Ajaran Islam
Bekerja Keras
Akhlak terhadap diri sendiri yang kedua adalah bekerja keras. Islam juga sangat menganjurkan kepada umatnya untuk tidak menjadi umat pemalas.
Apabila mereka mempunyai keinginan terhadap suatu hal, Allah menghimbau untuk berusaha atau bekerja keras guna merealisasikan keinginannya tersebut.
Bekerja keras mempunyai istilah seperti halnya berikhtiar. Hendaknya kita melakukan hal tersebut sesuai kemampuan yang kita miliki. Pekerja keras juga lebih baik daripada berpangku tangan dan mengharapkan orang lain.
Dalam hadis riwayat Thabrani menjelaskan, “Siapapun yang pada waktu sore merasakan lelah sebab pekerjaan dari kedua tangannya, maka akan Allah ampuni dosanya”.
Kerja Cerdas
Ternyata kerja keras saja tidak cukup. Kita juga harus bisa bekerja cerdas. Hal ini termasuk akhlak terhadap diri sendiri yang menjadi anjuran dalam agama Islam.
Kerja yang kreatif, inovatif, serta produktif. Orang-orang pekerja cerdas ini biasanya akan mencari cara supaya kinerjanya bisa lebih efisien dan tidak membuang banyak waktu.
Bukankah dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum jika bukan ia yang mengubah keadaan tersebut.
Dengan begitu, sebanyak apapun doa kepada Allah, keinginan kita tidak akan terwujud jika tak mengimbanginya dengan usaha dan kerja keras. Bukankah doa tanpa usaha merupakan suatu hal yang sifatnya mustahil?
Tawakal Kepada Allah SWT
Seorang muslim juga harus bertawakal kepada Allah. Bukan hanya menyandarkan usahanya di atas kemampuannya sendiri, melainkan memasrahkan kepada Allah SWT.
Tawakal sendiri berarti mewakilkan dirinya kepada Allah. Jika seorang muslim bertawakal kepada Allah, ia tidak akan kecewa ataupun putus harapan terhadap hasil yang sudah ia upayakan.
Apabila kalian sudah membulatkan tekad, maka bertawakal hanya kepada Allah. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang bertawakal. Nah, beberapa akhlak terhadap diri sendiri di atas harus kita lakukan. (Muhafid/R6/HR-Online)