Saham farmasi naik karena adanya varian baru virus Covid-19 yang kini sedang terjadi. Seperti yang sudah banyak terungkap jika Indonesia dan negara lain di dunia telah mengalami pandemi selama beberapa tahun ini.
Hal ini mengakibatkan banyaknya perubahan, baik dari segi peraturan hingga gaya hidup. Dengan adanya masalah ini, tentu juga mempengaruhi saham emiten farmasi yang sempat mengalami kenaikan.
Bahkan sepekan terakhir tampak mengalami kenaikan daripada penurunannya beberapa waktu lalu.
Adapun beberapa emiten yang mengalami penurunan dan kenaikan harga mulai dari BUMN hingga farmasi swasta.
Data terakhir yang ada melalui BEI atau Bursa Efek Indonesia terjadi penguatan harga saham farmasi.
Meski sempat turun, namun saham farmasi naik ini juga faktornya karena varian virus baru yang telah masuk.
Baca Juga: Saham Dibawah 500 Melonjak Naik, IHSG Melemah, Ini Daftarnya
Tingkat Saham Farmasi Naik Akibat Omicron
Kini pandemi belum juga usai telah datang lagi varian virus baru yaitu Omicron. Mengingat kebutuhan vaksinasi yang masih terus terjadi ini juga berpengaruh cukup besar.
Hal ini membuktikan jika kebutuhan industri farmasi mengalami peningkatan yang cukup besar. Sebab sebagian besar orang tentu memilih membeli obat-obatan hingga suplemen guna menjaga daya tahan tubuhnya.
Dengan adanya hal ini, menjadi alasan mengapa saham farmasi mengalami kenaikan. Kenaikan harga saham farmasi untuk perdagangan terakhir pada tanggal 6 Januari 2022 naik secara cepat.
Kebanyakan kasus Omicron menjadi salah satu faktor yang mempengaruhinya. Sentimen pasar global masih terbayangi oleh varian baru Omicron tersebut.
Baca Juga: Saham Paling Mahal di Indonesia dengan Risiko Kerugian Terendah
Kenaikan Saham Farmasi Berdasarkan Data BEI
Dari data BEI sendiri kenaikan saham yang satu ini cukup terlihat jelas. Hal ini terlihat dari beberapa data yang ada untuk perdagangan terakhir. Adapun beberapa yang mengalami saham farmasi naik yaitu:
- Kimia Farma (KAEF), +3,67%, ke Rp 2.540/saham
- Indofarma (INAF), +3,12%, ke Rp 2.310/saham
- Itama Ranoraya (IRRA), +2,46%, ke Rp 2.080/saham
- Pyridam Farma (PYFA), +0,99%, ke Rp 1.020/saham
- Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO), +0,55%, ke Rp 915/saham
- Phapros (PEHA), +0,45%, ke Rp 1.120/saham.
Baca Juga: Saham Farmasi Termurah di BI Dipengaruhi Varian Kasus Omicron
Dari data tersebut dapat kesimpulan bahwa duo saham emiten BUMN masih memimpin menjadi peringkat pertama yang naik 3,67% ke Rp 2.540/saham dengan nilai transaksi Rp 5 miliar.
Dalam sepekan saham KAEF justru berhasil terkoreksi naik sebesar 2,87%. Hanya saja, masih mengalami penurunan dalam sebulan sebesar 1,57%.
Sedangkan untuk saham INAF masuk ke zona hijau dengan kenaikan ke posisi aman Rp 2.310 per saham.
Setelah masuk zona merah, kini saham INAF kembali dalam posisi aman. Selain itu, untuk saham IRRA dan PYFA juga mengalami kenaikan. Masing-masing menguat 2,46% dan 0,99% dalam informasi terakhir.
Terjadinya saham farmasi naik memang terpengaruh oleh lonjakan kasus Covid-19 termasuk varian baru yaitu Omicron. Untuk itu, membuat kebutuhan farmasi semakin mengalami peningkatan. (R10/HR-Online)