Berita Banjar (Harapanrakyat.com),- Sejumlah petani padi Persawahan Dusun Sampih, Desa Rejasari, Kota Banjar, Jawa Barat, mengeluh. Pada awal musim tanam ini harga pupuk bersubsidi mahal.
Harga pupuk bersubsidi yang beredar saat ini berada di atas harga eceran tertinggi (HET) dari pemerintah.
Ahmad Yasin, seorang petani, mengaku membeli pupuk jenis urea dengan harga Rp 125 ribu per karung isi 50 kilo gram. Sedangkan untuk pupuk bersubsidi jenis Ponska (NPK) harganya Rp 135 ribu. Harga tersebut hampir merata bagi warga yang memiliki kartu tani.
“Kalau punya kartu segitu. Tapi kalau yang nggak punya kartu katanya ada yang beli Rp 140 ribu sampai Rp 150 ribu per karung,” kata Ahmad Yasin kepada HR Online, Selasa (18/1/22).
Dalam sekali tanam, petani biasa melakukan pemupukan dua sampai tiga kali agar padi tumbuh subur. Selain harga pupuk mahal, pasokan pun sempat terlambat sehingga dapat mempengaruhi perkembangan padi.
Menurutnya, biaya produksi pun semakin membengkak, karena harus membeli obat-obatan pertanian lainnya yang harganya mencapai Rp 180 ribu per liter.
“Kendalanya kemarin turunnya itu cukup lama. Obat-obatan pertanian yang lain juga mahal,” katanya.
Nur Yadin, petani lainnya pun mengungkapkan hal yang sama. Harga rata-rata pupuk saat ini menurutnya cukup mahal. Terlebih bagi para petani yang tak memiliki kartu tani. Kondisi ini sangat memberatkan.
“Saya dulu belinya di Tasikmalaya sebelum tahun baru karena waktu itu ngga ada pupuk. Kalau sekarang ada sama kelompok katanya Rp 125 ribu untuk pupuk urea,” katanya.
Nur Yadin mengaku kesulitan mengakses pupuk bersubsidi karena tidak memiliki kartu tani. Padahal, Nur Yadin sudah berupaya untuk membuatnya dengan melengkapi sejumlah persyaratan sejak tahun 2021 lalu. Namun sampai saat ini belum mendapat kartu tani. Sehingga tidak bisa mendapat pupuk bersubsidi.
Ia pun berharap bagi petani yang belum memiliki kartu tani harga pupuk tidak begitu mahal (Muhlisin/R9/HR-Online/Editor-Dadang)