Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Sejumlah pedagang tradisional di Pasar Kota Banjar, Jawa Barat, mengaku belum mengetahui kebijakan minyak goreng satu harga untuk pasar tradisional yang akan diberlakukan oleh pemerintah mulai tanggal 26 Januari mendatang.
Bahkan, mereka mengaku khawatir stok minyak goreng lama yang mereka jual saat ini akan jadi rugi.
Seorang pedagang sembako di pasar Banjar, Samsi, mengatakan, sampai saat ini ia belum menerima informasi rencana penerapan penyesuaian minyak goreng di pasar tradisional.
Sejumlah pedagang masih menjual minyak goreng dengan harga lama yaitu antara Rp 18 ribu sampai Rp 20 ribu per bungkus ukuran 900 mililiter.
“Kalau wacana tahu di supermarket memang sudah ada. Tapi kalau di pasar belum dengar ada pemberitahuan,” kata Samsi kepada HR Online, Senin (24/1/2022).
Samsi mengaku tidak setuju dan merasa keberatan dengan adanya rencana penerapan kebijakan minyak goreng satu harga di pasar tradisional.
Baca Juga: Minyak Goreng Rp 14 Ribu Belum Beredar di Pasar Tradisional Banjar
Hal itu, kata Samsi, karena banyak pedagang yang masih memiliki stok lama sehingga ketika ada penerapan satu harga Rp 14 ribu justru akan merugikan pihak pedagang.
Kecuali ada penggantian atau subsidi dari pemerintah untuk mengganti kerugian yang diterima oleh para pedagang atas pembelian stok lama yang sekarang masih tersedia.
“Kita kan terbentur stok lama di gudang. Saya aja ada stok 25 karton yang ukuran besar dan 30 karton untuk ukuran yang kecil. Apalagi yang pedagang besar,” ujar Samsi.
“Kecuali ada ganti rugi mah pasti mau. Tapi kalau nggak ada masa minyak yang ukuran 1800 mili itu Rp 34 ribu kita jual Rp 28 ribu. Rugi dong kita,” imbuhnya.
Ada Kebijakan Minyak Goreng Satu Harga, Omzet Pedagang Menurun
Pedagang lainnya, Nana mengaku keberatan dengan adanya rencana penerapan kebijakan tersebut.
Selain itu, kata Nana, semenjak ada kebijakan minyak goreng satu harga di pasar retail modern, omzet penjualan pedagang di pasar tradisional terus menurun.
Bahkan, malah banyak konsumen yang komplain dengan minyak goreng yang dijual di pasar. Namun pedagang tetap menjual dengan harga tinggi supaya tidak merugi.
“Banyak berkurang konsumen yang belanja sama komplain harganya mahal. Tapi ya tetap aja jual segitu karena belinya juga masih mahal. Belum ada subsidi,” kata Nana. (Muhlisin/R7/HR-Online/Editor-Ndu)