Pindang Gunung sudah sejak lama menjadi kuliner khas Pangandaran, Jawa Barat.
Makanan berbahan dasar ikan ini, menjadi salah satu menu andalan di hampir setiap rumah makan yang ada di Kabupaten Pangandaran.
Berdasarkan penuturan dari budayawan Pangandaran Edi Rusmiadi, pindang gunung ini merupakan kuliner khas peninggalan orang Pangandaran zaman dulu.
Menurutnya, pindang gunung berasal dari dua kata yakni pindang dan gunung.
Orang Sunda menyebut pindang itu adalah sayuran berkuah (angeun nu aya caian). Sementara di daerah lain pindang itu adalah sebuah olahan makanan yang dikeringkan.
Seperti halnya pindang bandeng, di daerah lain makanan ini dinamai pindang karena diolah dengan cara dikeringkan.
Sedangkan di Pangandaran, pindang artinya sayuran berkuah. Sementara kata Gunung mengarah ke bumbu-bumbu yang digunakan untuk memasak pindang.
“Jadi pindang gunung adalah sayur ikan berkuah dengan bumbu-bumbu asli pegunungan,” ujar Edi Rusmiadi.
Sejarah Pindang Gunung Kuliner Khas di Pangandaran
Pindang gunung berasal dari budaya masyarakat yang sudah cukup lama, serta punya nilai historis.
Sehingga tidak salah, apabila kuliner yang satu ini menjadi ikon di Kabupaten Pangandaran.
Konon pada zaman dahulu, di daerah pesisir belum banyak penduduk yang bermukim. Kalaupun ada sifatnya hanya sebagai pengembara.
Para pengembara ini kemudian membuka lahan ngahuma atau tanam padi di tanah darat pegunungan. Kebanyakan penduduk di pegunungan saat itu menanam padi huma dan juga berkebun.
Kakek buyut orang Pangandaran zaman dalulu kemudian belajar menjadi pemayang atau nelayan, dan menangkap ikan di laut.
Hasil tangkapan itu kemudian diolah menjadi sayuran, dengan bumbu masak berasal dari daerah gunung.
Bumbu khas gunung ini terdiri dari cabai rawit, bawang, kunyit, salam, sereh, daun kedondong, terasi dan lainnya.
Berdasarkan historis tersebut, maka saat ini kuliner tersebut kita kenal dengan nama Pindang Gunung.
Dikenal Sejak Tahun 1945
Pindang gunung sendiri mulai dikenal sejak tahun 1945. Pada tahun itu pula sudah banyak warga yang menetap di daerah pesisir dengan membawa sanak keluarga.
Tahun 1970 Pangandaran sudah mulai banyak dikunjungi wisatawan asal Bandung. Mereka ada yang berkemah, berpetualang hingga tidur di saung nelayan.
Para wisatawan juga banyak yang tidur di teras rumah penduduk. Saat ini penduduk sudah mengenalkan kuliner khas Pangandaran, yakni pindang gunung.
Setelah banyak dikunjungi wisatawan, di Pangandaran mulai berdiri losmen, penginapan dan rumah makan.
Saat itu rumah makan di Pangandaran menjajakan makanan khasnya yakni pindang gunung.
Saat musim panen ikan tiba, saat ini setiap rumah makan memasak kuliner pindang gunung. Bahkan dalam kegiatan kerja bakti dan acara keluarga, makanan ini wajib ada.
Seiring berkembangnya waktu, kuliner pindang gunung jadi ciri khas Pangandaran. Saat pemekaran Pangandaran dari Kabupaten Ciamis tahun 2012, makanan ini jadi ikon daerah.
Kuliner pindang gunung Pangandaran sendiri punya cita rasa gurih, segar dan ada lada asamnya. Meski daging ikannya empuk namun tidak hancur, karena memakai kunyit.
Tampilan kuahnya juga kuning segar, membuat siapa saja yang melihat tertarik untuk melahapnya. (R8/HR Online/Editor Jujang)