Rhoma Irama baru saja merayakan hari lahirnya yang ke 75 tepat tanggal 11 Desember kemarin. Momen perayaan ulang tahun tersebut ia lakukan bersama keluarga serta kerabatnya. Walaupun tidak lagi berusia muda, kecintaannya terhadap dangdut membuatnya selalu berkarya bersama grup Soneta.
Sudah puluhan tahun berkarir di dunia musik tentunya Rhoma sudah manggung di banyak kota tanah air. Rupanya ia mempunyai banyak pengalaman menegangkan dalam karirnya kala itu.
Salah satu pengalaman yang tak terlupakan yakni saat adanya konflik antara musik rock dan dangdut di tanah air. Konflik tersebut berlangsung di era tahun 1970 silam. Kala itu, pria yang mendapat julukan sebagai Raja Dangdut tersebut mengaku pernah masyarakat lempari batu.
Kejadian pelemparan batu berlangsung ketika Rhoma Irama manggung bersama grupnya yakni Soneta. Dia mengatakan insiden hujan lemparan batu terjadi ketika manggung di kawasan Bandung serta Banyuwangi. Sang raja dangdut ini mengatakan jika Bnadung adalah sarangnya Giant Step yakni perkumpulan rock.
Baca juga: Nita Thalia Gugat Cerai Suami, Mulai Pindah Manajemen dan Banjir Job
Perselisihan antara rock dan dangdut tersebut akhirnya terselesaikan oleh seorang tokoh yang bernama Yapto Soerjosoemarno. Rhoma mengungkapkan berkat upaya perdamaian tokoh itu, kini dangdut dan rock hidup berdampingan dengan harmonis. Kala itu Yapto yang termasuk penggemar dangdut rupanya merasa tidak tahan dengan adanya konflik.
Hingga akhirnya Yapto yang Ketua PP ini mempunyai ide mempersatukan antara musik dangdut dan rock di atas panggung. Lantas Yapto mewujudkan konser yang menampilkan antara God Bless serta Soneta di atas panggung sama dalam acara tahun baru. Kebetulan kala itu, God Bless adalah representasi dari grup musik genre rock yang ada di tanah air.
Perjalanan Karir Rhoma Irama
Pada perayaan ulang tahun Rhoma Irama yang ke 75, penggemar mengenang perjalanan musik sang musisi. Awal karirnya di industri hiburan saat mulai terkenal sebagai salah satu bintang film anak-anak yakni Djendral Kantjil. Karir di bidang musiknya berlangsung semenjak ia berusia 11 tahun.
Rhoma sudah menjadi seorang gitaris, penyanyi, pimpinan serta musisi ternama setelah jatuh bangun. Dia mulai membentuk band bernama Tornado dengan sang kakak yakni Benny Muharam sebagai penyanyi dan gitaris kedua. Grup Rhoma dan Benny sendiri merupakan penyanyi duet serta twin yang terinspirasi gaya Everly Brothers.
Lalu ia menjadi pemain gitar utama dan penyanyi sekaligus pimpinan yang menggantikan posisi sang kakak. Kala itu Benny Muharam sendiri sudah keluar usai memutuskan pembubaran grup Tornado. Kemudian Tornado menjadi Geyhand saja di tahun 1963 silam.
Tidak lama kemudian, Rhoma Irama pindah masuk Orkes Chandra Leka hingga akhirnya membentuk band sendiri. Bandnya tersebut ia beri nama Soneta yang sejak tanggal 13 Oktober tahun 1973 silam mulai berkibar. Bersama grup Soneta yang ia pimpin, tercatat Rhoma pernah memperoleh hingga 11 Golden Record dari sejumlah kasetnya.
Berdasarkan data dari penjualan kaset serta jumlah penonton filmnya, penggemar Rhoma Irama ak kurang dari 15 juta. Jumlah tersebut berada dalam catatan sampai pertengahan tahun 1984 silam. Terhitung Rhoma merupakan salah satu penghibur yang paling sukses dalam mengumpulkan masanya.
Selain itu sang raja dangdut in bukan hanya pernah tampil di dalam negeri. Ia pernah tampil pula di sejumlah negara antara lain Singapura, Kuala Lumpur dan Brunei dengan jumlah penonton hampir sama di tanah air. Kerap kali dalam konsernya bersama Soneta, para penonton jatuh pingsan lantaran berdesakan. Orang menyebut musiknya sebagai dangdut sedangkan Rhoma sendiri lebih suka menyebut aliran musiknya sebagai irama Melayu.