Berita Tasikmalaya, (harapanrakyat.com),- Mantan Panglima Tertinggi NII (Negara Islam Indonesia) Abu Yasir datang ke Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (26/1/2022).
Mantan Kapolda Jabar sekaligus tokoh Sunda Anton Charliyan menyambut rombongan eks anggota NII di obyek Wisata Batu Mahpar, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya.
Kedatangan Abu Yasir Mantan Panglima NII beserta Staf NII yang kini sudah kembali ke NKRI untuk melakukan deklarasi bersama menolak NII bersama antek-anteknya.
Acara yang digagas oleh Anton Charliyan tersebut juga diisi dengan diskusi dan bedah pengalaman saat Abu Yasir memimpin NII.
Baca Juga: Demo Arteria Dahlan di Tasikmalaya Diwarnai Aksi Gergaji Muka Sendiri
Anton Charliyan mengatakan, para mantan NII tersebut prihatin dengan situasi saat ini. Mereka menganggap keadaan sudah darurat, namun pemerintah menganggap biasa-biasa saja.
“Padahal ini kalau dibiarkan, NKRI bisa menjadi seperti negara-negara Timur Tengah. Makanya mereka reng-rengan dari mantan-mantan NII di bawah pimpinan panglima Abu Yasir dan juga seluruh gubernur bupati sewaktu di NII ingin mengingatkan kita kembali, bahwa NII ini sudah darurat,” ungkapnya, Rabu (26/1/2022).
Menurut Anton, para mantan NII tersebut ingin sama-sama berjuang untuk menjaga NKRI agar tidak terpecah belah dan tidak bubar.
“Jangan ini dianggap sebuah hoaks atau masalah kecil. Ini sudah agendanya dan mereka tahun 2024 akan diagendakan besar-besaran, minimal kekuatan mereka sudah 5 juta, gerakan mereka sudah terang-terangan memproklamirkan NII,” ucapnya.
“Kita ingin nyaman kita ingin aman tetapi tidak mampu untuk berkorban, untuk itu mari kita bangkitkan kembali rasa nasionalisme, karena kenapa Yaman, Syuriah, Afghanistan bisa hancur, padahal mereka sejahtera, agamanya tinggi, karena kecilnya rasa nasionalisme,” lanjut Anton.
Mantan Panglima NII Ingatkan Bahaya Sikap Intoleran
Sementara itu, Abu Yasir mantan Panglima NII mengatakan, untuk mempertahankan NKRI tidak bisa bergerak masing-masing. Tetapi harus bergerak bersama-sama bergandeng tangan dengan semua pihak.
“Ingat hancurnya NKRI karena intoleran, radikalisme dan terorisme. Perlu diingat sebelum jadi terorisme dia akan menjadi radikalisme, sebelum radikal dia akan menjadi intoleran. Jadi ciri-cirinya gampang, bagaimana orang yang sudah intoleran nanti sebentar lagi naik tingkat jadi radikalis, sebab berlama-lama menjadi radikal naik tingkat menjadi teroris,” tegasnya.
Menurut Abu Yasir, saat ini pemerintah hanya melihat segi terorisme. Padahal supaya tidak naik tingkat seharusnya sejak ada kejadian intoleran harus dicegah.
“Nah ini tugas para da’i bagaimana agar masyarakat tidak intoleran, bagaimana masyarakat menjadi toleran. Bukan hanya sekedar antar agama, bukan hanya sekedar antar makhluk. Hindari intoleran, tugas para da’i tugas para guru, tugas kita semua supaya tidak naik tingkat menjadi radikal,” katanya.
Abu Yasir juga mengingatkan mantan NII untuk tidak terlena dengan kehidupan dunia. Sementara bagi yang masih aktif di NII, Abu Yasir mengajak mereka tobat dan kembali ke pangkuan NKRI.
“Masyarakat semuanya jangan pernah tertipu, jangan terburu-buru ngambil sikap. Jangan tertipu dengan ayat-ayat yang tekstual. Pelajari, pahami, tanya sama ustad-ustad yang belajar sudah tahunan. Mari semuanya bergandengan tangan untuk mempertahankan NKRI,” pungkasnya. (Apip/R7/HR-Online/Editor-Ndu)