Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Sutarja (54), pekerja bangunan dari Desa Mekarharja, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar, Jawa Barat merantau hingga ke Liberia, Afrika pada tahun 2016.
Hal itu disampaikan pada HR Online, Jumat (31/12/2021) di sela-sela mengerjakan renovasi rumah salah satu warga di Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar.
“Saya berangkat ke Liberia tahun 2016, selama 6 bulan, untuk mendirikan pabrik kelapa sawit yang saat itu dikelola PT Sinar Mas, dengan negara Liberia,” papar bapak 6 anak ini.
Baca Juga: Korupsi Eks Walikota Banjar, Suruh Kontraktor Pinjam Rp 4,3 M ke Bank
Ia menambahkan, kontraktor bangunan yang bekerja di Sinar Mas mengajaknya membangung pabrik kelapa sarit di Liberia.
Kontraktor tersebut sebenarnya masih teman baiknya, namun bukan karena itu Sutarja diajak bekerja di Liberia, namun juga karena pekerjaan Sutarja dinilai baik. Sampai akhirnya Sutarja bersama 25 rekan lainnya diajak ke sana.
“Total yang berangkat 26 orang, termasuk dari Philipina dan Malaysia,” katanya.
Lanjutnya, saat itu ia bertolak dari Indonesia melalui Kuala Lumpur Malaysia, lalu transit di Dubai, Uni Emirat Arab, melewati Afrika melalui Ghana, dan berakhir di Monrovia, ibukota negara Liberia.
“Total perjalanan 5 hari, dengan menginap di bandara-bandara nunggu pesawat. Pas di Dubai itu mengesankan, pembangunan luar biasa, pemandangan kota sangat indah, perempuannya cantik-cantik,” selorohnya.
Sutarja, Pekerja Bangunan di Kota Banjar Kena Malaria yang Mengerikan di Liberia
Sebelum berangkat ke Liberia, ia mengaku telah divaksin malaria, namun ternyata ia terserang malaria sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 6 bulan.
“Saya terserang malaria 3 kali, dan saat itu juga musim virus Ebola, mengerikan,” kenangnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan tempat ia bekerja berada di daerah Tanjuano, 8 jam perjalanan dari Monrovia.
“Tempatnya pedalaman banget, masih banyak buaya-buaya di sungai, banteng liar, sama binatang luas lainnya,” katanya.
Ia pun menjelaskan perilaku penduduk asli Liberia baik, bersahabat, makanan pun khusus mendatangkan katering dari Kuala Lumpur.
Selain untuk pengalaman, lanjutnya, bayaran yang ia dapatkan pun cukup besar. Saat di Indonesia dibayar Rp. 150 ribu per hari, di Liberia ia mendapatkan Rp. 500 ribu per hari.
Alhasil pulang dari sana ia dapat membeli beberapa aset. “Ya Alhamdulillah, kebeli tanah 8 bata, sama beberapa balong (kolam ikan),” katanya.
Kendati demikian, ia tak ingin kembali ke Liberia, karena ngeri dengan wabah malaria dan ebola.
“Yah, mending di sini aja, balik ke sana ya takut juga,” ungkap mantan teknisi perusahaan textile di Bandung ini.
Saat ini, Sutarja bekerja bangunan perorangan juga melaksanakan pemborongan rumah dengan dibantu tim. (Aan/R7/HR-Online/Editor-Ndu)